Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Langit di Kampung Gereba Girang, Desa Gresik, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (20/8/2205) pagi, sedang mendung ketika Roni Romansyah (58), berteriak minta tolong dari dalam rumahnya.
Roni menghadapi situasi mengerikan, anaknya Yosep Reza Maulana (33), roboh bersimbah darah.
Tangan Roni memegang sebilah golok, sementara di lehernya luka sayatan menganga, membuncahkan darah segar.
“Waktu itu saya sudah nggak kuat, nggak sempat memeriksa dia masih ada (hidup) atau nggak,” kata Roni.
Roni mengaku, memilih keluar rumah dan duduk di bangku teras depan rumah.
“Waktu saya datang, Pak Roni menangis di teras. Pas saya ke dalam, Yosep sudah telungkup, nggak bergerak. Banyak sekali darah,” kata Holis, tetangga Roni.
Aksi nekat Yosep menghabisi nyawanya sendiri, membuat Roni terpukul. Dia tak menyangka anak sulung yang sangat disayanginya, bisa senekat itu.
Padahal beberapa saat sebelum kejadian, Yosep sempat dia suapi sarapan pagi.
“Sekitar jam 7 pagi tadi, Yosep saya suapi. Dia belum makan, makannya susah. Dia terus melamun,” kata Roni dengan bibir dan tangan gemetar.
Usai diberi makan, Roni beranjak ke kamar mandi untuk buang air kecil. Saat itu di rumah hanya ada 3 orang, yakni korban Yosep, Roni dan istrinya yang sedang menyapu di halaman rumah.
Keluar dari kamar mandi, Roni kaget karena mendapati Yosep sudah memegang golok. Dari arah belakang, Roni melihat Yosep sedang melukai dirinya sendiri.
“Saya sempat mencegahnya, tapi golok sudah terlanjur melukai lehernya. Darah sudah keluar, dia langsung jatuh,” kata Roni.
Roni juga sempat menunjukkan luka gores di tangannya akibat berusaha menghentikan aksi nekat Yosep.
Roni menuturkan sejak tahun 2016, Yosep mengalami gangguan kejiwaan. Dia sering melamun menunjukkan gejala depresi. Tapi gejalanya kambuhan, kadang sehat kadang kumat.
“Sempat dibawa berobat ke Puskesmas di sini, di Jakarta juga sempat diobati di Rumah Sakit Jiwa di Kebon Kopi Jakarta, tapi belum sembuh, masih kambuhan,” kata Roni.
Sekitar setahun lalu, Yosep sembuh dan menikah. Dia juga bekerja kembali sebagai pedagang mainan anak, keliling di sekitar Jamanis dan Ciawi. Dia juga tinggal bersama istrinya.
Namun sebulan lalu, penyakit Yosep kambuh dan mulai membuat istrinya terganggu. Sebagai ayah, Roni kemudian turun tangan menunjukan tanggung jawab.
“Kasihan ke menantu, dia baru melahirkan. Akhirnya Yosep saya bawa pulang ke rumah, saya rawat di sini,” kata Roni.
Yosep dirawat oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Roni tak segan menyuapi anak sulungnya itu.
“Kalau penyebab sakitnya saya nggak tahu, sering diajak ngobrol dari hati ke hati, tapi nggak pernah ngomong terbuka. Dia selalu diam,” kata Roni.
Selain itu, Yosep juga sering menunjukkan gelagat melukai dirinya sendiri. Sehingga keluarganya antisipasi menyembunyikan perkakas atau senjata tajam.
“Pernah dia bilang ingin disunat lagi, makanya pisau, golok dan perkakas selalu saya sembunyikan,” kata Roni.
Golok yang Yosep gunakan untuk melukai dirinya sendiri, sebelumnya disembunyikan di gudang. Tapi menurut Roni, Yosep mengambilnya sendiri.
“Golok itu punya saya, biasa dibawa ke kebun. Disimpan di gowah (gudang). Rupanya waktu saya di WC dia mengambilnya,” kata Roni.
Sementara itu aparat Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota masih melakukan penyelidikan atas kejadian ini.
Kasat Reskrim AKP Herman Saputra terlihat memimpin langsung ke lokasi kejadian. Untuk sementara, Herman mengatakan kejadian itu diduga merupakan aksi bunuh diri dari korban yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Menurut keterangan orang tuanya, dia melihat secara langsung si korban ini membawa golok sedang dipegang di gesekkan ke lehernya dan orang tuanya berusaha untuk mencegah. Tapi orang tuanya lari dan posisi golok sudah tertempel di leher dan jatuh korban ke lantai,” kata Herman.
“Si korban ini punya penyakit dari tahun 2016, dia punya riwayat pernah dirawat di RSJ daerah Jakarta itu akhir 2016. Dan kurang lebih sekitar sebulan ke belakang bahwa penyakitnya itu kambuh,” imbuh Herman.
Setelah melakukan olah TKP, polisi kemudian membawa jenazah Yosep ke RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. Polisi ingin memastikan penyebab kematian korban.
“Kita lakukan dengan menginterogasi tetangga dan saki-saksi disini. Kemudian mayat kita bawa ke rumah sakit umum untuk mengetahui penyebab kematiannya seperti apa,” kata Herman.
Roni menuturkan sejak tahun 2016, Yosep mengalami gangguan kejiwaan. Dia sering melamun menunjukkan gejala depresi. Tapi gejalanya kambuhan, kadang sehat kadang kumat.
“Sempat dibawa berobat ke Puskesmas di sini, di Jakarta juga sempat diobati di Rumah Sakit Jiwa di Kebon Kopi Jakarta, tapi belum sembuh, masih kambuhan,” kata Roni.
Sekitar setahun lalu, Yosep sembuh dan menikah. Dia juga bekerja kembali sebagai pedagang mainan anak, keliling di sekitar Jamanis dan Ciawi. Dia juga tinggal bersama istrinya.
Namun sebulan lalu, penyakit Yosep kambuh dan mulai membuat istrinya terganggu. Sebagai ayah, Roni kemudian turun tangan menunjukan tanggung jawab.
“Kasihan ke menantu, dia baru melahirkan. Akhirnya Yosep saya bawa pulang ke rumah, saya rawat di sini,” kata Roni.
Yosep dirawat oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Roni tak segan menyuapi anak sulungnya itu.
“Kalau penyebab sakitnya saya nggak tahu, sering diajak ngobrol dari hati ke hati, tapi nggak pernah ngomong terbuka. Dia selalu diam,” kata Roni.
Selain itu, Yosep juga sering menunjukkan gelagat melukai dirinya sendiri. Sehingga keluarganya antisipasi menyembunyikan perkakas atau senjata tajam.
“Pernah dia bilang ingin disunat lagi, makanya pisau, golok dan perkakas selalu saya sembunyikan,” kata Roni.
Golok yang Yosep gunakan untuk melukai dirinya sendiri, sebelumnya disembunyikan di gudang. Tapi menurut Roni, Yosep mengambilnya sendiri.
“Golok itu punya saya, biasa dibawa ke kebun. Disimpan di gowah (gudang). Rupanya waktu saya di WC dia mengambilnya,” kata Roni.
Sementara itu aparat Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota masih melakukan penyelidikan atas kejadian ini.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Kasat Reskrim AKP Herman Saputra terlihat memimpin langsung ke lokasi kejadian. Untuk sementara, Herman mengatakan kejadian itu diduga merupakan aksi bunuh diri dari korban yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Menurut keterangan orang tuanya, dia melihat secara langsung si korban ini membawa golok sedang dipegang di gesekkan ke lehernya dan orang tuanya berusaha untuk mencegah. Tapi orang tuanya lari dan posisi golok sudah tertempel di leher dan jatuh korban ke lantai,” kata Herman.
“Si korban ini punya penyakit dari tahun 2016, dia punya riwayat pernah dirawat di RSJ daerah Jakarta itu akhir 2016. Dan kurang lebih sekitar sebulan ke belakang bahwa penyakitnya itu kambuh,” imbuh Herman.
Setelah melakukan olah TKP, polisi kemudian membawa jenazah Yosep ke RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. Polisi ingin memastikan penyebab kematian korban.
“Kita lakukan dengan menginterogasi tetangga dan saki-saksi disini. Kemudian mayat kita bawa ke rumah sakit umum untuk mengetahui penyebab kematiannya seperti apa,” kata Herman.