Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Suasana duka menyelimuti lembaga pendidikan di Kabupaten Sukabumi setelah salah satu siswinya memilih untuk mengakhiri hidup. Kepala Sekolah, Wawan Setiawan buka suara terkait peristiwa tersebut.
“Betul, Ananda almarhumah itu siswa kami kelas 8. Pertama-tama saya ucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya,” kata Wawan membuka perbincangan dengan awak media di kantornya, Rabu (29/10/2025).
“Ini kehilangan besar, bukan hanya bagi keluarga, tapi juga bagi kami. Anak itu berprestasi, punya talenta, dan sangat aktif di madrasah,” sambungnya mengenang sosok korban.
Menurut Wawan, almarhumah dikenal sebagai siswi yang aktif dalam kegiatan Pramuka dan bahkan telah meraih predikat Pramuka Garuda yang mendapat penghargaan dari Bupati Sukabumi. Oleh sebab itu, ia tak percaya jika tekanan psikologis di sekolah menjadi penyebab siswi itu mengakhiri hidup.
“Dia juga menjadi koordinator MBG di kelas, dan Senin kemarin bertugas sebagai pengibar bendera. Secara psikologis, kalau anak dalam tekanan, tidak mungkin bisa fokus menjalankan tugas itu,” katanya.
Wawan menceritakan, sehari sebelum peristiwa itu, almarhumah masih mengikuti upacara peringatan Sumpah Pemuda di sekolah. Setelah kegiatan, ia sempat meminta izin pulang lebih awal karena mengeluh sakit perut.
“Sore harinya, sekitar pukul 17.00, sempat mengirim pesan ke wali kelas, memberi kabar kalau pulang jam 10-an karena sakit perut. Wali kelas pun menjawab, ‘semoga cepat sembuh’. Tidak ada keluhan lain, tidak ada tanda-tanda tekanan dari teman atau lingkungan sekolah,” tutur Wawan.
Kabar meninggalnya siswi tersebut baru diketahui pihak sekolah pada pukul 01.00 dini hari. Wawan mendapatkan telepon dari salah satu guru.
“Saya dapat telepon dari salah satu guru. Karena malam dan jarak guru-guru jauh, saya minta salah satu datang ke rumah duka. Pagi harinya kami kumpul setelah salat Dhuha, rapat internal, dan langsung takziah ke sana bersama siswa,” jelasnya.
Terkait surat wasiat korban yang beredar di media sosial soal adanya dugaan bullying verbal, Wawan tak ingin berkomentar banyak. Menurutnya, selama ini pihak sekolah akan bertindak sesuai dengan gejala atau tanda-tanda bullying.
“Kita tidak bisa berkomentar tentang itu (surat wasiat korban) karena kami kan di sekolah bertindak sesuai dengan indikasi atau gejala ketika gejalanya normal dan aman-aman saja ya berarti tidak masalah ketika ada anak apapun yang indikasi seperti penyimpangan tidak kita biarkan selalu kita tindak lanjut dengan tindakan maupun preventif,” katanya.
Ia menambahkan, peristiwa ini menjadi pengingat bagi seluruh pihak untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis siswa.
“Kami sudah berkomunikasi dengan guru BP, BK, dan wali kelas agar hal seperti ini tidak terulang. Kami ingin menyelamatkan anak-anak kami, baik secara psikis maupun moral,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang siswi MTs Negeri di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi berinisial AK (14) ditemukan tewas diduga gantung diri di rumahnya di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Selasa (28/10/2025) malam. Dari lokasi kejadian, ditemukan secarik surat tulisan tangan yang diduga berisi pesan terakhir korban.
Surat yang ditemukan di buku tulis bergaris itu ditulis dengan campuran bahasa Sunda dan Indonesia, beberapa narasi menggunakan kata sapaan “eneng”. Tulisan tangan korban tampak rapi namun bergetar di beberapa bagian seolah ditulis dalam keadaan sangat emosional.
Dalam surat itu, korban menulis bahwa ia bukan bermaksud membuat masalah, melainkan hanya ingin menyampaikan perasaan. Ia mengaku sering tersakiti oleh perkataan dan sikap teman-teman di kelas, dan merasa lelah hingga hanya ingin mencari ketenangan.
“Eneng beres di bikin nyeri ku perkataan babaturan di kls ku omongan, sikap. Eneng beres cape, eneng cuman hayang ketenangan,” tulisnya.
Korban sempat menyinggung keinginan pindah sekolah karena tidak tahan dengan suasana kelas yang membuatnya tidak nyaman. Di akhir halaman, ia menulis, “Eneng sayang mmh, bpk, I love you. Sebenerna malin banyak cerita t’h, tapi segitu aja we babay,” tulisnya.
Pada halaman kedua, korban berulang kali meminta maaf kepada orang tua, guru, dan teman-teman. Ia menyebut beberapa nama teman sekelas dan mengaku berusaha memaafkan meski masih terluka.
“Lain alim maafkeun maraneh, ajeng lain dendam tapi ajeng bes berusaha maafkeun karirian tapi naon, maraneh anu sering bikin luka,” tulisnya.
Ada pula penggalan kalimat yang menguatkan dugaan bahwa korban mengalami perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Saat dikonfirmasi, Kapolsek Cikembar, Iptu Yadi Suryadi belum memberikan komentar terekait peristiwa itu.







