SLBN Cicendo Buka Jalan Pendidikan Tinggi ke Jepang untuk Siswa Tunarungu

Posted on

Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo tengah memproses kerja sama internasional dengan Tsukuba University of Technology, sebuah perguruan tinggi khusus bagi mahasiswa tunarungu dan tunanetra di Jepang. Langkah ini diambil agar lulusan SLBN Cicendo memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi di Jepang.

Witri Erdiawati guru sekaligus pembina OSIS SLBN Cicendo menjelaskan, rencana tersebut bermula dari hubungan baik yang sudah terjalin sejak 2023. Saat itu, siswa SLBN Cicendo tampil memainkan angklung di Jepang, hingga akhirnya berkunjung ke Tsukuba.

“SLBN Cicendo pernah diundang dua kali main angklung di Jepang tahun 2023 dan 2024. Kemudian dari hasil kunjungan kami itu, kita ke Tsukuba, itu kampus khusus mahasiswa tunarungu dan tunanetra. Jadi SLBN Cicendo sengaja mau buka jalur kerja sama dengan Tsukuba. Ini masih tahap proses MoU, kita mau ketemu perwakilan Tsukuba bulan November yang akan ke Indonesia,” ujar Witri, Selasa (9/9/2025).

Rencana kerjasama ini makin kuat setelah salah satu alumni SLBN Cicendo, Feidy (angkatan 2025) diundang ke Jepang pada 1-15 Agustus 2025. Selama dua minggu, Feidy mengikuti berbagai kegiatan budaya dan bahasa bersama Suzuki sensei dari Gifu University dan Flady, mahasiswa S2 Nagoya University.

“Pulang dari sana dia berbagi pengalaman dan memotivasi anak-anak Cicendo untuk belajar bahasa Jepang karena punya cita-cita kuliah di sana, dan kami sedang berproses untuk MoU ini,” jelas Witri.

Feidy sendiri sejak 2023 sudah rajin belajar bahasa Jepang secara mandiri setelah tampil angklung di Negeri Sakura. Pengalaman langsungnya semakin menyemangati siswa-siswi Cicendo untuk bercita-cita kuliah di Jepang.

Menurut Witri, komunikasi dengan pihak Tsukuba sudah berlangsung intens. Kedua belah pihak bahkan mengadakan kegiatan pertukaran bahasa sebulan sekali.

“Sejauh ini yang sudah dilakukan adalah melaksanakan sebulan sekali, bertukar informasi tentang bahasa isyarat. Mahasiswa Tsukuba mengajarkan bahasa Jepang ke kami, anak-anak kami mengajarkan bahasa isyarat Indonesia ke mahasiswa Jepang,” ungkapnya.

Namun, ada syarat akademik yang harus dipenuhi calon mahasiswa dari Cicendo untuk bisa diterima di Tsukuba. “Sekarang tinggal nunggu proses penandatanganan MoU dan syarat anak kuliah di sana harus lulus tes bahasa Jepang M2 minimal, dan tesnya akan berbeda dengan orang dengar karena ada cara khusus untuk tunarungu,” terangnya.

SLBN Cicendo membina siswa dari jenjang TK hingga SMA khusus tunarungu. Witri berharap ada dukungan lebih konkret dari pemerintah, terutama soal pembiayaan.

“Setahu saya kami sudah melaporkan ke dinas pendidikan, secara lisan memang mendukung cuma perlu tertulis dan itu belum. Karena kami masih menunggu MoU antara kami dan Tsukuba, baru nanti dilaporkan ke dinas,” ujarnya.

Meski biaya kuliah dan asrama di Tsukuba akan digratiskan, namun masih ada tantangan lain yakni biaya hidup untuk siswa-siswi selama di Jepang. Karena itulah, SLBN Cicendo berharap ada dukungan baik dari pemerintah dan swasta soal rencana kerjasama tersebut.

“Terkait biaya mereka cuma bisa membantu menggratiskan biaya kuliah dan asrama hanya sebatas itu. Yang jadi PR adalah biaya hidup, ini yang kita mau cari sponsor kemana,” jelas Witri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *