Sebuah mobil mini yang ukurannya lebih kecil dari pada mobil Suzuki Karimun hingga Wuling Air Ev lalu lalang di jalanan Bandung. Penampakannya viral dan semakin menyita perhatian banyak orang tatkala mobil mini berwarna putih yang melintasi Flyover Pasupati atau Flyover Kusumahatmaja, Kota Bandung.
Dari hasil penelusuran infoJabar, mobil mini itu merupakan mobil pabrikan Jepang yakni Suzuki CV1. Mobil mini itu merupakan mobil langka yang keberadaannya sudah jarang di Indonesia bahkan di dunia.
infoJabar berkesempatan bertemu dengan pemilik mobil Suzuki CV1. Mobil itu dimiliki seorang warga Bandung bernama Iwan warga Jalan Muararajen, Kelurahan Cihaur Geulis, Kecamatan Cibeunying Kaler.
Saat berbincang dengan infoJabar, Iwan sekaligus Owner Ngulik Motor itu mengatakan Suzuki CV1 keluaran Tahun 1983. Menurut Iwan, bentuk mobil ini masih asli dan modifikasi hanya dilakukan dengan cara ditambah aksesoris pelindung saja. “Bentuk asli cuman ditambah aksesoris, dienak-enak kalau aslinya nggak bisa dibawa jauh, sekarang setelah dimodif bisa. Modifikasi yang dilakukan lebih ke kaki-kaki,” kata Iwan kepada infoJabar, Minggu (27/4/2025).
Iwan menamai mobil mini miliknya itu ‘Si Boncel’. Mobil jenis tersebut terbilang langka yang keberadaannya sudah susah dicari bagi para kolektor mobil tua.
“Sangat langka kalau di Indonesia, hitungan jari, kalau ada juga cuman jadi pajangan saja, dulunya masuk memang sedikit,” ungkapnya.
Kepada infoJabar, Iwan menuturkan asal-usul Si Boncel. Pada masanya, mobil tersebut digunakan oleh orang terpandang yang merupakan warga asli Jepang dan tinggal di Indonesia. Terakhir, mobil itu dibelinya di wilayah Surabaya.
“Saya beli di Surabaya, katanya mobil ini bekas orang Kedutaan Jepang,” dia.
Menurut Iwan, saat dijemput ke Surabaya, Si Boncel dalam keadaan mati. Dengan keahliannya dalam merestorasi dan memodifikasi mobil dan motor tua, Iwan pun berusaha menghidupakan kembali Si Boncel.
Dengan waktu 2 bulan, Si Boncel kembali hidup dan bisa mengaspal lagi bersama Iwan. “Dulu beli kondisi mati. Mesin di mana, kaki-kaki di mana, restorasi dua bulan lalu saya bangun, dicoba dan bisa jalan. Restorasi ganti kaki-kaki pakai Futura, terus aduk host, rem-rem juga saya ubah pakai mobil,” ucap Iwan.
Menurut Iwan, kecepatan Si Boncel saat mengaspal seperti mobil pada umumnya. Kecepatanya tidak diragukan lagi. “4 speed, kecepatan lumayan di batas normal, kalau di atas 80 KM/jam berbahaya soalnya mobil kecil, untuk CC mencapai 250, seperti motor gede,” ujarnya.
Merawat mobil tua menurut Iwan seperti berinvestasi. Menurutnya, Si Boncel sudah ada yang menawar dengan harga tinggi, namun tidak dilepas karena Iwan sangat sayang dengan mobil yang memiliki bentuk unik ini.
“Dulu beli Rp3 juta, cuman kondisi berantakan, sementara belum dijual, yang nawar banyak, sampai Rp100 juta ada, masih sayang dan langka banget,” jelas Iwan.
Iwan tak bisa menjelaskan rinci soal biaya restorasi Si Boncel. Alasannya, ia tak menghitung karena menggunakan sparepart bekas dan masih layak di bengkelnya. Namun menurut Iwan, jika ada yang ingin merestorasi mobil serupa di bengkelnya berkisar Rp15-20 juta.
“Saya gak berhitung, pakai sparepart yang ada, kalau ada yang mau restorasi kalau bahan seharga Rp15-20 juta sampai normal,” tuturnya.
Meski mobil miliknya sudah ditawar dengan harga tinggi, Iwan mengatakan, tidak mudah menjual mobil tua meski banyak yang dicari. Selain itu, tidak semua penggemar mobil tua menyukai satu jenis mobil yang diinginkan, namun menurutnya setiap orang memiliki selera berbeda-beda.
“Kalau saat ini memang sedang ramai, berbagai jenis, harga seperti batu akik kalau ada yang mau mahal, kalau enggak ya begitu,” tuturnya.
Iwan mengatakan, pada mudik Lebaran kemarin, dia menggunakan Si Boncel untuk mudik ke Tasikmalaya. Meski bentuknya kecil, soal kekuatan Si Boncel sudah lihai saat naik dan turun tanjakan. “Saya main ke Kadipaten, ke Garut, ke Tasik, acara mudik juga ikutan ke Tasik,” imbuhnya.
Minggu depan ke Magelang, saya pakai dari Bandung ke Magelang, pergi lewat utara dan pulang lewat selatan, tambahnya. Selama ini, menurut Iwan Si Boncel nyaman saat diperjalanan. Bahkan banyak yang gagal fokus saat pengendara lain bertemu Si Boncel di jalan.
“Aman saya coba Minggu kemarin ke Subang, dari sini ke Lembang, nanjak juga normal, termasuk nanjak di Tanjakan Emen,” tambah Iwan.
Ditanya sekali lagi, mengapa dia enggan menjual Si Boncel, sebuah kepuasan tersendiri bagi Iwan merawat mobil langka itu. “Kepuasan intinya. mobil sangat langka dan diciptakan nyaman, mobil kecil tapi enak dipakai. Kedepan saya mau bikin Si Bincel jadi 4×4, semi jeep biar bisa dipakai offroad, kaki-kakinya diganti, tinggi jadi kalau bodi tetap seperti ini,” tutupnya.