Raut asa terpancar pada wajah wanita paruh baya, Yayah (68) saat menerobos banjir di Kampung Bojongasih, Kecamatan Dayeuhkolot, Senin (3/11/2025). Usia yang sudah tidak muda lagi tidak jadi halangan untuk semangat berjualan kerupuk.
Ketinggian banjir dilaluinya demi secerca rezeki yang telah diusahakan sejak pagi. Langkah demi langkah terus dilaluinya untuk mencari pembeli yang menginginkan kerupuk.
Genangan banjir setinggi 30 sentimeter hingga 100 sentimeter diterjang sambil membawa beberapa kerupuk ditangannya. Jika melintas ke area banjir yang dalam, kerupuk itu disimpan di atas kepala.
Setiap hari dirinya berjalan beberapa kilometer untuk menjual kerupuk. Namun meski dalam kondisi banjir pun semangat itu tidak pernah surut demi keluarganya bisa hidup.
“Kalau jualan suka lewat sini, pulang pergi juga lewat sini,” ujar Yayah.
Yayah hidup bersama suami yang bekerja serabutan di Kampung Bahuan, Kecamatan Baleendah. Bahkan saat ini kondisi rumahnya pun ikut terendam oleh banjir yang melanda.
“Iya rumah saya juga kebanjiran sepaha orang dewasa mah ada,” katanya.
Tidak ada pilihan bagi Yayah untuk terus mencari rezeki meski dalam kondisi banjir. Hal tersebut dilakukan demi menyambung hidup dengan berjualan rezeki.
“Iya mau gimana lagi kalau tidak jualan. Ke Palasari Citepus, ke Kampung Bojong, kadang kalau berangkat lewat Andir,” jelasnya.
Berbagai varian kerupuk dijual dengan harga Rp12 ribu per bungkus. Kerupuk tersebut tidak diproduksi secara mandiri, namun dibawa dari orang lain untuk dijual kembali oleh Yayah.
“Ini mah jualan punya orang lain. Ini ada kerupuk sama kripik kaya gini, jadi cuma ngedagangin lagi. Saya ngambil keuntungan sedikit aja. Dari sana nya Rp10 ribu, saya jual Rp12 ribu. Lumayan lah ngambil untuk sedikit juga,” ungkapnya.
Pihaknya mengaku terganggu dengan adanya banjir tersebut. Menurutnya banjir tersebut membuat langkahnya semakin berat karena adanya genangan air.
“Keganggu sih ada banjir gini, jalan jadi berat aja susah. Tapi da gimana lagi harus tetap jualan,” bebernya.






