Sarmin, Jenazah Berbobot 200 Kg yang Dibantu Damkar Saat Dimakamkan

Posted on

Meninggalnya Sarmin (51), warga Desa Peusing, yang meninggal dengan berat mencapai 200 kilogram menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, kerabat dan warga sekitar. Apalagi semasa hidupnya, Sarmin dikenal sebagai sosok yang baik, suka membantu, pekerja keras dan bertanggung jawab. Hal tersebut disampaikan langsung tetangga sekaligus kerabat Sarmin, Jefri.

Menurutnya, semasa hidupnya, meskipun dalam kondisi sakit, almarhum Sarmin merupakan sosok yang masih suka membantu tetangganya dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. “Saya saudara depan rumahnya Pak Sarmin, yang memang setiap harinya lihat Pak Sarmin. Walaupun dengan kondisi tidak bisa jalan, tapi pak Sarmin itu suka berbagi, apa yang dia masak suka dibagi ke tetangga atau saudaranya,” tutur Jefri. Selasa (14/10/2025).

Jefri memaparkan, selain suka berbagi, almarhum juga merupakan pekerja keras. Semasa hidupnya almarhum Sarmin bekerja di Jakarta sebagai pedagang nasi goreng untuk membiayai sekolah ketiga anak-anaknya.

“Pak Sarmin itu memang merantau. Pekerja keras untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Dia tuh dulunya jualan nasi goreng di daerah Jakarta. Anaknya 3 belum ada yang menikah. Kalau istrinya sudah meninggal duluan,” tutur Jefri.

Senada dengan Jefri, Kepala Dusun Pon Desa Peusing, Aam yang juga tetangga almarhum Sarmin mengatakan, semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai orang yang suka membantu dan selalu bersikap baik pada tetangganya. “Sebelum sakit pas masih sehat. Alhamdulillah di mata warga dengan tetangganya baik, terus kalau ada tetangga yang hajatan dibantu, sering menolong. Dulu almarhum dagang di Jakarta. Semasa sakit juga, bersama bidan desa sering mengecek kesehatan dari pak Sarmin,” tutur Aam.

Sementara itu, anak almarhum Sarmin, Yesa (21) mengatakan, bahwa ayahnya merupakan sosok yang pekerja keras, bertanggung jawab, baik dan tidak suka merepotkan anak-anaknya.

“Di mata saya, bapak tuh pekerja keras. Terus bertanggungjawab dan baik sama anak-anaknya. Nggak pernah, ngerepotin segala macam. Jadi selalu ngertiin sama anak-anaknya juga,” tutur Yesa.

Menurut Yesa, ayahnya meninggal karena sakit komplikasi yang sudah dideritanya selama bertahun-tahun. “Sakitnya kalau nggak salah ada 10 tahun. Meninggalnya karena sakit komplikasi,” tutur Yesa.

Yesa juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu memakamkan ayahnya, khususnya petugas Damkar Kabupaten Kuningan, pemerintah desa dan seluruh warga desa yang terlibat.

“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada petugas Damkar yang sudah membantu pemakaman bapak saya. Pemerintahan juga terima kasih. Kepala Desa dan seluruh perangkat desa saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya untuk pemakaman bapak saya,” pungkas Yesa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *