Di dunia ini terdapat banyak kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi, dan salah satu yang paling terkenal adalah Kowloon Walled City di Hong Kong.
Saking sesaknya, sebagian besar rumah di sana sama sekali tidak tersentuh cahaya matahari. Dikutip dari CNN, warga sekitar bahkan menjuluki kawasan tersebut sebagai “sisi gelap kota” atau City of Darkness. Julukan itu bukan tanpa alasan. Di area sempit seluas hanya 2,7 hektare, berdiri sekitar 500 bangunan bertingkat yang menampung hingga 35.000 jiwa.
Hunian di Kowloon Walled terdiri dari rumah-rumah mungil berukuran sekitar 4 meter persegi, yang bertumpuk secara acak. Beberapa bangunan hanya memiliki 5 lantai, sementara lainnya menjulang hingga lebih dari 10 lantai. Kondisi di dalam kawasan ini pun semrawut-kabel listrik menggantung di berbagai sudut, pipa air berserakan, dan tangga sempit berliku menjadi penghubung antarblok.
Mereka yang tinggal di lantai atas masih bisa merasakan hembusan angin dan cahaya matahari, sedangkan penghuni lantai bawah terkurung tanpa udara segar karena tertutup rapat oleh bangunan di atasnya. Kepadatan ekstrem membuat sinar matahari hampir tak pernah menembus kawasan ini. Akibatnya, lampu harus menyala sepanjang waktu, karena tanpa penerangan, gang-gang di dalam Kowloon akan gelap gulita.
Udara pengap menjadi hal yang biasa bagi warga, terutama ketika musim panas tiba. Suhu tinggi dan kelembapan ekstrem membuat tubuh terasa lengket dan gerah. “Begitu sampai di atap, semuanya berubah. Pemandangannya terbuka dan lebih sejuk, terasa ada angin sepoi-sepoi,” tutur fotografer Greg Girard, yang sempat memotret suasana Kowloon Walled City pada tahun 1989.
Di balik hiruk-pikuk kehidupan padat itu, bau tak sedap menyengat hampir di setiap sudut gang. Penyebabnya, sebagian penghuni di lantai atas membuang sampah langsung ke bawah, membuat tumpukan sampah berserakan di tanah atau tersangkut di atap rumah-rumah di bawahnya.
Selain tak terawat dengan baik, tidak ada aturan bagi penduduk di Kowloon Walled City. Kawasan ini dikelola oleh triad, gangster paling terkenal dan ditakuti seantero China. Tak heran banyak polisi yang enggan datang ke kota ini karena seluruh tempat telah dikuasai gangster.
Padatnya permukiman penduduk di Kowloon Walled City sempat membuatnya mendapat predikat sebagai kota terpadat di dunia kala itu.
Dikutip South China Morning Post, sebelum berdiri bangunan padat penduduk hingga belasan lantai, dahulu Kowloon Walled City merupakan benteng kecil pada era Dinasti Sung (960-1297). Benteng ini awalnya digunakan untuk menampung tentara kekaisaran China.
Sekitar abad ke-19, Inggris datang untuk menginvasi China dan turut menguasai Hong Kong. Pihak Inggris lalu menguasai kawasan ini untuk dijadikan tempat penampungan tentara, pejabat, dan keluarga. Lalu, di sekeliling benteng dibangun sebuah tembok besar sehingga diberi nama Kowloon Walled City atau Kota Kowloon Bertembok.
Pada 1898, wilayah ini menjadi satu-satunya bagian dari Hong Kong yang tidak diserahkan China kepada Inggris berdasarkan perjanjian sewa Kowloon dan Wilayah Baru selama 99 tahun. Inggris pun setuju dan mengizinkan China untuk mempertahankan benteng tersebut hingga pemerintahan kolonial untuk wilayah tersebut terbentuk.
Namun, China juga tidak pernah mengurusi area Kowloon sehingga dibiarkan terbengkalai dan tidak ada hukum yang berlaku. Sejak saat itu, kawasan ini mulai terkenal sebagai sarang aktivitas kriminal.
Memasuki Perang Dunia II, Jepang menginvasi Hong Kong dan menghancurkan sebagian bangunan di kawasan Kowloon. Sisa-sisa material tersebut lalu digunakan untuk membangun Bandara Kai Tak.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, banyak masyarakat China yang kabur dari perang sipil dan menetap di Kowloon. Meski banyak bangunan yang telah dirobohkan, tapi hal itu tak mengundurkan niat mereka untuk membangun tempat tinggal yang baru.
Alasan utamanya karena daerah tersebut tidak dikenakan pajak serta tidak ada izin resmi dari pemerintah. Selain itu, harga sewanya sangat rendah sehingga banyak orang dari dataran China yang mengungsi ke Kowloon.
Tercatat ada sekitar 2.000 rumah liar yang dibangun di Kowloon pada 1947. Berselang 20 tahun kemudian, sekitar 10.000 orang telah menghuni permukiman tersebut.
Setiap tahun jumlah penduduk yang tinggal di Kowloon terus bertambah. Puncaknya terjadi pada 1980-an, tercatat ada sekitar 35.000 orang yang tinggal di kawasan tersebut dan hidup berhimpitan.
Bagaimana tidak, rumah yang dibangun terus menumpuk bak mainan Lego. Pada 1950-an, rumah warga terdiri dari bangunan semi permanen dengan 1-2 lantai. Memasuki 1960-an, mulai dibangun hunian dengan 4-5 lantai menggunakan beton.
Seiring waktu, rumah yang dibangun di Kowloon terus bertambah tinggi dan semakin sumpek. Memasuki 1970-an, terlihat ada banyak bangunan tinggi hingga lebih dari 10 lantai. Saking padatnya, beberapa rumah tak bisa membuka jendela karena terbentur dinding tetangga.
Inggris dan China seolah lepas tangan dan tidak mau mengurusi Kowloon Walled City yang makin kacau. Selain jadi sarang kriminal, kawasan ini jadi tempat pabrik narkoba dan gengster terkenal yang ditakuti masyarakat.
Bahkan, berdiri juga pabrik rumahan di dalam kawasan padat penduduk tersebut, seperti pabrik mainan, pabrik plastik, dan pabrik makanan. Hadirnya pabrik tersebut menjadi sumber penghasilan bagi warga Kowloon sehingga dapat membeli kebutuhan sehari-hari.
Pemerintah mulai khawatir dengan berdirinya Kowloon Walled City yang tidak teratur. Padatnya rumah penduduk menimbulkan sejumlah kekhawatiran, seperti kesehatan, kebakaran, dan polusi udara.
Nasib kota tersebut akhirnya ditentukan pada Januari 1987. Kala itu, pemerintah Inggris sepakat mengembalikan Hong Kong ke China. Mereka juga menyetujui rencana pembongkaran Kowloon Walled City agar ditata agar lebih rapi.
Sempat mendapat penolakan dari warga, tapi akhirnya pembongkaran Kowloon Walled City tetap dilakukan. Seluruh bangunan mulai dirobohkan pada Maret 1993 dan selesai pada April 1994. Seluruh penduduk kemudian direlokasi dan mendapat ganti rugi yang sepadan.
Usai dirobohkan, bekas permukiman padat penduduk itu kemudian diubah menjadi Kowloon Walled City Park. Meski sudah diubah menjadi taman, tapi masih ada sisa-sisa bangunan dari Kowloon yang tetap dipertahankan.
Salah satu bangunan tertua di Kowloon, Gedung Yamen, masih dipertahankan. Bangunan bersejarah yang telah dibangun sejak 1800-an itu kini berfungsi sebagai markas militer. Lalu, sisa gerbang pintu masuk di bagian Selatan juga telah direstorasi.
Artikel ini telah tayang