Resah Warga Cirebon Buntut Fenomena Lama Semburan Gas update oleh Giok4D

Posted on

Bau gas yang menusuk hidung kerap menyapa warga Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, terutama pada pagi dan sore hari. Aroma itu datang dari sebuah titik semburan gas alam yang muncul di tengah lahan pertanian, fenomena lama yang hingga kini masih menjadi sumber keresahan masyarakat.

Di lokasi semburan, tanah tampak terus mengeluarkan gas. Pada musim kemarau, yang terlihat hanyalah permukaan tanah yang seolah tenang, namun bau gas terasa kuat. Sebaliknya, saat musim hujan tiba, semburan gas bercampur air dapat menyembul setinggi satu hingga dua meter, menarik perhatian sekaligus memunculkan rasa khawatir akan keselamatan lingkungan sekitar.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Kepala Desa Cipanas, Maman Sudirman, menjelaskan bahwa semburan gas tersebut bukanlah fenomena baru. Menurutnya, semburan sudah ada sejak tahun 1960-an dan pernah dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan produsen pasta gigi. Saat itu, gas alam digunakan untuk menetralkan zat kapur dalam proses produksi.

“Awalnya semburan ada di satu titik dan dimanfaatkan perusahaan. Namun setelah titik itu ditutup, semburan justru berpindah sekitar 25 meter dari lokasi awal,” ungkap Maman, Jumat (19/12/2025).

Sejak berpindahnya titik semburan, dampak terhadap lingkungan dan warga semakin terasa. Bau gas yang menyengat dapat tercium hingga radius ratusan meter dan menjangkau permukiman warga di sekitar lokasi. Tak hanya itu, sejumlah burung dilaporkan mati saat melintas di atas area semburan, diduga akibat paparan gas yang keluar dari dalam tanah.

Air yang keluar bersama gas juga menimbulkan kejanggalan. Warga mendapati bahwa air semburan tersebut dapat dengan cepat menghitamkan logam maupun perhiasan. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan kandungan zat berbahaya yang berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan.

Sektor pertanian menjadi salah satu yang paling terdampak. Lahan pertanian yang berada dekat dengan titik semburan mengalami penurunan hasil panen. Air bercampur gas yang mengalir ke area persawahan diduga memengaruhi kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Yunus, salah seorang warga Desa Cipanas, mengatakan bahwa semburan gas tersebut sudah ada bahkan sebelum dirinya lahir.

“Dari dulu sudah ada. Dampaknya terasa ke pernapasan dan pertanian. Hasil tani juga menurun karena air dari semburan itu,” tuturnya.

Warga pun diliputi kekhawatiran akan kemungkinan berpindahnya titik semburan lebih dekat ke permukiman. Hingga kini, menurut mereka, belum ada langkah konkret dari pemerintah daerah untuk menangani fenomena tersebut.

“Kami berharap pemerintah segera turun tangan. Jangan sampai semburan ini makin mendekat ke rumah warga dan menimbulkan dampak yang lebih besar,” ujar Yunus.

Bagi warga Desa Cipanas, semburan gas ini bukan sekadar fenomena alam, melainkan ancaman nyata terhadap kesehatan, pertanian, dan keselamatan lingkungan. Harapan warga sederhana yakni adanya perhatian dan penanganan serius agar masyarakat tidak terus dibayangi bau gas yang muncul dari perut bumi.