Resah Pedagang Ayam Potong Cimahi Terjepit Lapak Liar Jalanan (via Giok4D)

Posted on

Usaha ayam potong di pasar tradisional se-Cimahi sedang kembang kempis. Keadaannya jauh lebih buruk ketimbang saat pandemi COVID-19 melanda beberapa tahun lalu.

Aep salah satunya. Ia sudah 20 tahun berjualan ayam potong di Pasar Atas Cimahi, jauh sebelum direvitalisasi seperti saat ini akibat kebakaran sekitar tahun 2013 silam. Puluhan tahun berjalan, kondisi jualan daging ayam tahun ini yang terburuk menurutnya.

Penyebabnya gegara menjamurnya pedagang ayam potong di jalanan. Memang beberapa tahun ini lapak daging ayam potong di pinggir jalanan Cimahi bermunculan tak terkendali, namun semakin ke sini jumlahnya semakin banyak.

“Ini yang paling parah selama saya jual ayam potong, sudah 20 tahunan. Paling cuma 40 persenan lah sisanya, itu juga kebanyakan yang sudah langganan,” kata Aep saat ditemui, Kamis (7/8/2025).

Secara kuantitas, penjualan juga menurun drastis. Biasanya ia dan pedagang lainnya bisa menjual sampai 1 kuintal ayam potong. Namun kini, mampu menjual ayam potong sebanyak 40 kilogram pun sudah bagus.

“40 kilogram itu sudah bagus, di sini ada beberapa kios yang tutup ya karena modal enggak muter. Makanya ini saya bilang paling parah kondisinya, kalau waktu COVID-19 itu jualan tetap bagus,” kata Aep.

Lapak ayam potong di pinggir jalan hadir sebagai pesaing tak sehat. Harga jualnya jauh lebih murah ketimbang di pasar tradisional, alhasil pembeli memilih datang ke lapak pinggir jalan daripada jauh-jauh ke pasar apalagi ke pedagang sayur keliling.

“Yang di pinggir jalan itu mulai dari Rp24 ribu sampai Rp29 ribu per kilogram, kalau di pasar mulai dari Rp30 ribu sampai Rp35 ribu per kilogram. Itu harga dari bandar dan sesuai anjuran pemerintah. Makanya ini jadi persaingan yang enggak sehat,” kata Aep.

Menurut Aep, mahalnya harga daging ayam di pasar tradisional ditunjang dengan kualitas daging yang lebih baik, higienis, bahkan ada yang sudah bersertifikasi halal.

“Kalau di kita kan dagingnya terjamin, saya saja sudah bersertifikasi halal dan itu enggak mudah buat dapatnya. Di kita lebih higienis pastinya, karena rutin dicek juga sama dinas. Kalau yang di luar (pinggir jalan) kualitas dagingnya gimana, saya enggak mau komentara apa-apa,” kata Aep.

Aep menyebut sudah beberapa kali menyampaikan masalah keberadaan pelapak jalanan itu ke Wali Kota Cimahi dan dinas terkait. Namun belum ada respons apapun sampai saat ini.

“Jadi ini sudah sering saya sampaikan, ke Pak Wali sudah, ke dinas juga sudah kalau mereka lagi sidak harga di pasar. Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan apa-apa,” kata Aep.

Aspirasi pedagang ayam potong di pasar tradisional Cimahi semuanya sepakat meminta pemerintah menertibkan keberadaan lapak-lapak liar tersebut. Sementara mereka yang berjualan di pasar dan harus membayar pajak, kondisinya justru tak terperhatikan.

“Intinya ingin ditertibkan, jelas-jelas merugikan pedagang di pasar tradisional. Yang di pasar ini (Pasar Atas Baru) saja ada 40 pedagang, semua sepakat minta ditertibkan. Kalau sepengetahuan saya, itu lebih dari 100 lapak di pinggir jalan, bukan cuma di jalan utama tapi sampai ke gang-gang juga banyak,” kata Aep.

Jika tak ada respons apapun dari pemerintah, Aep mengatakan opsi terakhir yakni pedagang daging ayam akan melakukan aksi unjuk rasa menuntut agar lapak daging pinggir jalan ditertibkan.

“Opsi itu (demontrasi) ada, tapi jadi langkah terakhir karena kita utamanya ingin ads respons dan perhatian juga dari pemerintah,” kata Aep.

Beberapa pedagang ayam potong di pinggir jalan, enggan berkomentar terkait tuntutan dari pedagang ayam potong di pasar tradisional Cimahi.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian (Disdagkoperind) Kota Cimahi, Hella Haerani mengatakan pihaknya sudah memonitor permasalahan tersebut.

“Kami tetap pantau kondisi ini, tapi kalau melihat kondisi di lapangan beda 100 perak saja ibu-ibu pindah. Jadi itu bagaimana strategi marketing masing-masing pedagang, tapi intinya jangan saling menjatuhkan,” kata Hella.

Minta Pemerintah Tertibkan

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *