Situ Ciburuy, salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bandung Barat (KBB) jadi andalan menyedot pelancong. Berbagai cara dilaksanakan, mulai dari promosi hingga revitalisasi.
Danau buatan peninggalan Hindia-Belanda itu jadi andalan warga sekitar sebagai sumber pertanian hingga perikanan. Terlebih sebagai objek wisata murah meriah dan tempat latihan dayung buat atlet Bandung Barat.
Di tahun 2019, ketika Ridwan Kamil menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat waduk seluas 45 hektare itu dipugar. Anggarannya tak sedikit, mencapai Rp32 miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan di dua tahun anggaran yakni 2019 dan 2020.
Revitalisasi danau itu akhirnya selesai di tahun 2022, Ridwan Kamil sendiri yang meresmikannya. Situ itu digadang-gadang bisa menyaingi pamor objek wisata yang tersebar di kawasan Lembang, sebagai tulang punggung pariwisata Bandung Barat.
Harapan tinggal harapan. Tumpleknya pengunjung ke Situ Ciburuy seperti yang digaungkan Ridwan Kamil dan pemerintah daerah tak terwujud. Pelaku wisata seperti jasa sewa perahu hingga warung-warung di sekitar destinasi wisata itu gigit jari.
“Ramai paling di hari Sabtu sama Minggu, itu juga masih jauh kalau dibanding sebelum COVID-19,” kata Kiki (62), pelaku jasa perahu wisata di Situ Ciburuy, Kamis (18/9/2025).
Beberapa penyebab sepinya pengunjung ke Situ Ciburuy karena konsep penataan yang menurutnya tak jelas. Keberadaan bale-bale yang dibuat untuk pengunjung nyatanya tak menarik.
“Kemudian posisinya juga membelakangi warung, harusnya jangan membelakangi, tapi bisa masuk dari depan dan belakang. Terus fasilitas penunjang lainnya harus dilengkapi, padahal ini kan wisata murah meriah,” kata Kiki.
Kini, hari-hari biasa ia cuma mengandalkan warung untuk mendapatkan penghasilan. Sementara perahunya terparkir tanpa ada wisatawan yang hendak menyewa. Ia juga sedang dihadapkan pada rencana penertiban warung dan bangunan di kawasan Situ Ciburuy.
“Perahu mulai dari Rp50 ribu sampai Rp100 ribu, tapi jarang sekali yang sewa itu juga. Kalau akhir pekan paling 1, sudah lumayan. Ya sekarang dagang, tapi kan mau dibongkar juga warungnya, bingung nanti kerja apalagi,” kata Kiki.
Kepala Desa Ciburuy, Firmansyah, menyebut pihaknya berharap ada keterlibatan desa dalam pengelolaan aset di Situ Ciburuy. Sebab selama ini pengelolaan masih dipegang Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Ya kami dari pemerintah desa, minta kebijaksanaannya supaya bisa dilibatkan dalam pengelolaan aset. Supaya wisata bisa kita dongkrak, kasihan yang mengandalkan hidup dari wisata di sini,” kata Firmansyah.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Sumber Daya Air juga sedang melakukan penataan kawasan. Diawali dengan penertiban bangunan liar pada Kamis (18/9/2025) siang.
“Kita lakukan penataan kawasan, untuk mengembalikan ke fungsinya. Kita siapkan anggaran sekitar Rp13 miliar,” kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Revitalisasi Situ Ciburuy pada UPTD Dinas Sumber Daya Air, Wilayah Sungai Citarum, Ninda Agustina.
Rencana penertiban itu juga demi mengembalikan luas keseluruhan kawasan Situ Ciburuy yang sudah banyak termakan bangunan. Saat ini, luas Situ Ciburuy tak lebih dari 15 hektare.
“Luasan area Situ Ciburuy itu dikembalikan ke 25 hektar, itu juga secara bertahap karena keterbatasan anggaran. Untuk tahap pertama ini ada di area situ 2, yakni hulunya dulu kita tertibkan untuk memberi batasan. Inilah batas situ yang tidak boleh diganggu gugat oleh masyarakat. Jadi sebetulnya dari 25 hektar menciut jadi 15 hektar dan kita usahakan kembalikan,” tutur Ninda.