Rakit Bambu Jadi Andalan Kala Jembatan Tak Kunjung Datang

Posted on

Rakit menjadi andalan sebagian warga yang tinggal di dua dusun Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Bukan kali ini saja, namun sejak puluhan tahun lalu.

Bukan tanpa alasan, sebab buat sekitar 1.200-an jiwa yang tinggal di dusun 2 dan 4 Desa Karanganyar, terpisah oleh Waduk Saguling, aliran Sungai Citarum. Alhasil, jalur air menjadi alternatif dikala mereka malas memutar lewat jalur darat.

Misalnya untuk akses kesehatan, warga dua dusun itu mesti berobat ke puskesmas di kecamatan tetangga, yakni Desa Citalem di Kecamatan Cipongkor maupun ke Desa Tanjungjaya di Kecamatan Cihampelas.

Pun jika mesti ke Puskesmas Cililin, maka mereka bakal menempuh perjalanan selama satu sampai dua jam. Serupa jika mereka harus berobat ke Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Karanganyar, yang berjarak sekitar 16 sampai 20 kilometer lewat jalur darat.

Kemudian untuk kebutuhan pengurusan administrasi di kantor desa, mereka perlu menempuh jarak yang sama. Tetapi lain soal kalau menyeberangi sungai, maka perjalanan akan ditempuh hanya sepertiganya saja.

“Memang sudah sejak dulu, jadi ada yang langganan lewat rakit atau perahu. Soalnya kalau lewat darat itu memutar. Misalnya ke kantor desa, naik ojek itu bayar Rp50 ribu. Ke Puskesmas Cililin juga sama bayar segitu,” kata Asep Saepuloh, warga dusun 2 Desa Karanganyar saat ditemui, Selasa (27/5/2025).

Pilihan menggunakan rakit juga dipilih sejumlah siswa yang tercatat bersekolah di SD Negeri Panaruban. Siswa yang naik rakit merupakan warga dusun 1 dan 3, yang ada di seberang sekolah. Setiap hari mereka naik turun rakit berbahan dasar bambu yang disatukan dengan tali dan paku.

“Ya ada anak sekolah juga yang naik rakit, rumahnya di seberang, Kampung Sampora. Ada sekitar 5 orang yang tiap hari naik rakit sekolahnya,” kata Asep.

Asep menyebut ia dan ribuan warga lainnya bukan tanpa asa ingin dibuatkan jembatan penyeberangan di atas sungai. Namun berkali-kali niat diutarakan, tak pernah ada respons sama sekali dari pemerintah.

“Ya kalau melihat kebutuhan, kami sangat ingin ada jembatan. Kalau naik rakit, kadang bahaya juga ketika air pasang, terus lagi hujan, akhirnya terpaksa memutar. Mudah-mudahan bisa diwujudkan ada jembatan,” kata Asep.

Keinginan untuk dibuatkan jembatan buka sebatas harap dari lisan semata. Kepala Desa Karanganyar, Asep Hermawan, mengaku ia sudah berulangkali mengajukan, namun sama sekali tak ada jawaban.

“Saya sudah beberapa kali mengajukan permohonan pembuatan jembatan. Kebetulan ini kan ada di lahan Indonesia Power (IP), kata IP silakan bersurat dulu ke kecamatan, Dinas PUTR KBB, bahkan ke swasta, tapi sama sekali tidak direspons,” kata Asep.

Pihak swasta sebetulnya memberikan jawaban siap memfasilitasi pembangunan, namun terbentur pada perizinan yang sampai saat ini masih mandek di sang empunya lahan.

“Ya mau bagaimana lagi, kami tidak bisa memaksa. Cuma bisa berharap mudah-mudahan didengar sama pemerintah supaya memfasilitasi pembangunan jembatan,” kata Asep.

Sudah Berkali-kali Ajukan Pembuatan Jembatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *