Bangunan-bangunan tua di negara Eropa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Walau usianya sudah ribuan tahun, bangunan itu masih kokoh berdiri. Lalu apa rahasia di baliknya ?
Dilansir CNN, salah satu material yang banyak dipakai pada bangunan kuno Eropa khususnya yang berdiri pada zaman Romawi Kuno adalah jenis beton.
Namun, material ini tentu memiliki keistimewaan yang membedakannya dengan beton-beton yang banyak digunakan pada bangunan saat ini.
Para ilmuwan dari Romawi hingga China telah mencari tahu teknik-teknik pembangunannya. Sejauh ini mereka menyimpulkan terdapat 2 faktor penting yang mempengaruhi ketahanan bangunan di Eropa hingga saat, dilansir Discover Magazine berikut di antaranya.
Benar saja, komponen pembentuk beton pada bangunan kuno dengan saat ini berbeda. Ilmuwan mendapati jika komponen beton zaman dahulu dicampurkan dengan abu vulkanik sehingga lebih kuat dan tahan lama.
“Sejak saya pertama kali mulai bekerja dengan beton Romawi kuno, saya selalu terpesona dengan fitur-fitur ini,” kata Admir Masic, seorang penulis studi dan profesor teknik sipil dan lingkungan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), seperti yang dilansir Selasa (27/5/2025).
Menurut studi Science Advances, teknik pencampuran abu vulkanik ke dalam beton menyebabkan munculnya bongkahan mineral kecil di seluruh material. Pada awalnya, bongkahan ini disangka sebagai ‘cacat’ pada beton, tetapi keberadaannya justru menjadi kunci penting kokohnya beton untuk struktur bangunan kuno pada masa itu hingga yang terbukti hingga saat ini.
Beton terbuat dari kombinasi zat yang mengandung kalsium (kapur dan air) serta serangkaian agregat yang dihancurkan halus dan kasar (abu vulkanik dan puing-puing).
Para ilmuwan pada awalnya mengira orang Romawi kuno memakai kapur sirih sebagai pelengkap pada komposisi beton. Sebab, kapur siri apabila telah dicampurkan dengan air akan basah dan lengket sehingga bagus untuk struktur kekokohan beton.
Namun, dari hasir penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa kapur siri tidak ditemukan dalam komposisi tersebut atau yang mereka sebut dengan penciptaan klas.
Sebaliknya, para ilmuwan yang mempelajari struktur bangunan di situs arkeologi Privernum di Italia, menemukan bahwa sepertinya orang Romawi menambahkan kapur tohor (bentuk kapur yang lebih murni tanpa air) yang menyebabkan pembentukan klas beton.
Klas-klas tersebut yang justru membuat beton bisa begitu stabil sehingga mampu memberikan material kemampuan otomatis dalam memperbaiki dan membentengi dirinya sendiri.
Setiap retakan terbentuk pada struktur beton, layaknya proses penyembuhan luka, retak tersebut bisa diperbaiki karena klas kalsium yang ditambahkan dalam komposisinya.
Uniknya lagi, jika air merembes ke dalam celah-celah ini, kalsium yang terpecah nantinya akan berubah menjadi larutan jenuh kalsium. Secara otomatis pula zat ini akan mengeras lalu mengisi celah tersebut, sehingga mencegahnya menyebar lebih jauh.
Dengan begitu, para peneliti melihat temuan ini sebagai pembuka pengembangan formulasi beton yang lebih tahan lama, kokoh, dan berkelanjutan untuk masa depan.
Artikel ini telah tayang di