Denting gambus bertemu beat musik modern. Suara sopran yang dulu akrab mengumandangkan syair pujian kini memenuhi panggung, menambah harmoni baru, tetapi tetap menjaga esensi dakwah yang damai. Itulah wajah LASQI Nusantara Fest 2025, ketika qasidah tidak lagi diposisikan sebagai seni nostalgia, tetapi sebagai gerakan budaya masa kini.
Selama empat hari, 4-7 Desember 2025, Kabupaten Bogor menjadi pusat pertemuan seni religi terbesar tahun ini. Sebanyak 1.500 seniman dari 25 provinsi datang membawa irama dari tanah kelahiran masing-masing, dari Aceh sampai NTT.

Bagi mereka, qasidah bukan sekadar alunan, tetapi sebuah identitas budaya yang terus hidup, bertransformasi, dan diwariskan. Ketua DPD LASQI Nusantara Jaya Kabupaten Bogor, Lukmanudin Ar Rasyid, memposisikan festival ini bukan hanya ajang lomba.
Baginya, presentasi qasidah hari ini adalah gambaran dialog berlapis antara tradisi dan zaman. “Kami ingin menunjukkan bahwa dakwah bisa disampaikan dengan cara-cara yang indah, lembut, dan penuh kreativitas,” ujar Lukman saat berbincang dengan infocom, Jumat (5/12/2025).
“Seni Islam itu bukan hanya hiburan, tetapi juga kekuatan moral,” Lukman menambahkan.
Terdapat empat kategori lomba yang digelar dalam LASQI Nusantara Fest 2025, yaitu qasidah klasik, qasidah kontemporer, pop religi, dan gambus. Kategori ini terbagi berdasarkan jenjang usia peserta anak, remaja, dan dewasa.
Lukman mengatakan, ada ruang untuk langgam lama yang penuh adab, dan ada panggung untuk generasi baru yang membungkus pesan tauhid dalam aransemen modern, tanpa memutus akar.
“Di sinilah Qasidah menemukan nafas baru sebagai tradisi yang bergerak, bukan tradisi yang dipajang. Ia tidak hanya bersenandung di pengajian dan panggung kampung, tetapi juga tampil percaya diri di arena nasional,” jelas Lukman, yang juga Politikus PKB ini.
Momentum Bogor semakin kuat ketika Ketua DPP LASQI Nusantara Jaya, Jazilul Fawaid, menyampaikan bahwa festival tahun ini juga menjadi bagian dari langkah besar untuk mendapatkan pengakuan warisan nasional.
“Qasidah ini akan kita ajukan menjadi warisan budaya tak benda,” ujar Gus Jazil, sapaan Jazilul, di sela Gala Dinner di Pendopo Bupati Bogor, Kamis (4/12/2025) malam.
Ia menambahkan, seni ini telah menjadi medium dakwah yang merangkul, bukan menghakimi. Seni ini menciptakan ruang komunikasi sosial yang lembut, dari lirik tentang akhlak, syair kecintaan kepada Nabi, hingga semangat persatuan umat.
Di tempat terpisah, Bupati Rudy Susmanto menegaskan komitmen Bogor untuk menjaga martabat seni Islam sebagai budaya yang hidup di tengah masyarakat.
“Menjadi tuan rumah kegiatan nasional adalah kehormatan bagi kami, sekaligus bukti bahwa Bogor siap dan mampu menyambut tamu dari seluruh Nusantara,” ujarnya.
Upaya menjadikan qasidah sebagai warisan budaya tak benda bukan sekadar proses administratif, tetapi gerakan kebudayaan yang menyangkut ingatan kolektif masyarakat.
LASQI Nusantara Fest 2025 menjadi pintu bagi pengakuan resmi dari negara, dengan DPP LASQI Nusantara Jaya menegaskan komitmennya untuk mengajukan qasidah dalam daftar budaya tak benda.
“Beberapa waktu lalu kami sudah bertemu dengan Menteri Kebudayaan, dan dia menyambut baik. Ini berarti, ke depan Kementerian Kebudayaan akan ikut dalam upaya pelestarian ini,” kata Lukman.
Langkah ini lahir dari kesadaran bahwa qasidah telah hidup puluhan tahun di tengah masyarakat, dari kampung hingga kota, menjadi media dakwah bersyair dan pendidikan karakter yang lembut.
Pelestarian dilakukan melalui pembinaan berjenjang, revitalisasi repertoar klasik, dokumentasi karya, hingga membuka ruang ekspresi bagi qasidah kontemporer agar tetap relevan bagi generasi muda.
Dengan pengakuan formal, qasidah tidak hanya dihormati sebagai seni religi, tetapi diakui sebagai identitas kultural Indonesia yang layak diwariskan lintas generasi.
Qasidah sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Upaya menjadikan qasidah sebagai warisan budaya tak benda bukan sekadar proses administratif, tetapi gerakan kebudayaan yang menyangkut ingatan kolektif masyarakat.
LASQI Nusantara Fest 2025 menjadi pintu bagi pengakuan resmi dari negara, dengan DPP LASQI Nusantara Jaya menegaskan komitmennya untuk mengajukan qasidah dalam daftar budaya tak benda.
“Beberapa waktu lalu kami sudah bertemu dengan Menteri Kebudayaan, dan dia menyambut baik. Ini berarti, ke depan Kementerian Kebudayaan akan ikut dalam upaya pelestarian ini,” kata Lukman.
Langkah ini lahir dari kesadaran bahwa qasidah telah hidup puluhan tahun di tengah masyarakat, dari kampung hingga kota, menjadi media dakwah bersyair dan pendidikan karakter yang lembut.
Pelestarian dilakukan melalui pembinaan berjenjang, revitalisasi repertoar klasik, dokumentasi karya, hingga membuka ruang ekspresi bagi qasidah kontemporer agar tetap relevan bagi generasi muda.
Dengan pengakuan formal, qasidah tidak hanya dihormati sebagai seni religi, tetapi diakui sebagai identitas kultural Indonesia yang layak diwariskan lintas generasi.






