Psikolog Ungkap Surat Eneng Tunjukkan Tanda Bullying Berulang

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Kasus dugaan perundungan yang berujung pada bunuh diri siswi MTsN berinisial AK (14) atau Eneng di Sukabumi terus menjadi sorotan. Psikolog Dikdik Hardy, menilai isi surat yang ditulis korban sebelum mengakhiri hidupnya menunjukkan indikasi kuat adanya intimidasi berulang dari lebih dari satu pelaku.

“Secara bahasa, bully atau rundung berarti mengganggu, menyusahkan, atau menyakiti orang lain secara fisik maupun psikis secara berulang-ulang,” kata Dikdik saat dihubungi infoJabar, Minggu (2/11/2025).

American Psychological Association (APA) mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk menimbulkan rasa tidak nyaman atau luka emosional pada korban. Dampak yang ditimbulkan pun bisa sangat serius, mulai dari rasa takut, sedih, dan marah berlebihan; sulit berkonsentrasi; gangguan fisik seperti psikosomatis; menarik diri dari lingkungan sosial; hingga munculnya potensi bunuh diri.

Dikdik menyoroti isi surat yang ditulis korban, yang sempat viral di media sosial. Dalam surat itu, korban menulis kata ‘kalian’, yang menurutnya bisa menjadi indikasi bahwa korban tidak hanya berhadapan dengan satu orang pelaku.

“Dalam pola perilaku bullying, biasanya ada pelaku utama atau leader yang memprovokasi orang lain agar ikut mem-bully. Dari isi surat korban, tampak bahwa intimidasi dilakukan secara berulang oleh lebih dari satu orang,” jelasnya.

Ia menambahkan, efek bullying terhadap setiap korban berbeda-beda tergantung daya tahan psikis dan dukungan dari lingkungan terdekat. Dalam kasus ini, besar kemungkinan korban tidak mendapat dukungan emosional yang cukup untuk mengantisipasi dampak perundungan yang dialaminya.

Psikolog itu menilai, dari isi surat yang menunjukkan perasaan marah dan kekecewaan, korban kemungkinan telah mengalami kerentanan emosi yang tidak disadari lingkungan sekitarnya.

“Awalnya mungkin korban hanya terlihat sensitif dan mudah marah, tapi sebenarnya itu bisa jadi bentuk respons dari tekanan emosional akibat bullying,” ujarnya.

Dikdik menyebutkan tanda-tanda korban bullying bisa dikenali dari perubahan perilaku seperti murung, menarik diri dari teman, hingga sering mengeluh sakit seperti maag atau migrain tanpa sebab medis jelas (gejala psikosomatis).

“Kalau sudah ada tanda-tanda seperti itu, orang tua, guru, atau teman seharusnya segera melakukan pendekatan emosional, memberi ruang untuk mengekspresikan emosi tanpa menghakimi, dan terus mendampingi sampai korban kembali percaya diri,” kata Dikdik.

Dalam kasus bunuh diri seperti yang terjadi pada Eneng, korban bullying mengekspresikan kemarahan dan rasa frustasi pada dirinya sendiri. Kondisi ini disebut agresi intrapunitif.

“Namun ada juga korban bullying yang justru melampiaskan agresinya pada orang lain, baik kepada pelaku atau orang lain secara acak. Ini disebut agresi interpunitif, biasanya muncul karena korban sudah kehilangan kepercayaan pada orang di sekitarnya,” jelas Dikdik.

Ia menegaskan, pencegahan kasus serupa tidak cukup hanya dengan menghentikan perilaku bullying. Perlu ada upaya mengubah pola pikir pelaku yang merasa superior dan memulihkan korban dari rasa inferioritas agar kejadian tragis seperti yang dialami Eneng tidak terulang lagi.

Isi Surat Korban Indikasikan Lebih dari Satu Pelaku

Bentuk Agresi: Menyakiti Diri Sendiri atau Orang Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *