Produksi beras di Kabupaten Kuningan meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yang berdampak pada surplus.
Data Dinas Pangan Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa produksi beras di Kuningan pada tahun 2025 mencapai 254.124 ton. Angka ini naik dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 225.995 ton.
Meningkatnya produksi beras juga menyebabkan Kuningan mengalami surplus. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kuningan, Wahyu Hidayah, menjelaskan surplus beras dihitung dari total produksi beras dikurangi dengan kebutuhan konsumsi penduduk.
Pada tahun 2025, kebutuhan beras di Kuningan mencapai 134.191 ton. Dengan produksi beras sebesar 254.124 ton, Kuningan mengalami surplus beras sebesar 119.933 ton.
“Surplus itu perhitungan produksi dikurangi konsumsi beras di Kabupaten Kuningan, dikali konsumsi per kapita, dikali sepanjang tahun. Jumlah penduduk dikali 365 hari dikali 0,3 kg per orang per hari. Jadi 254.124 ton (produksi) dikurangi 134.191 ton (kebutuhan), sehingga surplus 119.933 ton. Untuk 2024, surplusnya adalah 93.070 ton. Jadi naik,” tutur Wahyu, Senin (14/12/2025).
Selain produksi yang meningkat, luas tanam dan luas panen juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2024, luas tanam dan luas panen padi di Kabupaten Kuningan masing-masing sebesar 56.929 hektare. Pada tahun 2025, jumlahnya naik menjadi 64.185 hektare luas tanam dan 64.188 hektare luas panen.
“Itu jika dilihat dari tahun sebelumnya. Namun, jika dilihat dari target provinsi, yang menargetkan luas tanam 52.975 hektare dan luas panen 50.817 hektare, ternyata realisasinya melampaui target secara signifikan. Tahun 2025 luas tanamnya 64.185 hektare, luas panennya 64.188 hektare. Itu data sampai akhir tahun,” tutur Wahyu.
Wahyu memaparkan, salah satu penyebab meningkatnya produksi beras di Kuningan karena wilayah tersebut mengalami kemarau basah yang menyebabkan tingginya intensitas hujan. Menurutnya, hal ini sangat menguntungkan bagi petani, karena dalam setahun bisa panen tiga kali.
Selain itu, program dan bantuan dari pemerintah turut mendorong peningkatan produksi beras di Kabupaten Kuningan.
“Dengan adanya kemarau basah, ini meningkatkan indeks pertanaman di Kuningan. Juga karena mendapatkan fasilitas optimalisasi lahan dari kementerian. Di samping mengandalkan curah hujan, juga memanfaatkan sungai dengan irigasi pemompaan. Fasilitasi bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti traktor untuk pengelolaan lahan, ada juga bantuan stimulan pengelolaan lahan untuk percepatan penambahan luas lahan dan panen,” pungkas Wahyu.
Meskipun terjadi surplus beras, Wahyu mengatakan bahwa harga beras di Kuningan tidak akan mengalami penurunan. Pasalnya, petani menjual hasilnya secara bertahap, ditambah adanya intervensi harga gabah dari pemerintah.
“Beras itu masih berada di masyarakat, dan petani di desa menaruhnya di gudang. Biasanya dijual dengan cara mencicil pada saat panen. Jadi gabah lama keluar, gabah baru masuk. Ada juga yang langsung dijual. Apalagi Bulog menghargai langsung gabah kering panen Rp6.500 dan itu menguntungkan,” pungkas Wahyu.







