Pramuka Ternyata Berasal dari Kata Ini, Siapa Baru Tahu? baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Di peringatan Hari Pramuka ke-64 Tahun 2025 pada 14 Agustus ini, perhatian kita kembali tertuju pada salah satu gerakan kepanduan terbesar di dunia, Gerakan Pramuka Indonesia. Sebuah pertanyaan menarik seringkali muncul: dari mana sebenarnya asal-usul kata “Pramuka” itu sendiri? Apakah ia sekadar singkatan, atau memiliki akar sejarah yang lebih dalam?

Ternyata, nama “Pramuka” menyimpan kisah menarik dan makna ganda yang mencerminkan semangat serta filosofi gerakan ini. Bukan hanya akronim modern, tetapi juga berakar pada bahasa kuno yang kaya akan makna heroik.

Secara umum, banyak yang mengenal “Pramuka” sebagai singkatan resmi dari “Praja Muda Karana”. Menurut Kemendikbud dan Wikipedia, akronim ini memiliki arti yang sangat relevan dengan jiwa kepanduan: “jiwa muda yang suka berkarya” atau “orang muda yang suka bekerja”. Makna ini secara langsung merefleksikan semangat produktivitas, inovasi, dan kontribusi yang ingin ditanamkan kepada generasi muda anggota Pramuka.

Namun, jauh sebelum ditetapkan sebagai akronim tersebut, kata “Pramuka” sebenarnya memiliki akar yang lebih tua dan mendalam dari bahasa Jawa. Mengutip Kompasiana.com dan infocom, kata ini diyakini diambil dari istilah “paramuka” atau “poromuko”, yang secara harfiah berarti “pasukan terdepan dalam perang”.

Sosok penting di balik pemilihan istilah ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau adalah tokoh yang pertama kali menggagas penggunaan istilah “Pramuka” untuk menamai Gerakan Pramuka di Indonesia. Pemilihan ini tentu bukan tanpa alasan, melainkan karena makna “pasukan terdepan” sangat selaras dengan cita-cita pembentukan generasi muda yang berani, tangguh, dan siap menjadi garda terdepan pembangunan bangsa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, “pramuka” didefinisikan sebagai organisasi untuk pemuda yang mendidik para anggotanya agar terampil, disiplin, percaya diri, hingga saling menolong. Dalam konteks ini, kata “Pramuka” juga merujuk pada sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka itu sendiri.

Anggota Gerakan Pramuka dikelompokkan berdasarkan usia ke dalam empat tingkatan utama:

Pramuka Siaga (7-10 tahun)

Pramuka Penggalang (11-15 tahun)

Pramuka Penegak (16-20 tahun)

Pramuka Pandega (21-25 tahun)

Selain itu, terdapat pula kelompok anggota dewasa yang berperan sebagai pelatih, andalan, pembina, staf kwartir, pamong saka, dan majelis pembimbing, yang semuanya merupakan bagian integral dari ekosistem Gerakan Pramuka.

Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia berawal dari adanya gerakan kepanduan nasional yang telah berdiri sejak tahun 1923. Pada masa tersebut, ditandai dengan berdirinya Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) di Batavia (sekarang Jakarta). Kedua gerakan ini kemudian bersatu pada tahun 1936 dan berganti nama menjadi Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO).

Meski sempat mengalami pasang surut, terutama saat tentara Jepang datang dan melarang organisasi rakyat, semangat kepramukaan kembali bergelora pasca-kemerdekaan. Puncaknya, pada 14 Agustus 1961, sebuah Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) digelar untuk meresmikan Gerakan Pramuka Indonesia. Pada acara inilah, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memperkenalkan istilah “Pramuka” untuk pertama kalinya. Peran besar beliau dalam mendirikan dan mengembangkan gerakan ini kemudian membuatnya diresmikan sebagai Bapak Pramuka Indonesia pada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka tahun 1998 di Dili, Timor Timur. Hari kelahiran beliau, 12 April, kini juga diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.

Gerakan Pramuka memiliki tujuan yang jelas: membentuk setiap anggotanya menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.

Di dalam Gerakan Pramuka, dikenal pula istilah Kepramukaan. Ini adalah proses pendidikan yang unik, dilakukan di luar lingkungan sekolah dan keluarga. Bentuknya berupa kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis yang umumnya dilakukan di alam terbuka.

Kepramukaan berlandaskan pada prinsip dasar yang kuat:

Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama makhluk hidup, dan alam seisinya.

Peduli terhadap dirinya pribadi.

Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka (Tri Satya dan Dasa Darma).

Seringkali terjadi kebingungan dalam membedakan ketiga istilah ini. Untuk lebih jelasnya:

Pramuka adalah sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka adalah organisasi kepanduan itu sendiri.

Kepramukaan adalah bentuk kegiatan kepanduan yang dilakukan oleh Pramuka.

Dengan memahami asal-usul yang kaya, baik dari akar bahasa Jawa kuno maupun akronim yang modern, serta mengapresiasi sejarah dan tujuan mulianya, kata “Pramuka” tak lagi sekadar nama. Ia adalah cerminan dari semangat juang, kreativitas, dan kepedulian yang terus dihidupkan oleh jutaan tunas kelapa di seluruh Indonesia, terutama saat kita merayakan Hari Pramuka ke-64 Tahun 2025. Semoga semangat “pasukan terdepan yang suka berkarya” ini terus membara untuk membangun ketahanan bangsa.

Dua Sisi Makna Kata “Pramuka”

Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia: Lahirnya Sebuah Semangat

Perbedaan Antara Pramuka, Gerakan Pramuka, dan Kepramukaan