Potensi yang Tersembunyi di Balik Butiran Kopi Kuningan

Posted on

Mengutip data dari Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, pada 2024 lalu, panen kopi mencapai 775,80 ton, terdiri dari kopi robusta 724,04 ton dan kopi arabika 51,76 ton.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah menyatakan, jumlah tersebut berasal dari lahan seluas 1.485 hektar untuk kopi robusta dan 87,07 hektar arabika.

“Tanaman menghasilkan robusta 658,36 per hektar dan arabika 59,50 hektar. Untuk produktivitasnya robusta 1.099,76 kg per hektar dan Arabika 869,92 kg per hektar,” tutur Wahyu.

Wahyu memaparkan, untuk jenis kopi robusta diproduksi di beberapa kecamatan yang ada di Kuningan seperti Cilebak, Subang, Selajambe, Darma, Ciniru, Hantara, Cilimus, Ciwaru, Karangkancana. Sedangkan untuk arabika ada di Kecamatan Cilebak, Darma, Cigugur, Cilimus dan Mandirancan.

“Alhamdulillah pertama kopi arabika itu di lereng Gunung Ciremai, kemudian ada robusta di dataran rendah. Alhamdulillah difasilitasi oleh Bank Indonesia terkait dengan budidaya dan pemasaran. Kita juga membentuk pendaftaran indikasi geografis,” tutur Wahyu.

Untuk meningkatkan produksi kopi di Kuningan, Dinas Pangan dan Pertanian melakukan beberapa upaya, seperti memberikan bantuan alat pasca panen, penanaman perluasan kopi arabika, dan bantuan pengendalian hama dan penyakit kopi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Kabupaten Kuningan Dadan memaparkan, di Kuningan sendiri ada sekitar ribuan petani kopi yang terbagi dalam puluhan kelompok tani. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring meningkatkannya permintaan kopi Kuningan.

“Ada sekitar 1.500 petani kopi dengan jumlah yang semakin bertambah. Satu kelompok 30 orang, itu saya data yang masuk keanggotaan APEKI,” tutur Dadan.

Menurut Dadan, kebanyakan para petani kopi tersebut menggarap dua jenis kopi, yakni kopi robusta dan kopi arabika.

“Di Kabupaten Kuningan ada dua jenis potensi kopi, yakni arabika dan robusta. Arabika kurang lebih sekitar 250 hektar dan robusta kurang lebih 1.300 hektar. Untuk arabika di 900 MDPL (meter di atas permukaan laut) ke atas, kalau Robusta di bawah 900 MDPL. Untuk arabika sekitar setahun setengah, untuk robusta dua sampai tiga tahun baru bisa dipanen,” tutur Dadan

Bahkan, pada saat Festival World of Coffee (WOC) Jakarta 2025 permintaan kopi arabika Kuningan mencapai 30 ton. Namun, karena terkendala modal dan kapasitas produksi, permintaan tersebut masih belum bisa terpenuhi.

“Kemarin ikutan pameran WOC itu permintaan langsung di lokasi acara untuk arabika itu 30 ton cuman kapasitas produksi di sini masih terbatas, masih terbatas modal,” tutur Dadan.

Menurut Dadan, ke depan, kopi Kuningan masih memiliki potensi yang besar. Ia berharap, semoga kopi Kuningan dapat lebih berkembang dan lebih dikenal.

“Potensi sangat bagus cuman terkendala kapasitas produksi saja. Setiap tahun alhamdulillah ada terus peningkatan. Mudah-mudahan kopi Kuningan semakin berkembang dan mendunia,” pungkas Dadan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *