Teror demi teror menyambar Yulian Anggraini (35), usai tragedi penyiraman air keras oleh orang tak dikenal (OTK) pada 1 Mei 2025. Di saat memulihkan diri, ibu tunggal itu didera oleh ancaman yang membuat mentalnya terguncang.
Beberapa waktu lalu, Yulian dan anaknya yang berusia 7 tahun menjadi sasaran penyiraman air keras pada pagi hari. Kala itu, keduanya berboncengan naik sepeda motor di Jalan Sudajaya, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi.
Saat berada di lokasi kejadian, keduanya berpapasan dengan pelaku yang juga mengendarai sepeda motor. Tanpa diduga, pelaku langsung menyiramkan cairan yang diduga air keras ke arah korban.
“Untuk anak, luka-lukanya sudah mulai mengering. Tapi ibunya justru makin parah, terutama di bagian muka, dada, dan paha. Secara mental pun beliau masih sangat terguncang,” Kuasa Hukum Korban, Dasep Rahman.
Ia menyebut bahwa perawatan kini dilanjutkan oleh keluarga korban dan rawat jalan di kawasan Sudajaya, Baros, Kota Sukabumi. Selain itu, kondisi traumatis dialami khususnya oleh sang anak. Dasep menggambarkan ketakutan luar biasa saat anak melihat pria dewasa.
“Melihat laki-laki bertubuh besar saja, dia langsung ketakutan. Bahkan saat kami pertama kali datang ke rumah sakit, dia begitu ketakutan,” ungkapnya.
Pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan KPAI untuk pendampingan psikologis lebih lanjut. Tak hanya trauma fisik dan psikis, keluarga korban juga masih menerima teror digital.
“Sampai sekarang masih ada teror lewat WhatsApp, Instagram, Twitter. Kadang pelakunya menyamar jadi perempuan, kadang laki-laki,” kata Dasep.
Teror itu berbentuk ancaman yang menyiratkan intimidasi dan gangguan psikologis. “Kalimat-kalimatnya seperti ‘Kamu jangan harap tenang, akan ada perubahan dalam diri kamu’,” ungkapnya.
Dari hasil analisis sementara, Dasep menduga motif pelaku berkaitan dengan kecemburuan dalam hubungan asmara jarak jauh (LDR) yang baru terjalin sekitar 3-4 bulan dan hanya melalui media sosial.
“Korban bilang belum pernah bertemu langsung dengan tersangka. Diduga pelaku tak terima diputuskan,” ucapnya.
Hingga saat ini, ia meminta agar pelaku yang disinyalir berjumlah dua orang segera ditangkap. Korban diketahui adalah seorang janda yang menjadi tulang punggung keluarga.
“Dari sisi ekonomi pun sangat sulit. Korban yang selama ini menghidupi keluarga besarnya,” tambah Dasep.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa perlindungan dan pemulihan korban kekerasan harus menjadi prioritas, terutama ketika menyangkut perempuan dan anak. Pihak kepolisian pun masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.