Pesona Wisata Desa Malasari Magnet Wisata di Kaki Gunung Halimun

Posted on

Berduyun-duyun para wisatawan datang ke Desa Malasari, sebuah desa wisata di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Letak geografis yang relatif dekat dari pusat urban inilah yang menjadikan Malasari sebagai oase pelarian wisatawan, di mana hamparan alam, sejarah, dan budaya berkelindan dalam satu lanskap kehidupan.

Malasari terletak sekitar 66 kilometer dari pusat Jakarta dengan waktu tempuh 2,5 hingga 3 jam perjalanan darat. Sementara dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor di Cibinong, jaraknya sekitar 40 kilometer, dan 29 kilometer dari Kota Bogor atau dapat ditempuh sekitar 1,5 jam berkendara.

“Hampir tiap tahun tidak kurang dari 13 ribu wisatawan dari berbagai daerah dan luar negeri yang datang atau berkunjung ke Malasari,” ucap Ketua Desa Wisata Malasari, Hamdan Yuwafi, Senin (18/8/2025).

Dari jumlah itu, sekitar 12 ribu di antaranya merupakan wisatawan nusantara, sementara wisatawan mancanegara berkisar antara 650 hingga 900 orang setiap tahunnya.

Gelombang kunjungan biasanya meningkat pada Maret-April dan Juli-September, dengan wisatawan mancanegara didominasi oleh pelancong dari Asia Timur dan Eropa.

Hamdan menyebutkan bahwa geliat pariwisata Malasari tidak terlepas dari perbaikan infrastruktur.

“Tentunya sebagai masyarakat Desa Malasari senang dan berterimakasih kepada Pak Rudy Susmanto selaku Bupati Bogor yang sudah mewujudkan harapan masyarakat Desa Malasari,” jelasnya.

Hamdan menambahkan, kualitas jalan yang semakin baik selaras dengan mendongkrak arus wisatawan sekaligus menghidupkan ekonomi warga.

Sebagai desa wisata dengan jumlah penduduk sekitar 8.210 jiwa yang tersebar di 50 RT dan 12 RW, Malasari mayoritas dihuni oleh petani dan pekerja perkebunan teh.

Keindahan alamnya menjadi magnet utama, mulai dari Sawah Terasering 1001 Undak, Pendopo Malasari (bekas rumah Bupati Bogor pertama di perkebunan Teh Nirmala), Sunrise Point Gunung Halimun, hingga trekking hutan tropis dan deretan air terjun seperti Curug Sawer, Curug Kembar, Curug Macan, dan Curug Piit. Bahkan sebuah dusun bernama Kampung Tokyo menjadi daya tarik unik bagi wisatawan.

Namun, Malasari tidak hanya mengandalkan alam. Desa ini juga dikenal sebagai ruang pelestarian budaya Sunda. Kegiatan tradisi Serentaun, pencak silat, jaipongan, degung Halimun, hingga aktivitas bertani seperti tandur (menanam padi) dan nutu (menumbuk padi menjadi beras) masih hidup dalam keseharian.

Inovasi pariwisata pun muncul melalui konsep Pawon Experience, di mana wisatawan diajak langsung ke ladang, memetik hasil tani, lalu memasaknya bersama pemilik homestay.

“Kita juga ada aktivitas namanya Pawon Experience atau kegiatan wisatawan yang diajak oleh pemilik homestay untuk pergi ke ladang, belajar menanam, dan juga mengambil hasil pertanian untuk dibawa ke rumah dan dimasak untuk disantap,” tutur Hamdan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maulana dan Rachmawati (2020) menegaskan bahwa desa wisata berbasis pertanian seperti Malasari memiliki potensi ganda, yakni melestarikan kearifan lokal sekaligus membuka ruang ekonomi kreatif bagi warga.

Hal ini sejalan dengan temuan Pradoto (2021) yang menunjukkan bahwa pengembangan ekowisata di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak tidak hanya berdampak pada konservasi alam, tetapi juga meningkatkan pendapatan rumah tangga lokal.

Kebijakan pemerintah daerah turut memperkuat posisi Malasari di peta wisata nasional. Event olahraga ‘Tour Malasari Halimun Salak 2025’ yang digagas Bupati Bogor Rudy Susmanto, misalnya, menjadi magnet baru.

Event berlabel kejuaraan nasional itu akan diikuti para atlet road bike dan MTB uphill dari berbagai daerah di Indonesia.

“Tour Malasari Halimun Salak ini salah satu event yang sangat bagus dan saya berharap menjadi kalender event tahunan yang digelar oleh Pemkab Bogor,” ucap Hamdan.

Ketua Forum Desa Wisata Kabupaten Bogor, Abas Helmi, pun optimistis dengan gagasan Tour Malasari Halimun-Salak tersebut. Ia menyampaikan terima kasih kepada Bupati Bogor yang menunjuk Malasari sebagai venue ajang sepeda nasional.

“Dengan adanya TMHS 2025 kegiatan Desa Wisata khususnya di Malasari dan Kabupaten Bogor akan semakin berkembang dan maju serta punya daya ungkit pada perekonomian masyarakat,” ujarnya.

Penelitian Harini et al. (2019) mencatat bahwa event berbasis olahraga di destinasi wisata pedesaan terbukti meningkatkan promosi wilayah dan menciptakan multiplier effect pada sektor akomodasi, kuliner, dan transportasi lokal.

Bagi Malasari, agenda besar semacam TMHS 2025 berpotensi melipatgandakan dampak positif pariwisata yang telah terbangun sejak lama.

Kini, dengan dukungan kebijakan, pelestarian budaya, serta kekuatan alam yang eksotis, Malasari kian menegaskan dirinya sebagai wajah pariwisata berkelanjutan di Bogor bagian barat.

Desa ini menjadi bukti bahwa harmoni antara tradisi, sejarah, dan ekowisata dapat membentuk destinasi yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga menghidupi masyarakatnya.

Menyambut Tour Malasari Halimun-Salak 2025

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *