Perpustakaan Keliling dan Upaya Menjemput Minat Baca Warga Bandung | Info Giok4D

Posted on

Minat baca masyarakat, khususnya generasi muda, masih menjadi pekerjaan rumah besar di berbagai daerah, termasuk Kota Bandung. Di tengah derasnya arus informasi digital, membaca buku belum sepenuhnya menjadi kebiasaan yang mengakar. Kondisi inilah yang mendorong berbagai pihak untuk turun tangan melalui kolaborasi dan pendekatan yang lebih kreatif.

Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui program roadshow perpustakaan keliling hasil kerja sama Institut Francais Indonesia (IFI) dan Penerbit Erlangga. Program ini resmi digelar di Taman Balai Kota Bandung pada Kamis (18/12/2025) dan dirancang menyambangi enam kota besar di Indonesia sebagai bagian dari gerakan meningkatkan minat baca masyarakat.

Program ini berangkat dari keprihatinan terhadap rendahnya tingkat kegemaran membaca. IFI mencatat, tingkat minat baca di Kota Bandung masih berada di kisaran 50 persen, jauh tertinggal dibandingkan Prancis yang telah melampaui angka 90 persen.

“Target kami tentu ingin meningkatkan partisipasi masyarakat. Jangan berhenti di angka 50 persen. Harapannya, setiap kegiatan literasi yang kami buat bisa diikuti dengan antusias dan berkelanjutan,” ujar Myra, Kepala Pengajar IFI Bandung.

Menurutnya, rendahnya minat baca bukan hanya persoalan ketersediaan buku, tetapi juga bagaimana membaca diperkenalkan kepada masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Berangkat dari pemahaman tersebut, IFI menggagas program Ayobaca yang diluncurkan pada Mei lalu, bertepatan dengan kunjungan Presiden Prancis ke Indonesia.

“Ayobaca hadir dari keinginan untuk memperkenalkan sastra kontemporer frankofon, membangun semangat menerjemahkan dunia, dan yang terpenting membangkitkan minat membaca generasi muda,” kata Myra.

Melalui kolaborasi dengan Penerbit Erlangga, semangat tersebut diwujudkan dalam bentuk perpustakaan keliling. Kehadiran mobil perpustakaan ini menjadi strategi untuk mendekatkan buku kepada masyarakat, sekaligus menghilangkan kesan bahwa membaca adalah aktivitas yang kaku dan membosankan.

“Tujuan utama kami adalah meningkatkan indeks literasi di berbagai wilayah Indonesia dengan menghadirkan kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat, khususnya anak-anak,” ujar Selo Masani, Marketing Communication Penerbit Erlangga.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan literasi tidak hanya berfokus pada membaca buku, tetapi juga dikemas secara interaktif melalui mendongeng, permainan edukatif, dan interaksi visual. Pendekatan ini dinilai efektif untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak terhadap buku.

“Membaca tidak merugikan siapa pun. Justru membuka wawasan. Karena itu, minat baca harus ditanam, ditumbuhkan, lalu dirawat,” ucap Selo.

Di tengah tantangan era digital yang kerap dianggap sebagai penyebab menurunnya minat baca, Erlangga justru memanfaatkannya sebagai bagian dari solusi. Saat ini, Erlangga telah mengembangkan ekosistem digital yang mencakup perpustakaan digital, buku digital, hingga video on demand berbasis edukasi.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Ia menegaskan, persoalan utama literasi bukan semata-mata minat membaca, tetapi juga cara penyajian bahan bacaan yang belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan generasi saat ini.

“Mendongeng adalah contoh sederhana. Anak yang mendengar cerita akan penasaran dan terdorong untuk membaca bukunya sendiri,” katanya.

Upaya peningkatan minat baca juga diperkuat oleh Pemerintah Kota Bandung. Untuk tahun 2026, Pemkot Bandung telah menyusun berbagai program literasi yang melibatkan komunitas, penerbit, hingga pelaku usaha. Salah satunya adalah mendorong kehadiran pojok baca di ruang-ruang publik dan tempat usaha.

Selain itu, Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung tengah menyiapkan layanan digital library berbasis barcode yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

“Tinggal scan barcode, masyarakat bisa langsung membaca buku digital. Ini salah satu solusi agar akses bacaan semakin mudah dan murah,” kata Dewi Kaniasari, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung.

Meski tingkat literasi Kota Bandung tercatat cukup tinggi, hampir mencapai 88 persen, indeks kegemaran membaca masih berada di kisaran 55-60 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca belum sepenuhnya diiringi dengan kebiasaan membaca.

“Target kami bukan hanya meningkatkan angka, tapi membudayakan membaca. Aktivasi literasi harus masif dan berkelanjutan,” ujarnya Dewi.

Langkah Pemerintah

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi