Penemuan Terbaru: Proses Terbentuknya Hujan Berlian di Neptunus dan Uranus - Giok4D

Posted on

Fenomena menakjubkan terjadi di luar angkasa. Para ilmuwan menemukan bahwa karbon yang berada jauh di dalam mantel planet Merkurius dapat berubah menjadi berlian dalam kondisi ekstrem. Sementara itu, di Neptunus dan Uranus, para peneliti menduga bahwa fenomena hujan berlian benar-benar terjadi.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Neptunus dan Uranus dikenal sebagai planet “raksasa es” di Tata Surya. Julukan ini muncul karena lapisan terluar kedua planet tersebut didominasi oleh senyawa es yang terdiri atas hidrogen, helium, dan metana. Warna kebiruan khas Neptunus dan Uranus juga berasal dari jejak metana di atmosfernya, yang sekaligus menunjukkan keberadaan es dingin di bagian dalam planet.

Para ilmuwan meyakini bahwa suhu dan tekanan ekstrem di bawah permukaan kedua planet itu mampu memecah senyawa hidrokarbon. Dalam kondisi tersebut, karbon terpisah dari senyawa lain dan mengalami kompresi hingga berubah menjadi kristal berlian. Kristal tersebut kemudian tenggelam lebih dalam menuju inti planet.

Penelitian ini dilakukan menggunakan teknologi laser sinar-X dari SLAC National Accelerator Laboratory LINAC Coherent Light Source (LCLS). Adanya metana di atmosfer Uranus dan Neptunus diyakini menjadi sumber utama karbon yang membentuk hujan berlian padat di planet tersebut.

“Kami memiliki pendekatan baru yang sangat menjanjikan berdasarkan hamburan sinar-X,” ujar Dominik Kraus, fisikawan dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf, Jerman, yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Tech Times.

Ia menambahkan bahwa eksperimen ini memberikan parameter model yang lebih akurat dibandingkan sebelumnya, di mana para ilmuwan hanya mengandalkan estimasi dengan tingkat ketidakpastian tinggi. Menurut Kraus, penelitian ini akan semakin penting seiring dengan makin banyaknya planet ekstrasurya (exoplanet) yang ditemukan.

“Dalam kasus raksasa es ini, kita sekarang tahu bahwa senyawa karbon hampir secara eksklusif membentuk berlian ketika terpisah dan tidak mengambil bentuk transisi fluida,” tambahnya.

Sayangnya, manusia belum bisa mengunjungi Neptunus dan Uranus untuk menyaksikan secara langsung fenomena hujan berlian tersebut, apalagi mengumpulkan butirannya. Jaraknya yang sangat jauh membuatnya sulit dijangkau oleh misi luar angkasa.

Misi Voyager 2 pada tahun 1989 menjadi satu-satunya sumber data langsung kita tentang Neptunus hingga saat ini. Meski terbatas, misi tersebut merupakan pencapaian besar dalam eksplorasi antariksa.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan bahwa Neptunus berada lebih dari 30 kali jarak Bumi dari Matahari. Planet ini menjadi satu-satunya planet di Tata Surya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dari Bumi. Sementara itu, Uranus belum pernah dikunjungi oleh misi luar angkasa mana pun sejauh ini.

Baca selengkapnya di .

Proses Terbentuknya Hujan Berlian

Bisakah Kita Menyaksikan Hujan Berlian