Kajian dan penelitian Situs Gunung Padang yang ditemukan sejak 1914 di Kabupaten Cianjur akan dilanjutkan. Rencana pemugaran ini dikatakan Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon. Menurutnya, pemugaran ini penting dilakukan agar tetap terawat.
Situs Gunung Padang yang terletak di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur banyak memunculkan teori dan spekulasi. Telah banyak predikat yang tersemat pada situs tersebut, mulai dari situs sejarah tertua di dunia, sumber peradaban tertua di dunia, hingga piramida tertua yang mengalahkan Piramida Giza Mesir.
Klaim-klaim tersebut hingga saat ini masih terus berupaya dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian penelitian. Fadli Zon berujar, penelitian akan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Penelitian bisa dilanjutkan dengan bekerja sama dengan BRIN. Untuk pemugaran dari situs itu adalah domain Kementerian Kebudayaan. Kita akan coba pemugaran, tapi yang didasarkan pada kaidah dari kajian-kajian yang ada,” kata Fadli Zon, Selasa (29/4).
Orang nomor satu di Kementerian Kebudayaan ini menjelaskan, pemugaran dapat dilakukan dengan panduan hasil kajian para peneliti. Meskipun, ia mengatakan, hasil pemugaran tidak akan menghasilkan wujud utuh dari situs Gunung Padang.
“Namanya dipugar ya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan itu dipugar, dicoba untuk dikembalikan seperti aslinya. Tapi karena kita tidak punya blueprint-nya, mungkin tidak bisa 100 persen seperti itu,” jelas Fadli Zon.
Dia meyakini hal tersebut dapat dilakukan semaksimal mungkin berdasarkan struktur bebatuan yang ada saat ini. Ia berharap pemugaran dapat dimulai tahun ini.
“Saya kira itu (pemugaran) bisa berangkat dari struktur batu-batu yang ada. Batu yang rebah dan yang jatuh bisa didirikan, berdasarkan kajian-kajian arkeolog seperti apa. Mudah-mudahan tahun ini bisa dimulai,” tuturnya.
Untuk dana pemugaran, hal tersebut dapat diperoleh dari pendanaan kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta. Untuk riset dan penelitian dapat dilakukan oleh BRIN, sementara Kementerian dan Kebudayaan, ia mengatakan, hanya akan melakukan kajian.
“(Pendanaan) bisa dengan skema public private partnership. Untuk yang riset itu BRIN, riset sekarang domainnya BRIN. Selain itu namanya kajian. Kita lakukan kajian untuk pemugaran,” paparnya.
Terkait rencana pemugaran, Arkeolog Ali Akbar mengatakan, penelitian dan pemugaran tersebut merupakan usulan dirinya saat diskusi publik dengan Kementerian Kebudayaan pada Februari lalu. “Dalam diskusi itu saya sampaikan perlunya penelitian lanjutan serta pemugaran Situs Gunung Padang. Ternyata direspons positif oleh Pak Menteri,” tuturnya.
Dia menerangkan, proses penelitian dan pemugaran tersebut akan mulai dilakukan dua bulan mendatang, dengan diawali studi teknis pemugaran yang tidak hanya melakukan riset untuk pengetahuan tetapi juga terapan atau pengaplikasian penyusunan kembali struktur situs Megalitikum Gunung Padang.
“Saya sedang susun perencanaan penelitiannya. Kemungkinan akan dimulai dua bulan mendatang. Fokus kali ini riset teknis untuk nantinya dilakukan pemugaran,” terangnya.
“Risetnya membutuhkan waktu sekitar 2 tahun karena risetnya terapan, tidak hanya menggali pengetahuan tapi untuk diterapkan ke pemugaran. Kemudian pemugaran diperkirakan membutuhkan waktu 3 tahun,” ujarnya.
Menurut Ali Akbar riset dan pemugaran bakal mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik Situs Megalitikum Gunung Padang. Pasalnya riset dan pemugaran sebelumnya disebut baru 10 persen dari struktur keseluruhan Gunung Padang.
“Dalam riset sebelumnya ditemukan jika pada kedalaman 10 meter masih ada struktur bangunan. Jadi secara horizontal dan vertikal masih ada struktur bangunan. Dari total area yang jadi cagar budaya seluas 29,1 hektar yang sudah dipugar baru 3 hektar atau 10 persennya,” terangnya.
“Kemungkinan yang tampak sekarang itu hanya sebagian kecil juga dari struktur besar sebenarnya. Makanya selain menunjukan kemegahan Situs Megalitikum ini juga akan mengungkap berbagai misteri lain dari Gunung Padang,” tambahnya.
Budayawan Cianjur Eko Wiwid, mengatakan pihaknya menyambut baik rencana riset lanjutan dan pemugaran Situs Megalitikum Gunung Padang, sebab akan mengungkap potensi sejarah peradaban di kawasan tersebut yang sampai saat ini belum terungkap.
“Sejak 2003 saya selalu mendukung adanya kegiatan pelestarian Gunung Padang termasuk riset. Riset tidak hanya mengungkap persoalan benda-benda sejarah atau artefak peninggalannya, tetapi juga membuka peradaban hebat di Tanah Air kita untuk ilmu bagi anak-anak Indonesia,” ucapnya.
Dia ingin, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Cianjur juga harus jeli, tidak hanya menjadikan Gunung Padang sekadar objek yang bisa jadi project infrastruktur tapi juga perlu dilakukan tata kelola di kawasan sekitarnya.
“Harus ada penataan, baik penataan fasilitas, wisata, hingga kebudayaan,” tuturnya.