Pemain Persib Ikut Soroti Nasib Rizki Korban Dugaan TPPO

Posted on

Sejumlah pemain Persib Bandung kompak menyuarakan kepedulian terhadap kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menimpa seorang remaja asal Kabupaten Bandung, Rizki Nur Fadhilah (18).

Melalui unggahan di Instagram Story, para pemain membagikan poster berisi seruan bantuan dan informasi terkait kondisi Rizki yang disebut berada dalam situasi mengkhawatirkan di Kamboja.

Deretan pemain Persib seperti Adam Alis, Rezaldi Hehanussa, Robi Darwis, dan Hamra Hehanussa ikut mengunggah poster tersebut.

Tak hanya dari skuat Maung Bandung, sejumlah pesepakbola lain seperti Dedi Kusnandar, Fitrul Dwi Rustapa, Aqil Savik, dan Deden Natsir juga melakukan hal serupa, membuat isu ini kian tersorot publik sepak bola.

Dalam poster yang diunggah para pemain tersebut, tertulis informasi mengenai awal mula kasus yang menimpa Rizki. Remaja asal Pasigaran, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot itu diduga kuat menjadi korban TPPO setelah dilaporkan berada dalam kondisi memprihatinkan di Kamboja.

Menurut keterangan keluarga yang tercantum dalam poster, Rizki awalnya diajak seseorang mengikuti seleksi sepak bola PSMS Medan. Ia diminta bergabung melalui sebuah Sekolah Sepak Bola (SSB) bernama Sparta FC, yang dijanjikan dapat menjadi jalan pembuka karier sepak bola.

Namun kenyataan berkata lain. Alih-alih mengikuti seleksi, kabar terakhir yang diterima keluarga justru menyebutkan bahwa Rizki telah dibawa ke Kamboja dan mengalami penyiksaan.

“Kami sudah berusaha ke mana-mana, tapi belum ada jawaban yang jelas,” bunyi keluhan keluarga dalam poster tersebut.

Tim infoJabar mencoba menemui ayah dari korban, Dedi Solehudin (42) yang berada di Kampung Cilisung RT 05 RW 03, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (18/11/2025). Terlihat raut wajah ayahnya nampak kebingungan atas peristiwa yang dialaminya.

Peristiwa tersebut bermula saat anaknya menerima tawaran bermain sepak bola di Medan. Tawaran tersebut berasal dari kenalan anaknya di Facebook yang mengaku sebagai manajemen dari klub tersebut.

“Awal mulanya, anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan selama satu tahun. Tanggal 26 Oktober dia berangkat, dijemput ke sini pakai travel, terus dibawa ke Jakarta. Dari Jakarta ke Medan pakai pesawat,” ujar Dedi.

Sesampainya di Medan, anaknya tersebut ternyata dibawa lagi ke Malaysia dan akhirnya sampai di Kamboja. Setelah itu Rizki langsung diperintahkan untuk bekerja.

“Tapi dari Medan ternyata dibawa lagi ke Malaysia, lalu ke Kamboja. Dia diiming-imingi main bola awalnya, terus malah dibawa kerja di Kamboja,” katanya.

Setelah itu sang anak mengabari kepada ibunya yang bekerja di Hongkong sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kemudian memberi kabar kepada sang ayah yang ada di Bandung.

“Jadi anak langsung kasih tahu saya. Matanya, ‘Pak, Aa dijebak,’. Saya tanya tahu kontaknya dari mana, dia bilang dari Facebook,” jelasnya.

Setelah berada di Kamboja, anaknya tersebut langsung dibiarkan begitu saja dan dipaksa bekerja untuk mencari korban penipuan melalui daring. Kemudian jika anaknya tidak mencapai target kerap mendapatkan kekerasan fisik.

“Anak saya disiksa tiap hari. Soalnya dia enggak dapat target korban. Jadi cari orang China yang kaya. Dia harus cari 20 nomor orang-orang China. Kalau enggak dapat, dia disiksa,” kata Dedi.

“Modusnya nyuruh anak saya seolah-olah perempuan. Jadi orang China itu tertarik dan bisa transfer uang. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam,” tambahnya.

Aktivitas tersebut diketahuinya setelah sang anak memberi kabar secara sembunyi-sembunyi. Pasalnya jika ketahuan, sang anak langsung mendapatkan hukuman hingga siksaan.

“Iya sekarang suka komunikasi. Tapi sembunyi-sembunyi komunikasinya. Kata dia takut ketahuan aja,” bebernya.

Dia menambahkan sebelumnya telah lapor ke Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bandung. Bahkan dirinya pun telah melakukan laporan ke Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jawa barat.

“Sudah lapor ke semua instansi Disnaker, ke BP3MI yang di Soekarno-Hatta. Ke Gedung Sate juga sudah. Tapi belum ada tindak lanjutnya. Saya minta tolong diperbantui. Padahal ini urusannya nyawa, anak saya tiap hari disiksa,” bebernya.

Kata Keluarga Rizki