Pelajar Garut Diduga Tewas Usai Dibully, Ini Temuan Sementara Disdik

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Seorang pelajar SMA di Garut ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya. Ada dugaan jika korban nekat mengakhiri hidup usai mendapatkan perundungan di sekolah.

Terkait hal tersebut, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI Garut Dinas Pendidikan Jawa Barat buka suara. Menurut Ketua KCD, Aang Karyana, KCD bersama berbagai pihak lain hingga kini masih melakukan pendalaman.

“Hari ini, Pak Kadis ke sekolah. Kemarin juga sudah berkoordinasi dengan Dinas PPA Kabupaten. Kemudian, dari Kemendikbud, Inspektorat, juga sudah datang. Intinya dikawal banyak pihak,” kata Aang kepada infoJabar, Kamis, (17/7/2025).

Aang menjelaskan, pihaknya saat ini tengah berupaya untuk mempertemukan pihak sekolah dengan keluarga korban. Namun, masih belum terlaksana mengingat keluarga masih berduka.

“Intinya, kita mengikuti yang lain saja. Ini juga kan sudah ada pelaporan ke Polres. Intinya, kamu akan memfasilitasi untuk bertemu, antara orang tua dengan pihak sekolah. Saya berharap bisa difasilitasi Dinas PPA Garut dan Provinsi,” katanya.

Aang menambahkan, berdasarkan hasil pendalaman sementara yang dilakukan pihaknya dari keterangan sejumlah pihak di sekolah, tidak ditemukan adanya tanda-tanda perundungan yang terjadi.

“Tapi ini akan jad bahan perbaikan untuk kita ke depannya. Tapi, untuk sementara, memang belum ditemukan adanya unsur pembullyan itu, hasil wawancara dengan pihak sekolah, dengan rekan anak di sekolah, begitu,” pungkas Aang.

Sebelumnya diberitakan, seorang remaja lelaki berumur 16 tahun ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya, di Bayongbong, Garut pada Senin, (14/7/2025) lalu.

Menurut informasi yang dihimpun dari pihak kepolisian, korban ditemukan tewas gantung diri oleh orang tuanya di lantai atas rumah korban.

“Kami memang menerima laporan dari Kanit Polsek, bahwa telah terjadi peristiwa gantung diri. Kemudian kita kerahkan Tim Inafis ke lokasi. Hasil pemeriksaan, cenderung ke bunuh diri. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Untuk penyebab gantung dirinya, kita masih lakukan penyelidikan,” kata Kasat Reskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin.

Kasus ini sendiri membuat heboh masyarakat. Sebab, sebelum ditemukan tewas secara mengenaskan, sang anak diduga menjadi korban perundungan di sekolah.

Hal tersebut diungkap ibu korban melalui akun Instagramnya. Sang ibu diketahui telah membagikan kisah ini di IG sejak pertengahan Juni 2025 lalu.

Dimana, menurutnya, sang anak menjadi korban perundungan gara-gara dituduh telah melaporkan 9 orang rekan sekelasnya yang tengah ngevape di kelas, kepada guru BK. Namun, korban tidak pernah melakukan itu.

Sejak kejadian yang berlangsung di semester satu kelas 10 itu, korban menjadi takut untuk bersekolah. Prestasi akademisnya kemudian menurutnya drastis, hingga dinyatakan tinggal kelas oleh pihak sekolah belum lama ini.

Terkait hal tersebut, pihak sekolah sendiri membantah. Menurut Kepsek tempat korban bersekolah, Dadang Mulyadi, tidak ada perundungan yang dilakukan teman sekelas kepada korban.

Dadang sendiri menilai, permasalahan antara pihaknya dengan keluarga korban terjadi setelah korban dinyatakan tinggal kelas belum lama ini.

“Sebenarnya ini bermula karena yang bersangkutan tidak naik kelas. Disebabkan ada 7 nilai mata pelajaran itu tidak tuntas,” ucap Dadang.

“Bahkan sebelum rapat pleno penentuan, orang tua korban dipanggil oleh Guru BK dan wali kelas, untuk membicarakan apakah mau dituntaskan atau tidak yang 7 mata pelajaran itu. Dan orang tua, sudah menerima,” katanya menambahkan.

Terkait permasalahan ini, Pemkab Garut mengklaim sudah turun tangan sejak kasusnya pertama kali dibagikan oleh orang tua korban di Instagram pada pertengahan Juni lalu. Menurut Wakil Bupati Garut Putri Karlina, korban sudah mendapatkan pendampingan dari psikolog Pemkab.

“Saya sudah minta tolong untuk PPA mengawal dan sudah dilakukan pendampingan. Jadi, sebenarnya agak terkejut ketika harusnya pendampingan selanjutnya tanggal 17 Juli, ternyata sudah keburu dipanggil (meninggal),” ucap Putri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *