Tak seperti biasanya, area Taman Cikapayang Dago di pagi hari ini, Minggu (21/9/2025) ramai dipadati masyarakat. Warga tampak berdiri melingkar, mengelilingi area tengah taman yang tengah digunakan sejumlah orang berkostum untuk menari.
Kostum warna-warni yang digunakan para penari tersebut terlihat mencolok di antara warga yang hadir. Ada yang mengenakan kostum nuansa biru dan pink terang dipadukan dengan make-up berkilau, juga ada sekelompok orang yang memakai kostum serba hijau, cokelat dan oranye dengan detil unik.
Mereka tampak menari-nari mengelilingi Taman Cikapayang Dago dengan iringan musik ritmik perkusi. Tampilan para penari yang eksentrik tersebut alhasil mengundang warga yang hadir untuk berfoto-foto.
Selepas menari, mereka kemudian melanjutkan aksinya dengan pawai berjalan di sepanjang Jalan Ir.H.Juanda Bandung, di tengah gelaran Car Free Day (CFD) Dago. Dentuman suara snare, bass drum dan glockenspiel yang bersahut-sahutan pun memecah keheningan suasana CFD Dago yang kini telah steril dari pedagang tersebut.
Pawai kostum tersebut berlanjut ke Jalan Ganesha, menyapa masyarakat yang tengah asyik jajan dan berbelanja di sekitaran kampus ITB. Orang dewasa hingga anak-anak tampak antusias mendekati orang-orang yang mengenakan kostum.
Mereka tak lain merupakan para mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tengah menggelar pawai “Tapak Meriah”. Pawai tersebut adalah bagian dari rangkaian pra-acara dari gelaran Pasar Seni ITB yang akan dihelat pada pertengahan Oktober mendatang.
Ketua Pasar Seni ITB 2025 Kayla Davina Hafsah mengatakan, Tapak Meriah adalah pra-acara Pasar Seni ITB 2025 yang terakhir diselenggarakan menjelang hari H. Tujuannya adalah memperluas gaung acara agar lebih banyak diketahui masyarakat.
“Tapak Meriah adalah parade akbar untuk memperluas keterlibatan masyarakat dalam menyambut Pasar Seni ITB 2025. Ini adalah pra-acara terakhir yang diadakan oleh Pasar Seni, dan diharapkan bisa memberi kesan mendalam bagi masyarakat,” ungkap Kayla.
Ia memaparkan, pawai kostum dan penampilan tari bertajuk “Threshold” tersebut selaras dengan tema besar Pasar Seni ITB 2025. Yakni meleburnya realitas dunia maya dan dunia nyata. Konsep tersebut diejawantahkan melalui kehadiran dua tokoh bernama “Sirotam” dan “Oris”.
Tokoh Sirotam adalah penggambaran manusia dalam kondisi primal dan primitif. Kostumnya didominasi warna-warna tanah dan tumbuhan yang identik dengan warna alam. Sedangkan tokoh Oris menjadi personifikasi dari dunia digital dengan warna-warni kostumnya yang mencolok dan futuristik.
Kedua tokoh tersebut awalnya menari masing-masing, hingga kemudian saling menari dan bergerak bersama sebagai representasi meleburnya dunia nyata dan dunia maya.
“Persiapannya memakan waktu sekitar dua minggu, termasuk untuk pembuatan kostum. Pawainya diikuti bukan hanya oleh mahasiswa FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB, tetapi juga dari fakultas lain,” jelasnya.
Sebelumnya, Pasar Seni ITB 2025 diumumkan hanya akan digelar selama satu hari pada Minggu, 19 Oktober 2025. Namun, panitia memutuskan untuk menambah waktu gelaran acara menjadi dua hari, yakni Sabtu dan Minggu, 18-19 Oktober 2025.
Kayla mengatakan, pihaknya berencana untuk menghadirkan area instalasi seni yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, area pameran seni tak terbatas hanya terpusat di kampus ITB, melainkan juga meluas hingga ke area Gelap Nyawang dan Tamansari.
Adapun tema besar yang diangkat di Pasar Seni ITB 2025 adalah “Setangkat Lekat” yang berarti “menjadi lebur”. Kayla mengatakan, tema tersebut dipilih untuk menggambarkan kondisi masyarakat saat ini yang diibaratkan hidup di alam realitas baru, antara dunia maya dan nyata.
“Sekarang kan dunia nyata dan dunia maya sudah lebur batasannya. Kami ingin bawakan tema realitas baru tersebut, realitas di antara dunia maya dan nyata,” ujarnya.