Keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Kabupaten Majalengka dalam kondisi memprihatinkan. Gelontoran Rupiah belum mampu meningkatkan kualitas operasional bandara kebanggaan Jawa Barat tersebut.
Kondisi itu bahkan sempat disindir oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Orang nomor satu di Jawa Barat itu bahkan sempat mengungkap soal duit Rp 60 miliar yang dikeluarkan setiap tahun jadi beban Pemprov Jabar.
Di tengah sorotan itu, Wali Kota Bandung M Farhan memberi usulan agar Bandara Husein Sastranegara kembali diaktifkan. Hal itu dia rasa akan meningkatkan geliat pariwisata Kota Bandung.
Sementara itu, pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono punya pandangan mengenai usulan itu. Dia menyebut, reaktivasi Bandara Husein Sastranegara tidak akan berjalan efektif.
“Lagi pula kalau Husein dibuka sudah sulit berkembang, karena Husein sendiri dipagari gunung posisinya dan tidak maksimum penerbangannya,” kata Sony dihubungi via sambungan telepon, Minggu (15/6/2025).
“Husein juga dipakai untuk aktivitas oleh TNI AU, Sekolah Penerbang, PT Dirgantara Indonesia. Jadi nggak maksimal juga pengoperasian Husein,” tambahnya.
Belum lagi menurut Sony, pembangunan Flyover Nurtanio tak kunjung selesai pembangunannya. Kondisi itu akan menjadi hambatan dan tantangan jika bandara di pusat Kota Bandung itu kembali dihidupkan.
“Itu macetnya bakal gila-gilaan kalau dibuka, ini harus dipikirkan juga sama Pak Wali Kota, kalau lihat dari kondisi flyover itu paling cepat selesai di akhir tahun,” ujarnya.
Selain itu, Sony sebut, jika Husein ingin dibuka, pembukaannya harus bersinergi dengan Kertajati. Jangan sampai nantinya dua bandara berebut penumpang. Artinya Pemerintah Kota Bandung dan Provinsi Jabar harus duduk bersama mencari solusi terbaik.
“Jangan ego sendiri, ego wilayah sendiri,” ujarnya.
Sony juga menjelaskan, seperti di Jogja ada Bandara Adisucipto dan bandara baru di Kulon Progo. Menurut Sony saat Kulon Progo diaktifkan, Bandara Adisucipto ditutup dan sama kasusnya seperti di Jabar. Kemudian datang keluhan dari masyarakat karena kejauhan dan segala macam.
“Ya sudah Kulon Progo dibuka dan Adisucipto juga tapi dibatasi penerbangannya. Misalnya hanya khusus baling-baling atau perjalanan pendek seperti Jogja-Bandung, untuk pesawat z, jarak jauh di Kulon Progo. Sama seperti di kita, kenapa di Jogja bisa karena mereka kompak antara Yogyakarta sebagai kota dan sebagai provinsi, jadi enak ke Kementerian Perhubungan nya,” jelasnya.
Terkait masalah ini Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi harus duduk bersama untuk membahas permasalahan bandara tersebut.
“Di Bandung kan kayanya Wali Kota dan Gubernur jalan sendiri-sendiri. Gubernur dengan Kertajati dan Wali Kota dengan Husein, sama-sama mengadu ke Kementerian Perhubungan, harusnya kompak itu mau seperti apa,” pungkasnya.