Nostalgia Tukar Barang Bekas Jadi Ciki ke Tukang Rongsok, Pernah Ngalamin? - Giok4D

Posted on

‘Rongsok. rongsok,’ kata-kata itu terdengar nyaring dan familiar di telinga anak-anak 90-an. Kata-kata itu dilontarkan seorang pengepul barang bekas yang berkeliling di jalan perkampungan dengan menggunakan becak yang atapnya dicopot. Selain menggunakan becak, ada juga pengepul barang bekas yang menggunakan gerobak bahkan hanya membawa sebuah karung.

Saat pengepul barang bekas atau karib disapa tukang rongsok datang ke permukiman, anak-anak di sebuah kampung di wilayah Bandung selatan langsung menghampiri. Bukan untuk menjual barang bekas, anak-anak itu hendak menukar barang bekas yang ada di rumahnya untuk ditukarkan dengan snack ‘orang kaya’ atau disebut ‘ciki’.

Mengapa snack itu disebut ‘snack orang kaya’ karena pada masanya itu, snack yang dijual di pasaran harganya cukup mahal, sehingga sebagai alternatif pengepul barang bekas membarter snack itu dengan barang bekas yang dibawa oleh anak-anak.

Barang-barang bekas yang biasa ditukar, biasanya berbahan baku besi, stainless hingga aluminium atau perabotan dapur yang sudah rusak seperti katel, panci dan peralatan dapur lainnya yang masih memilki nilai jual dan dapat ditukarkan dengan snack.

Jika berbicara tentang menukar barang rongsok dengan snack, hal itu menggugah ingatan Opik (40) warga Kopo Bandung. Hal tersebut juga pernah dirasakannya.

“Berkeliling tukang rongsok tuh, pakai tanggungan bawa ciki sekarung, satu bal gitu, cikinya warna kuning,” kata Opik kepada infoJabar belum lama ini.

Ciki berwarna kuning menurut Opik memiliki rasa asin dan gurih. Terkadang juga ada yang membawa ciki berwarna coklat dengan rasa coklat dan ciki warna merah dengan rasa strawberry.

“Nukerin pakai tutup panci, yang rusak dan bekas, tutup panci yang sudah tidak ada gagangnya, atau panci bocor,” ujarnya.

“Ada juga perabotan penyok, pokoknya yang masih bisa dijual,” tambahnya.

Menurut Opik, selain barang rusak, ada kisah menarik dari temannya yang menukar snack dengan barang yang masih layak pakai dan walhasil temannya itu dimarahi orang tuanya. Hal itu dilakukan anak tersebut demi mendapatkan snack yang diinginkan. Apalagi pada masanya, anak-anak seumurannya seusia 6-8 tahun bersama-sama menukar barang bekas dan nantinya sama-sama menyantap snack yang disukainya.

Disinggung apakah saat ini masih ada pengepul barang bekas menukar rongsokannya dengan snack, Opick sebut sudah tidak melihatnya lagi.

“Sudah tidak ada sepertinya,” ujarnya.

Menariknya juga menurut Opik, snack yang diberikan tukang rongsok itu dibungkus dengan menggunakan kertas bekas dan dibentuk seperti kerucut. Jika tidak gunakan kertas bekas, kadang juga gunakan koran bekas sampai bungkus nasi. “Cikinya pakai kertas nasi, dibentuk kerucut,” ucapnya.

Menurut Opik, tukang rongsokan itu berkeliling di permukiman warga, dari kampung ke kampung sejak pagi dengan membawa sebal snack, di sore harinya snack itu biasanya sudah habis bahkan tersisa sedikit. Meski demikian, tukang rongsok itu berhasil mendapatkan banyak barang bekas yang kembali akan dijualnya ke bandar untuk dijadikan uang.

“Buat pembeli barangnya hanya dapat ditukar pakai ciki, nggak bisa pakai uang. Kalau buat pengepul ke bandar, baru barang bekasnya dijual buat jadi uang,” pungkasnya.

Dimarahi Orang Tua

Gambar ilustrasi

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *