Proyek normalisasi dua sungai yang selama ini menjadi biang banjir di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, dimulai. Sungai Ciranca menjadi prioritas awal pengerjaan, sementara Sungai Cipalabuhan rencananya akan ditangani sebagian di sisi hulu.
Pantauan infoJabar di lokasi, Kamis (12/6/2025), aliran Sungai Ciranca di beberapa titik memang tampak telah mengalami pengerukan. Dinding tebing sungai sebagian telah diperkuat dengan susunan batu bronjong dan beton, sementara dasar sungai terlihat lebih dalam dibandingkan sebelumnya.
Namun, tak sedikit pula area di bawah jembatan masih tampak menyisakan endapan batu dan sampah yang belum dibersihkan.
Di salah satu titik, pipa melintang masih menghambat aliran air, dan endapan batu serta sampah rumah tangga masih terlihat menumpuk di dasar sungai. Warga terlihat beraktivitas di sekitar aliran sungai, sebagian duduk di tepi sembari mengamati sisa pengerukan.
Nilai proyek normalisasi kedua sungai ini disebut mencapai angka sekitar Rp 2,5 miliar. Kedalaman pengerukan pun bervariasi, antara satu hingga dua meter, menyesuaikan kondisi eksisting di setiap titik aliran.
Diketahui, banjir di Sungai Ciranca kerap menggenangi Puskesmas Palabuhanratu. Sejumlah warga juga terpaksa mengungsi ketika banjir datang. Pelaksana lapangan dari CV Arshaka Gavrila Xavier, Indra Faisal, mengatakan bahwa penanganan di Sungai Ciranca mencakup panjang 2,3 kilometer dan dibagi dalam empat segmen yang kini ditangani penuh.
“Saat ini progres pengerukan Sungai Ciranca sudah mencapai sekitar 1,8 kilometer atau 70 persen volume,” kata Indra.
Selain pengerukan, proyek ini juga mencakup pembangunan tiga tanggul penahan tebing (TPT) dengan tinggi bervariasi, antara 1,8 hingga 2,5 meter sepanjang total 600 meter. Kontrak pekerjaan ditargetkan selesai lima bulan, namun diupayakan rampung dalam dua setengah bulan jika tidak ada kendala.
Untuk Sungai Cipalabuhan, pengerjaan dilakukan di sisi hulu, sekitar 300 meter dari belakang Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bagian muara yang sebelumnya direncanakan justru telah ditangani lebih dulu dalam program tanggap darurat.
“Digeser dari rencana awal karena bagian muara telah ditangani. Jadi, yang dikerjakan sekarang sekitar sebelum jembatan,” ucap Indra.
Diketahui warga Kampung Gumelar yang terdampak paling parah saat banjir besar Maret lalu, belum terlihat aktivitas pengerukan sama sekali.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Pascabanjir itu, semua puing kami bersihkan sendiri. Tidak ada alat berat yang masuk,” kata Iman, warga setempat. Ia menyebut sudah sebulan lebih sejak adanya pengukuran lokasi, namun belum ada kelanjutan proyek di wilayahnya.
Menurut Iman, endapan material di dasar sungai bisa mencapai tiga meter. Ia menilai jika tidak segera dikeruk, banjir serupa akan terulang. “Kalau dikeruk, air tetap naik tapi nggak akan separah kemarin. Ini bisa jadi bom waktu,” katanya.
Wilayah Kampung Gumelar sebelumnya menjadi perhatian nasional saat dikunjungi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Wakil Menteri PUPR. Namun hingga tiga bulan berlalu sejak kunjungan itu, pengerukan di titik tersebut masih belum terealisasi dalam waktu dekat ini.