Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Sebuah papan nama besar bertuliskan “Perguruan Taman Siswa” masih berdiri kokoh di Jalan Tamansiswa Nomor 4, Kota Bandung. Namun di balik pagar sekolah yang menyimpan sejarah panjang itu, terselip hal memilukan.
Suasana lengang menyelimuti ruang-ruang kelas sekolah yang berdiri sejak seratus tahun lalu itu. Di tahun ajaran baru 2025/2026, Sekolah Taman Siswa hanya memiliki satu siswa baru untuk jenjang SMA. Sementara SMK, tanpa satu pun murid.
Kondisi ini menggambarkan penurunan drastis animo siswa terhadap lembaga pendidikan yang dulu pernah melahirkan tokoh-tokoh besar Tanah Air. Anwar Hadjah, Ketua Bidang Organisasi dan SDM Yayasan Taman Siswa, tak menampik situasi memprihatinkan ini.
“Saat ini SMA hanya memiliki satu siswa kelas X, hanya satu orang. Padahal waktu daftar awalnya itu ada 12 orang, tapi kemudian satu per satu mengundurkan diri karena diterima di sekolah negeri,” ucap Anwar saat dijumpai, Jumat (25/7/2025).
Meskipun hanya satu murid baru, proses belajar-mengajar tetap dilaksanakan. Guru-guru tetap hadir, siswa itu pun tetap datang setiap hari, belajar seperti biasa.
“Kadang-kadang juga kasihan anaknya, jenuh karena sendiri, tidak punya teman. Tapi alhamdulillah, kita senantiasa support, memberikan pembelajaran yang menarik, efisien, tidak hanya dalam kelas, tapi juga di luar kelas,” tutur Anwar.
Jika kondisi SMA sudah genting, maka SMK Taman Siswa bahkan dalam status vakum total. Tahun ini sempat tercatat ada lima siswa mendaftar. Namun semua memilih pindah ke sekolah negeri. Termasuk satu siswa terakhir yang sempat bertahan, namun akhirnya mengundurkan diri.
“Ada satu sebenarnya, tadinya saya mau pindahkan ke SMA biar ada dua. Tapi dia milih mundur. Padahal sudah bayar,” kata Anwar.
Anwar menjelaskan, penurunan jumlah siswa sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu, terutama sejak kebijakan zonasi diterapkan secara nasional sekitar tahun 2012. Padahal SMA Taman Siswa dikenal sebagai ‘rahimnya’ para atlet nasional. Salah satunya Muhammad Shohibul Fikri, juara All England 2022.
“Dulu, Taman Siswa itu sekolahnya para atlet. Taufik Hidayat, Atep, Eka Ramdani, Fikri yang terakhir juara All England, semuanya dari sini. Kita pelopor sekolah atlet. Tahun 1980 sampai 2010 itu masa kejayaannya,” ujarnya.
Kini, total siswa aktif di SMA Taman Siswa hanya berjumlah 23 orang dari seluruh angkatan. Itu pun angka yang menurun setiap tahunnya. Kondisi serupa juga dialami unit SMK maupun SMP.
Sekolah yang telah beroperasi selama 103 tahun ini menurut Anwar pernah melahirkan dua tokoh yang menjadi Gubernur Jawa Barat, mereka yakni Sanusi Hardjadinata dan Aang Kunaefi.
Anwar berharap pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi sekolah-sekolah swasta yang kini makin sulit bertahan.
“Jadi saya berharap kebijakan-kebijakan itu harus dibangun secara adil dan memperhatikan kehidupan dan kelangsungan sekolah swasta. Sekolah swasta harus dianggap mitra, jangan dianggap kompetitor. Itu harapan saya,” tandasnya.