Nadhif yang Tak Patah Semangat Meski Belajar Sendirian di Kelas

Posted on

Di ruang laboratorium komputer SMA Taman Siswa Kota Bandung, seorang remaja tampak serius menatap layar monitor. Tangannya sesekali mencatat, sesekali mengangkat tangan untuk bertanya ke guru.

Tak ada suara riuh, tak ada teman sebaya di sekelilingnya. Ia belajar sendirian. Namanya Nadif Alfarizi, 16 tahun, satu-satunya siswa kelas X di sekolah tersebut.

Sudah seminggu ini, Nadif menjalani aktivitas belajar seorang diri di kelas. Meski tanpa teman setingkatnya, tak sedikit pun tampak rasa canggung atau jenuh darinya. Justru, ia mengaku lebih bisa menyerap pelajaran.

“Kalau belajar lebih fokus, lebih nyaman. Kalau kurang ngerti tinggal nanya aja, gak malu. Kalau banyak mah suka malu sama teman-teman,” ujar Nadif saat ditemui, Jumat (25/7/2025).

Nadif sebelumnya bersekolah di SMPN 31 Bandung. Peralihan dari suasana penuh teman ke ruang kelas yang sepi sempat membuatnya terkejut. Ia mengira akan ada tujuh siswa lain yang masuk, sesuai informasi awal saat mendaftar. Namun kenyataannya, ia sendirian.

“Baru tahu pas masuk. Waktu daftar setahu saya ada tujuh. Sisanya itu setahu saya pindah ke negeri, ada yang ke swasta lain,” ujarnya.

Nadif sendiri sebenarnya sempat mencoba masuk ke sejumlah SMA negeri melalui jalur prestasi. Ia mendaftar ke SMAN 16, SMAN 12, SMAN 25, dan SMAN 27. Namun, semuanya tidak membuahkan hasil.

Akhirnya, pilihan jatuh ke SMA Taman Siswa, atau yang biasa disebut Tamsis. Bukan karena terpaksa, tapi memang keinginannya sendiri. Selain dikenal sebagai sekolah yang ramah bagi atlet, Tamsis juga mendukung aktivitas Nadif di luar sekolah.

“Saya memang pilih sekolah ini. Karena ini sekolah para atlet juga. Saya ingin jadi atlet. Saya di bidang bela diri, tarung derajat. Dari SD sudah ikut tarung derajat,” jelasnya.

Kini, Nadif sedang dalam masa persiapan mengikuti seleksi untuk dua ajang bergengsi yakni Babak Kualifikasi Pekan Olahraga Daerah (BK PORDA) dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA). Ia mewakili kontingen Kota Cimahi dan sudah dinyatakan lolos tahap awal.

“Alhamdulillah lolos untuk BK Porda itu. Sekarang masuk seleksi tim,” ucapnya.

Jadwal sekolah Nadif terbilang padat. Ia masuk dari Senin hingga Jumat, mulai pukul 07.30 hingga 14.00 WIB. Dalam sehari, ia harus mengikuti empat mata pelajaran.

Tapi bagi Nadif, itu bukan masalah. Bahkan di tengah kesendirian di kelas, ia tetap menemukan cara untuk bersosialisasi. “Mainnya ya sama kakak tingkat. Jadi pada kenal,” ujarnya santai.

Dukungan orang tua juga terus mengalir. Meski sempat menyarankan untuk pindah sekolah, Nadif menolak. Ia merasa sanggup menjalaninya pembelajaran meski hanya seorang diri.

“Orang tua nawarin, mau pindah enggak. Katanya sanggup tidak sendirian. Tapi gak mau. Yang penting belajar,” ujarnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *