Warga Jawa Barat harus tetap waspada, meski akhir-akhir ini hujan turun tidak sederas sebelum-sebelumnya. Berdasarkan prakiraan BMKG, musim hujan di Jabar diprakirakan berlangsung hingga bulan Maret 2026.
“Saat ini Jawa Barat, termasuk Bandung Raya, sudah memasuki musim hujan, dengan puncak musim hujan bervariasi mulai dari November 2025 hingga Maret 2026,” kata Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu, Senin (22/12/2025).
Ayu, sapaan karib Teguh Rahayu, mengungkapkan, anomali suhu permukaan air laut (SST) di perairan Jawa Barat masih cukup hangat sehingga masih berkontribusi terhadap pertumbuhan awan-awan hujan pada skala lokal. Kelembapan udara di wilayah Jawa Barat pada lapisan 850-700 mb lembap berkisar antara 60-95%.
“Berdasarkan prediksi kondisi global, regional, dan model probabilistik, diprakirakan pada satu pekan ke depan, umumnya cuaca di wilayah Jawa Barat cerah berawan hingga berawan di pagi dan siang hari, berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang pada siang, sore, dan malam hari,” ungkapnya.
Sementara dinamika cuaca di Bandung Raya masih terdapat pengaruh lokal yang mendukung potensi pertumbuhan awan konvektif, yakni kelembapan udara yang lembap pada lapisan 850 mb dan 700 mb di wilayah Bandung Raya yaitu 50-90%.
“Analisis streamline menunjukkan angin bertiup variabel, mengindikasikan melemahnya dominasi angin timuran atau monsun Australia dan mulai masuknya angin baratan atau monsun Asia di wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya,” ungkapnya.
Suhu minimum di Bandung Raya antara 18-20 °C, sementara suhu maksimum di Bandung Raya antara 30-32 °C. Berdasarkan data di BMKG Bandung tercatat bahwa suhu udara minimum terendah bulan Desember 2025 yaitu tanggal 5 Desember 2025 sebesar 19.8°C, dan suhu maksimum tertinggi tanggal 5 Desember 2025 yaitu 32°C.
Selain itu, gelombang Rossby ekuatorial terpantau aktif di wilayah Jawa Barat yang berpotensi terhadap pertumbuhan awan-awan hujan. Juga terdeteksi adanya bibit siklon 93S di Samudra Hindia Selatan Jawa yang bergerak menjauhi perairan Indonesia, serta sirkulasi siklonik di Kalimantan bagian barat yang berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat.
“Terpantau adanya belokan angin dan konvergensi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan awan-awan hujan di Jawa Barat,” jelas Ayu.
Ayu mengimbau, sehubungan dengan potensi peningkatan intensitas hujan, masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologis atau dampak cuaca ekstrem seperti hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat disertai petir serta angin kencang yang dapat memicu bencana seperti genangan, banjir, pergerakan tanah/longsor, dan pohon tumbang.
“Khusus untuk daerah bertopografi curam atau bergunung diimbau waspada longsor, khususnya jika terjadi hujan beberapa hari berturut-turut. Untuk daerah dataran rendah dan dekat aliran sungai, dapat memulai membersihkan sungai dari sampah dan sedimentasi sehingga aliran air sungai menjadi lancar,” terangnya.
“Kepada masyarakat, jika terjadi cuaca buruk, silakan berlindung di dalam ruangan. Hindari berlindung di bawah pohon atau papan reklame. Untuk keamanan dan kenyamanan sebelum beraktivitas di luar ruangan dan untuk menghindari informasi hoaks, silakan memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG,” pungkasnya.
