Viking Persib Club mengambil langkah tegas terhadap dugaan ujaran kebencian yang viral di media sosial. Pada Kamis (11/12/2025) malam, Viking secara resmi melaporkan Adimas Firdaus, pemilik akun Instagram Resbob ke Polda Jawa Barat.
Kuasa Hukum Viking Persib Club, Ferdy Rizky Adilya mengungkapkan, laporan dibuat setelah ia mendapat mandat langsung dari Ketua Umum Viking, Tobias Ginanjar.
“Tadi malam Alhamdulillah, kami sudah membuat laporan polisi terkait dengan adanya ujaran kebencian yang viral di media sosial. Saya juga diberikan penugasan oleh ketua Viking Tobias Ginanjar untuk membuat laporan polisi terkait dengan adanya ujaran kebencian tersebut,” jelas Ferdy, Jumat (12/12/2025).
Menurut Ferdy, langkah hukum ini merupakan bentuk sikap tegas Viking terhadap tindakan yang telah mencederai martabat salah satu suku bangsa.
“Tujuannya kami agar orang yang berbicara seperti itu di media itu bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya, ya makanya kita mengambil langkah kerja juga malam tadi membuat laporan kepolisian di Dircyber Polda Jabar,” paparnya.
Ferdy menyebut kasus ini tergolong berat karena terpenuhinya unsur pidana terkait ujaran kebencian berbasis suku. “Ancaman bisa berat ya dengan penerapan pasal 28 ayat 2 dan hukuman pidana 6 tahun serta denda Rp 1 miliar,” tegasnya.
Ia juga menegaskan dukungan penuh kepada aparat kepolisian, khususnya Direktorat Cyber Polda Jabar, untuk segera mengambil langkah tegas.
“Saya sendiri saya bisa hadir di sini sebagai anggota juga dari Viking, dan dalam hal ini kan yang terbawa-bawa juga dalam permasalahan ini adalah suku Sunda gitu ya, saya harap dengan pelaporan ini nantinya bisa ditegakkan aturan dengan baik dan secepat-cepatnya lah agar kemudian beritanya jangan sampai keluar ke mana-mana,” ujarnya.
Ferdy meminta pelaku memenuhi panggilan dan bersikap kooperatif dalam proses hukum. Jikapun tidak, ia berharap polisi bersikap tegas agar pelaku bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Kalau nanti pun tidak hadir, polisi akan mengambil langkah tegas ya kepada pihak tersebut dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang melukai hati dari keluarga kami, itu apa keluarga pikiran juga semua karena menghina suku Sunda dengan kata kasar,” katanya.
Lebih jauh, Ferdy menegaskan siapapun yang melanggar hukum harus siap menghadapi proses hukum tanpa pengecualian.
“Saya juga orang Sunda, orang Bandung gitu ya, jadi khususnya saya juga sangat merasa dirugikan dengan adanya perbuatan tertentu, apalagi membawa-bawa nama menjadikan nama suku Sunda ya. Sekaligus itu yang bikin kami semua masyarakat Sunda merasa kecewa dan prihatin dengan perbuatannya,” tuturnya.
“Makanya pelaku ini harus bertanggung jawab secara hukum karena ini negara hukum enggak boleh sembarangan. Jadi ya itulah konsekuensi hubungan kita itu,” tegasnya.
Sementara itu, Adimas Firdaus telah membuat video klarifikasi yang ia unggah di akun Instagramnya. Dalam video itu, ia turut menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kegaduhan yang terjadi karena ucapannya yang diduga menghina suku Sunda dan Viking.
“Yang saya hormati, saya cintai seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada, wabil khusus utama dan pertama sekali, yaitu keluarga besar, saudara-saudara khususnya juga orang-orang Sunda di mana pun berada. Pada kesempatan ini secara resmi, saya merasa berkewajiban untuk menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf terkait ucapan saya saat streaming di Surabaya waktu tiga hari lalu,” kata Resbob.
“Saya diingatkan oleh banyak pihak, saya diingatkan banyak pihak telah menyinggung suku tertentu, tepatnya suku Sunda, dengan memberikan stigma tertentu. Izinkan saya menyampaikan klarifikasi bahwa saya sungguh, dan sesungguh-sungguhnya saya masih tidak percaya sedikit pun hal, itu ucapan itu keluar dari mulut saya,” ujarnya.
Dia mengaku masih tidak percaya dengan ucapannya yang menyinggung masyarakat Sunda, karena ia mengaku sejak kecil dididik oleh ibu sambung dan juga seorang kiai yang merupakan warga Sunda tepatnya Tasikmalaya dan Majalengka.
“Hal itu mustahil dan tidak masuk akal sama sekali bagi saya mengucapkan itu, apalagi terkait dengan suku Sunda. Ketidakpercayaan ini didasari karena saya memang lahir dari rahim seorang ibu suku Padang, namun saya dididik sejak kecil umur dua tahun, dibesarkan dengan ibu sambung yang seorang berdarah Sunda, tepatnya orang Tasikmalaya. Selain itu saya juga dibimbing oleh kiai dan tokoh besar yang juga orang Sunda, orang Majalengka yaitu Prof Asep Saifuddin Chalim,” ungkapnya.
“Oleh karena itu saya sejak kecil hingga berumur 25 tahun saat ini belum pernah sedikit pun mempunya masalah atau perselisihan dengan orang Sunda, dan tidak ada sedikit pun kebencian terhadap seluruh orang Sunda,” sambungnya.
Karena itu, ia menyampaikan permohonan maaf atas ucapannya ia sebut tidak bisa dibenarkan.
“Meskipun tidak didasari, saya sadar ucapan tersebut adalah hal yang sangat sensitif dan tidak ada alasan pembenaran terhadap hal itu, hal itu diluar kesadaran saya yang mengakibatkan ini adalah kecelakaan murni, oleh karenanya sekali lagi izinkan saya mohon maaf dunia akhirat lahir batin yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya mudah-mudahan saya mendapatkan maaf semua warga keturunan orang sunda dimanapun berada,” tutup Adimas.
Klarifikasi Resbob

Ferdy meminta pelaku memenuhi panggilan dan bersikap kooperatif dalam proses hukum. Jikapun tidak, ia berharap polisi bersikap tegas agar pelaku bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Kalau nanti pun tidak hadir, polisi akan mengambil langkah tegas ya kepada pihak tersebut dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang melukai hati dari keluarga kami, itu apa keluarga pikiran juga semua karena menghina suku Sunda dengan kata kasar,” katanya.
Lebih jauh, Ferdy menegaskan siapapun yang melanggar hukum harus siap menghadapi proses hukum tanpa pengecualian.
“Saya juga orang Sunda, orang Bandung gitu ya, jadi khususnya saya juga sangat merasa dirugikan dengan adanya perbuatan tertentu, apalagi membawa-bawa nama menjadikan nama suku Sunda ya. Sekaligus itu yang bikin kami semua masyarakat Sunda merasa kecewa dan prihatin dengan perbuatannya,” tuturnya.
“Makanya pelaku ini harus bertanggung jawab secara hukum karena ini negara hukum enggak boleh sembarangan. Jadi ya itulah konsekuensi hubungan kita itu,” tegasnya.
Sementara itu, Adimas Firdaus telah membuat video klarifikasi yang ia unggah di akun Instagramnya. Dalam video itu, ia turut menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kegaduhan yang terjadi karena ucapannya yang diduga menghina suku Sunda dan Viking.
“Yang saya hormati, saya cintai seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada, wabil khusus utama dan pertama sekali, yaitu keluarga besar, saudara-saudara khususnya juga orang-orang Sunda di mana pun berada. Pada kesempatan ini secara resmi, saya merasa berkewajiban untuk menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf terkait ucapan saya saat streaming di Surabaya waktu tiga hari lalu,” kata Resbob.
Klarifikasi Resbob

“Saya diingatkan oleh banyak pihak, saya diingatkan banyak pihak telah menyinggung suku tertentu, tepatnya suku Sunda, dengan memberikan stigma tertentu. Izinkan saya menyampaikan klarifikasi bahwa saya sungguh, dan sesungguh-sungguhnya saya masih tidak percaya sedikit pun hal, itu ucapan itu keluar dari mulut saya,” ujarnya.
Dia mengaku masih tidak percaya dengan ucapannya yang menyinggung masyarakat Sunda, karena ia mengaku sejak kecil dididik oleh ibu sambung dan juga seorang kiai yang merupakan warga Sunda tepatnya Tasikmalaya dan Majalengka.
“Hal itu mustahil dan tidak masuk akal sama sekali bagi saya mengucapkan itu, apalagi terkait dengan suku Sunda. Ketidakpercayaan ini didasari karena saya memang lahir dari rahim seorang ibu suku Padang, namun saya dididik sejak kecil umur dua tahun, dibesarkan dengan ibu sambung yang seorang berdarah Sunda, tepatnya orang Tasikmalaya. Selain itu saya juga dibimbing oleh kiai dan tokoh besar yang juga orang Sunda, orang Majalengka yaitu Prof Asep Saifuddin Chalim,” ungkapnya.
“Oleh karena itu saya sejak kecil hingga berumur 25 tahun saat ini belum pernah sedikit pun mempunya masalah atau perselisihan dengan orang Sunda, dan tidak ada sedikit pun kebencian terhadap seluruh orang Sunda,” sambungnya.
Karena itu, ia menyampaikan permohonan maaf atas ucapannya ia sebut tidak bisa dibenarkan.
“Meskipun tidak didasari, saya sadar ucapan tersebut adalah hal yang sangat sensitif dan tidak ada alasan pembenaran terhadap hal itu, hal itu diluar kesadaran saya yang mengakibatkan ini adalah kecelakaan murni, oleh karenanya sekali lagi izinkan saya mohon maaf dunia akhirat lahir batin yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya mudah-mudahan saya mendapatkan maaf semua warga keturunan orang sunda dimanapun berada,” tutup Adimas.







