Bagi sebagian orang tua di desa, membiarkan anak balita bermain di tanah bukanlah bentuk kelalaian. Ada keyakinan turun-temurun yakni duduk di tanah sejak kecil membuat anak cepat berdiri dan belajar berjalan.
Itulah yang kemudian diyakini keluarga kecil di pelosok Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, tempat asal Raya, balita 4 tahun yang meninggal dunia akibat infeksi cacing yang bersarang di otaknya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Saat infoJabar mendatangi kediaman keluarga Udin dan Endah (orang tua Raya) pada Senin (18/8) terlihat kakak perempuan Raya yang berusia 7 tahun tengah bermain di tanah dengan bertelanjang dada. Sementara sang ibu hanya memandangi di balik jendela.
“Sejak usia dua tahun Raya sudah bisa duduk, kata orang dulu kalau dibiarkan main di tanah (anak) suka cepat berdiri,” ujar Edah, bibi yang juga pernah merawat Raya semasa hidup, Kamis (21/8/2025)
Namun di balik mitos itu, tersembunyi realitas lain, kemiskinan, pola asuh yang terbatas dan lingkungan tempat tinggal yang rentan risiko kesehatan.
Raya, menurut Edah, sudah mengidap masalah paru sejak kecil. Ia terbiasa duduk dan bermain di tanah, tidur di lantai, dan hidup berdampingan dengan ayam-ayam yang berkeliaran di rumah.
Setiap habis makan, ia langsung buang air besar. Orang tuanya, Udin dan istrinya, disebut-sebut mengalami gangguan kejiwaan dan hidup kadang dengan bergantung pada belas kasih tetangga atau upah kecil dari pekerjaan harian di kebun dan hutan.
“Anaknya sendiri suka main di tanah, pernah berobat kata mantri kena paru, tapi enggak lama kemudian sembuh lagi,” tambah Edah.
Ketika kondisinya kritis, Edah membawa Raya ke rumah sakit daerah dalam kondisi sudah tidak sadar. Di IGD RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, dokter menemukan indikasi syok dan dehidrasi berat.
Namun yang membuat tim medis terkejut adalah saat cacing keluar dari hidung Raya. Rontgen lebih lanjut menunjukkan infeksi parah di otak.
“Ibu alhamdulillah sudah bawa Raya ke sini, kalau enggak cepat dibawa ke sini pasti enggak tertolong karena sudah banyak cacing, sudah penuh sama telor cacing yang di otak sama yang di dalam, ibu sudah tahu itu belum,” kata dokter, sebagaimana dituturkan Edah.
Kisah soal pola asuh juga diceritakan Plt Camat Kabandungan, Budi Andriana. Ia tak menampik, kasus Raya adalah cermin dari banyak persoalan yang kompleks di akar rumput mulai dari pola asuh, kondisi mental orang tua, hingga putusnya akses terhadap informasi dan layanan kesehatan dasar.
“Sebetulnya itu terkait pola asuh, memang bukan kewenangan kami karena menyangkut keluarga. Tapi dengan koordinasi, pantauan sebetulnya sudah berjalan,” ujar Budi.
Ia menambahkan, sejak Raya bayi, keluarga ini sudah masuk radar pembinaan desa dan puskesmas. Namun sering kali keluarga tidak kooperatif. Bahkan ketika pihak kecamatan hendak memperbarui administrasi kependudukan, keluarga sempat menghilang dua hari.
“Ketika ada laporan untuk rekaman administrasi kependudukan, mereka menghilang. Itu menyulitkan kami dalam proses selanjutnya,” kata camat.