Misteri Tanjakan Tepung Kanjut di Kota Banjar

Posted on

Di Kota Banjar, ada sebuah jalan dengan nama yang unik. Namun bagi orang awam, khususnya orang Sunda, saat mengetahui nama ini mungkin akan mengernyitkan dahi.

Nama tempat ini adalah Tanjakan Tepung Kanjut. Tepung Kanjut sendiri berasal dari bahasa Sunda. Tepung berarti bertemu, kanjut berarti alat kelamin pria.

Lantas, apa yang membuat tempat ini dinamakan Tepung Kanjut? Bagaimana asal-usulnya? Simak ulasannya berikut ini!

Tanjakan Tepung Kanjut sendiri berasal di Dusun Tembungkerta, Desa Sukamukti, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Tanjakan ini merupakan jalur penghubung bagi pengendara yang melintas dari Kota Banjar ke Pangandaran atau sebaliknya.

Namun, sebenarnya nama tempat ini bukan Tepung Kanjut. Nama aslinya justru Tembong Kanjut. Dalam bahasa Sunda, tembong berarti terlihat atau tampak. Sedangkan kanjut adalah alat kelamin pria.

Sebutan Tembong Kanjut ini lebih sering diucapkan warga sekitar. Namun, warga luar lebih familiar menyebutnya Tepung Kanjut.

Cerita seputar Tanjakan Tepung Kanjut atau Tembong Kanjut ini pernah diungkap Ewon Rahlan kepada infoJabar pada Desember 2022 yang saat itu menjabat Kasi Pemerintahan Desa Sukamukti.

Ia membenarkan nama sebenarnya dari tanjakan itu adalah Tembong Kanjut, bukan Tepung Kanjut. Nama ini sudah ada sejak lama.

“Jadi yang betul itu Tembong Kanjut, bukan Tepung Kanjut. Mungkin ke sininya dari pengucapan dan kemajuan zaman, berubah jadi Tepung Kanjut. Saya tahu dari orang tua tahun sejak tahun 1970,” ujar Ewon.

Tanjakan Tembong Kanjut sendiri merupakan akses jalan warga. Namun kemiringannya cukup curam dan menikung. Orang zaman dulu belum mengenal pakaian seperti era modern saat ini. Mereka masih memakai karung atau kadut dan tidak memakai celana dalam.

“Jadi saat naik tanjakan itu, yang di belakang pasti akan melihat kanjut atau alat kelamin laki-laki. Jadi kata tembong itu artinya terlihat. Bukan Tembong Kanjut tapi pakai embel-embel tanjakan,” kata Ewon.

Kaitan dengan cerita versi lain dari Tanjakan Tepung Kanjut, dimana ada dua pria yang bertemu lantaran kepincut oleh gadis cantik di wilayah tersebut. Ewon menyebut cerita itu kemungkinan bagian dari cerita urban, bisa juga fiktif.

“Kalau cerita lain mungkin itu fiktif atau mitos. Tapi cerita dari orang tua dulu, ini namanya Tanjakan Tembong Kanjut, bukan Tepung Kanjut,” ucapnya.

Ewon menyebut sebutan Tanjakan Tembong Kanjut sudah ada diperkirakan tahun 1800 an. Kala itu memang di lokasi tersebut sudah ada perkampungan bernama Tanjungkerta. Kampung itu dikelilingi oleh area persawahan. Lambat laun berkembang dan ada pembangunan jalan.

“Di sini ada pabrik tepung tapioka, jadi dari mana-mana datang untuk menjual singkong. Jalan mulai di aspal tahun 60-an dengan lebar 2,5 meter. Jalan menuju Pangandaran,” jelasnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *