Azis, seorang pengendara mengaku kesal saat melintas di Jalan Abdul Rahman Saleh dan Jalan Garuda, Kota Bandung. Azis kesal karena proyek pembangunan Flyover Nurtanio yang digadang-gadang akan mengurai kemacetan justru menjadi biang macet baru.
Azis mengeluhkan kemacetan parah di jalan itu kerap terjadi di setiap pagi dan sore akibat penyempitan jalan.
Seperti diketahui, jalan layang yang memiliki panjang sekitar 550 meter ini belum rampung hingga Juni 2025. Padahal jalan layang ini mulai dibangun pada Januari 2024 dan ditargetkan pada Mei 2025.
“Kalau saya sebagai warga merasa terganggu, pertama bikin macet kedua banyak debu, jalanan sempit. Buat berangkat kerja itu menghambat banget. Sering lewat sini, pasti macet, apalagi sore dan pagi hari,” kata Aziz kepada infoJabar, Senin (16/6).
Aziz mengharapkan pengerjaan kontruksi bisa segera diselesaikan. “Harapannya supaya cepat selesai, biar nggak macet lagi,” tambahnya.
Keluhan serupa dikatakan warga lainnya bernama Yuyun. Ia mengeluhkan pengerjaan flyover yang tak kunjung rampung. Dampaknya selain kemacetan, Yuyun menyebut jalan menjadi hancur karena sering dilalui kendaraan berat.
“Nggak selesai-selesai dari Januari tahun kemarin. Kalau kabarnya Juni ini selesai. Dampaknya macet bukan main, pagi siang sore macet. Jalan juga hancur itu sebelah sana. Warga mah maunya cepat selesai,” singkat Yuyun.
Terpisah, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menilai hingga pertengahan Juni ini, pembangunan jalan layang ini belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Menurut Farhan, proyek tersebut sebagai ‘misteri’ yang belum terpecahkan, seraya menegaskan bahwa pemerintah kota akan segera meminta klarifikasi langsung ke pemerintah pusat soal proyek tersebut.
“Ada satu titik di Kota Bandung yang sampai sekarang masih misterius kenapa tidak diselesaikan, yaitu jembatan layang di daerah Nurtanio,” ujar Farhan.
Flyover Nurtanio yang digadang-gadang mampu mengurai kemacetan di kawasan utara Bandung, justru menjadi biang keruwetan baru akibat penyempitan jalur dan pekerjaan konstruksi yang lambat.
Farhan menyayangkan, ketidakjelasan informasi soal proyek yang diketahui merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tersebut.
“Kita tidak mau berspekulasi kenapa, tapi yang saya tahu pasti itu adalah proyek dari pemerintah pusat. Maka kami akan bertanya nanti,” tambahnya.
Farhan mengakui, masyarakat tak peduli siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Yang pasti, kata Farhan, masyarakat menginginkan agar proyek segera diselesaikan.
“Kalau masyarakat nggak mau tahu, pokoknya pemerintah aja, mau pusat, mau kota, mau provinsi, yang penting mah beres,” ujar Farhan.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Orang nomor satu di Kota Bandung ini menegaskan jika Pemerintah Kota Bandung tidak akan melepaskan tanggung jawab begitu saja, meskipun kewenangan proyek ada di tangan pemerintah pusat.
“Makanya saya tidak akan mengatakan itu bukan punya kami, itu punya kami-pemerintah. Tapi memang yang punya kewenangan pemerintah pusat,” tutur Farhan.
Sebagai bentuk konkret, Farhan berencana menemui perwakilan pemerintah pusat pada Kamis mendatang untuk meminta kepastian soal nasib proyek tersebut.
“Untuk itu nanti hari Kamis akan menghadap pemerintah pusat untuk menanyakan apakah akan diselesaikan atau tidak. Kalau mau diselesaikan, kapan?,” tegasnya.
Disinggung soal lambatnya pengerjaan Flyover Nurtanio, hingga saat ini Farhan mengaku, belum mendapatkan informasi apapun terkait penyebab keterlambatan pembangunan. “Belum (ada informasi),” tutup Farhan.
Diketahui, proyek pembangunan Flyover Nurtanio dimulai pada Januari 2024 dan ditargetkan rampung pada November 2024. Namun target itu meleset karena kendala pembebasan lahan yang berjalan bersamaan dengan proses konstruksi.
Kemudian pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jakarta-Jawa Barat sebagai penanggungjawab pengerjaan proyek menyatakan, pengerjaan proyek senilai Rp63 miliar itu akan selesai di akhir Mei 2025.