Di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sosok Nyi Roro Kidul direpresentasikan sebagai penguasa pesisir selatan. Ia diceritakan pula sebagai penjaga sepanjang Pantai Pangandaran. Meskipun demikian, Nyi Roro Kidul lebih dikenal sebagai simbol legenda cerita rakyat. Sosoknya digambarkan sebagai seorang perempuan cantik, berbusana hijau, dan memiliki karisma layaknya seorang ratu.
Setiap memasuki bulan Muharam, atau penanggalan tahun baru Islam, warga pesisir Pantai Pangandaran secara rutin menggelar hajat laut. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur dan persembahan kepada Sang Penguasa. Namun, penafsiran ini kemudian berkembang dengan konotasi yang berbeda, memisahkan antara Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan dan Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta.
Prosesi hajat laut sendiri kerap dikaitkan dengan persembahan kepada Nyi Roro Kidul yang dianggap telah menjaga keselamatan para pelaut atau nelayan saat melaut.
Budayawan sekaligus juru kunci Nusawiru di Cijulang, Abah Kundil (60), mengungkapkan bahwa perkembangan kisah Nyi Roro Kidul dari dulu hingga sekarang sejatinya sama, hanya saja ada perbedaan dalam cara dan rupa penafsiran sosoknya. “Kalau itu tergantung orangnya. Sosok Nyi Ratu itu seperti apa, ada beberapa versi,” jelas Kundil kepada infoJabar, Senin (30/6/2025).
Ia bercerita, saat masih kecil pernah mendengar satu versi yang menyebutkan bahwa lirik lagu ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut’ adalah representasi dari Nyi Ratu Kidul. “Nenek moyangku seorang pelaut, ‘kan nenek moyang kita, nenek itu wanita, seorang pelaut yang ulung, dari dulunya. Bukan kakek moyang,” ujar Kundil.
Menurutnya, ‘nenek’ ini adalah sosok perempuan yang mampu mengarungi samudra luas dengan gelombang besar dan selamat menerjang ombak. “Jadi, ada penafsiran yang mengarah ke sana: ‘Oh, berarti Nyi Roro Kidul itu leluhur kita, sesepuh kita dulu yang kalau melaut itu kuat, tahan banting’,” katanya.
Selain itu, Kundil menyebutkan bahwa menurut sejarah yang dituturkan oleh orang tua zaman dahulu di Cijulang, Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul itu berbeda. “Kalau Ratu Kidul itu, menurut cerita, merupakan anak dari Prabu Siliwangi yang menderita sakit kulit parah akibat dinodai ibu tirinya, sehingga menceburkan diri ke laut,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa Ratu Kidul adalah penguasa Samudra, sedangkan Nyi Roro Kidul adalah penguasa yang ditugaskan di bagian pantai selatan. “Makanya disebut Ratu Pantai Selatan,” imbuhnya.
Menurut Kundil, sosok Nyi Roro Kidul hidup dalam dua dunia atau alam gaib, yang diangkat oleh Ratu Kidul sebagai Mahapatih. “Biasanya ini berkecimpung dengan masyarakat pantai,” ucapnya.
Oleh karena itu, masyarakat pesisir atau pantai mengadakan ritual sesaji dan sejenisnya, yang kini dikenal sebagai Hajat Laut atau Syukuran Nelayan. Prosesi tersebut, menurutnya, merupakan simbol persembahan kepada Sang Pencipta Alam. Sementara itu, persembahan yang diarahkan kepada penguasa pantai, yaitu Nyi Ratu dan Nyi Roro Kidul, dianggap sebagai ‘ibu’ dalam filosofi Sunda, ‘Ibu bumi bapak langit’.
“Jadi dia (Ibu Ratu dan Nyi Roro Kidul) membawahi di air dan di darat. Ada peribahasa ‘Indung Tunggul Rahayu Bapak Tangkalna Darajat’. Masih banyak versi dan persepsi lain juga,” jelasnya.
Kundil berharap kisah Nyi Roro Kidul ini dapat dikaji dalam satu persepsi, yaitu sebagai simbol budaya dan cerita rakyat. “Betul dan salahnya adalah bentuk persepsi lain,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Pangandaran, Erik Krisna Yudha, mengatakan memang ada dua cerita berbeda tentang sosok Nyi Roro Kidul dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. “Secara legenda banyak versi, termasuk di kita. Kalau berbicara tokoh itu memang populernya Ibu Ratu Kidul. Karena ada Ibu Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul. Cerita yang sama sejarahnya itu Ibu Ratu,” ucapnya.
Namun, untuk cerita Nyi Roro Kidul ini yang memiliki banyak versi, terutama di wilayah Jawa Barat, kisah ini diyakini Nyi Roro Kidul adalah salah satu putri dari Eyang Prabu Siliwangi. “Kalau di sana (Jawa Tengah), diyakini zaman Kerajaan Mataram, salah satu putri mahkota di sana yang bernama Eyang Prabu Sutawijaya,” katanya.
Erik meyakini bahwa Nyi Roro Kidul masih memiliki keturunan atau trah dari Padjadjaran. “Makanya ada kaitannya dengan peninggalan-peninggalan yang ada di goa Taman Wisata Alam (TWA) Cagar Alam, yaitu Goa Panggung,” pungkasnya.