Meresapi Konsep Rezeki dari Obrolan dengan Mahmud di Sore Hari | Giok4D

Posted on

Usianya memang tak lagi muda, tapi semangatnya menjalani kehidupan, sosok satu ini tak bisa diremehkan dan dipandang sebelah mata.

Namanya Mahmud. Saat ini, usianya sudah menginjak umur 54 tahun. Akan tetapi, ia nampak bugar untuk seorang bapak-bapak yang sudah dikaruniai lima anak dan seorang cucu.

Setiap hari, Mahmud mesti mendorong gerobak jualannya sejauh 5 kilometer dari wilayah Jatayu ke kawasan Bandung Electronic Center (BEC) di Kota Bandung. Mahmud tak pernah mengeluh dan selalu mensyukuri pemberian dari Tuhan yang selama ini telah ia dapatkan.

“Yang penting sehat, jagjag. Urusan rezeki mah nanti Gusti Allah yang ngaturnya, sep (sebutan dari para orang tua kepada orang yang lebih muda dalam bahasa Sunda),” demikian perbincangan awal infoJabar dengan Mahmud saat ditemui di lapak dagangannya belum lama ini.

Di Kota Bandung, Mahmud mengingat ia sudah 25 tahun menjalani hidup di perantauan. Mahmud sendiri berasal dari Limbangan, Garut, lalu memutuskan untuk mengadu nasib supaya bisa memperbaiki kehidupannya.

Sebelum ke Bandung, Mahmud muda terlebih dahulu merantau di Jakarta. Tapi, kehidupan keras di Ibu Kota memaksanya untuk kembali ke kampung halaman dan akhirnya menemukan langkah kehidupannya di Kota Kembang.

Saat awal-awal menjalani hidup di perantauan, Mahmud mencari peruntungan dengan berjualan baso tahu. Lama-kelamaan, Mahmud merasa usaha yang dirintisnya seakan jalan di tempat dan membuatnya perlu memutar otak.

Dalam lamunannya, Mahmud lalu mencoba peruntungan dengan berjualan rujak bebek alias rujak tumbuk di sana. Tak diduga, pembeli pun mulai berdatangan lantaran masih jarang pedagang yang menjajakan jajanan tersebut pada saat itu.

“Dari awal jualan sampe sekarang saya di sini terus, enggak pindah-pindah. Alhamdulillah rame, apalagi dulu. Yang beli itu bisa satu orang mesennya dua sampe lima bungkus,” ucapnya.

Bermodal alat tumbuk sederhana berbahan tanah liat, Mahmud dengan cekatan mengolah buah-buahan segar menjadi rujak yang menggiurkan. Bumbu-bumbunya pun terbilang mudah didapatkan seperti terasi, gula merah, hingga cabai untuk rasa pedas di rujak yang menggelegar sesuai selara.

Guratan tangannya yang sudah dipenuhi keriput pun seolah tak menghalangi Mahmud untuk menjalankan usahanya. Dengan cekatan, genggaman tangannya mulai piawai menumbuk satu per satu bahan dan buah-buah hingga halus dan menjadi rujak yang begitu menggiurkan sebagai jajanan dengan harga hanya Rp 10 ribu per porsi.

Tapi yang mengesankan dalam kehidupan Mahmud, ia tak pernah mengandalkan rujak bebek semata untuk jualannya. Kadang di waktu-waktu tertentu, Mahmud akan berganti berjualan cuanki supaya bisa tetap mendapatkan uang sesuai harapan.

“Biasanya kalau hujan, saya bawa roda cuanki. Karena kalau hujan, jualan rujak jadi sepi, makanya ganti. Lumayan, sep, ada aja rezeki mah,” tutur Mahmud dengan pembawaan yang bersahaja dan tak pernah lepas dari candaannya selama perbincangan dengan infoJabar.

Tak heran, di zaman itu, Mahmud bisa mendapatkan omzet hingga Rp 2 juta sehari. Karena menyadari usaha yang dijalaninya tak bisa selalu diandalkan, Mahmud pun kembali mencoba peruntungan dengan membangun kontrakan di kampung halamannya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Kini, kontrakan sederhana yang Mahmud miliki sudah ia serahkan kepada anak pertamanya. Dari keuntungan jualan itu juga, Mahmud bisa menyekolahkan anak keduanya hingga lulus dari bangku perkuliahan.

Sayangnya, di kondisi saat ini, Mahmud menyadari perekonomian sedang dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Tapi bagaimana pun juga, Mahmud tetap mensyukuri kehidupannya saat ini yang terbilang jauh dari beban, terutama masalah utang piutang.

“Anak sekarang tinggal dua lagi yang masih kecil, kakak-kakaknya mah udah pada kerja. Jadi mang (sebutan paman atau pedagang dalam bahasa Sunda) enggak begitu punya beban lagi lah sep, masih sanggup buat ngurus keluarga mah,” katanya.

Perbincangan singkat infoJabar dengan Mahmud pun mesti terhenti karena ia harus siap-siap pulang ke kontrakannya. Di akhir percakapan sore itu, Mahmud tak lupa menyelipkan pesan bagi siapa saja yang sedang berjuang dengan kehidupannya untuk tidak patah arang menghadapi tantangan apapun di masa mendatang.

“Buat saya, siapa aja yang sedang berusaha, jangan patah semangat. Rezeki pasti ngalir kalau kita memang teguh dan enggak putus asa. Yang penting dijalanin, disyukurin dan dinikmatin aja semuanya. Insyaallah ada jalannya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *