Kasus dugaan keracunan makanan sempat terjadi dua kali terjadi di dua sekolah yang berada di Kecamatan Pamarican dan Kecamatan Kawali di Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan pun telah menguji sampel makanan pada menu makan bergizi gratis (MBG). Hasilnya, dari sampel makanan dari dua lokasi menunjukan positif mengandung bakteri Escherichia coli (E.Coli).
“Berdasarkan hasil uji lab sementara, terindikasi positif. Untuk Kecamatan Pamarican, bakteri E.Coli ditemukan pada menu daging ayam, sedangkan di Kecamatan Kawali ditemukan pada sampel makanan keju kemasan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Ciamis Rizali Sofiyan melalui Sanitarian Ahli Muda Dinkes Ciamis Ii Sumarni, Jumat (17/10/2025).
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Ii menjelaskan, bakteri E.Coli biasanya berasal dari kontaminasi tinja manusia dan bisa menyebar melalui berbagai faktor. Seperti air yang digunakan, tangan penjamah, sayuran mentah, atau peralatan masak yang tidak bersih.
Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) punya risiko tinggi terkontaminasi. Maka, Dapur SPPG harus benar-benar steril dan memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai bukti penjamin keamanan pangan. Menurutnya, dapur SPPG masuk kategori jasa boga grade B karena melayani lebih dari 750 porsi makanan setiap harinya.
“Itulah kenapa SPPG wajib memiliki SLHS agar keamanan pangan benar-benar terjamin,” lanjutnya.
Dinkes mencatat, dari total 88 dapur SPPG yang sudah beroperasi di Kabupaten Ciamis, belum ada satu pun yang memiliki sertifikat SLHS. Namun, 64 SPPG sudah mengikuti pelatihan sebagai bagian dari proses penerbitan sertifikat tersebut.
“Banyak tahapan yang harus ditempuh. Sesuai Permenkes, minimal 50 persen karyawan SPPG wajib mengikuti pelatihan pangan siap saji dan lulus ujian dengan nilai minimal 70. Selain itu, ada pemeriksaan lingkungan, laboratorium makanan pokok, alat masak, hingga rectal swab bagi penjamah,” jelas Ii.
Ia menambahkan, Kementerian Kesehatan baru-baru ini mengeluarkan surat edaran (SE) untuk mempercepat penerbitan SLHS. Dalam SE tersebut, sertifikat dapat diterbitkan secara manual tanpa melalui aplikasi OSS (Online Single Submission).
“Namun memang masih ada perbedaan penerapan di tiap daerah. Ada kabupaten yang tetap memakai OSS, ada juga yang sudah manual. Jadi, ini masih menjadi bahan diskusi di lapangan,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Ciamis Muharam A Zajuli mengatakan program MBG telah menjangkau sekitar 70 persen siswa dari total 161.710 anak di bawah naungan Disdik Ciamis.
“Total ada 120.412 siswa mulai dari PAUD, SD, hingga SMP yang sudah menerima program MBG,” ujarnya.
Menanggapi kasus keracunan di dua kecamatan, pihaknya langsung memberikan instruksi ke seluruh sekolah untuk memperketat pemeriksaan makanan yang dikirim oleh penyedia MBG.
“Guru harus memeriksa kondisi makanan sebelum dibagikan. Kalau ada tekstur yang aneh, bau tak sedap, atau tampak tidak layak konsumsi, segera koordinasikan dengan pihak SPPG untuk menarik menu tersebut,” tegas Muharam.