Mengenal Sosok Sutisna Senjaya yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Posted on

Bagi sebagian besar masyarakat Tasikmalaya, ketika mendengar nama Sutisna Senjaya (Sutisna Sendjaja) maka imaji akan tertuju pada nama ruas jalan yang berada di pusat kota.

Sutsen, demikian nama gaul dari ruas jalan yang mengarah dari kota ke wilayah Cibeureum ini. Namun demikian, boleh jadi tak semua masyarakat Tasikmalaya mengenal sosok Sutisna Senjaya tersebut.

Sutisna Senjaya lahir pada 27 Oktober tahun 1890 dan wafat pada 11 Desember tahun 1961. Sutisna Senjaya ternyata merupakan seorang aktivis yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, pers, hingga di ormas Islam.

Sutisna Senjaya juga Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tasikmalaya pertama. Banyaknya kiprah dan kontribusi Sutisna Senjaya bagi masyarakat Indonesia, akhirnya membuat sejumlah kalangan termasuk PCNU Kota Tasikmalaya tengah berupaya untuk mengusulkan agar Sutisna Senjaya jadi pahlawan nasional.

Upaya ini dianggap tak berlebihan, sebab sejumlah data-data pendukung mulai dari biografi yang disusun keluarga serta sebuah skripsi yang ditulis Irfal Muzakir, mencuatkan asumsi bahwa Sutisna Senjaya layak mendapat gelar pahlawan nasional.

“Bagi saya usulan Raden Sutisna Senjaya menjadi pahlawan nasional, sangat menjanjikan atau promising,” kata Iip D Yahya, Direktur Media Center PWNU Jabar, Senin (23/6/2025).

Iip menjelaskan selain tercatat sebagai pendiri Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan ketua Tanfidziah PCNU Tasikmalaya, Sutisna Senjaya pernah menjabat di tiga lembaga nasional.

Lembaga pertama yakni Chuo Sangi-In atau Dewan Pertimbangan Pusat yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II.

Dia juga pernah menjabat anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dari Masyumi serta Anggota Dewan konstituante dari Gerpis alias gerakan pilihan Sunda.

“Jarang sekali ada tokoh yang pernah menjabat di tiga lembaga nasional. Hanya memang perlu kajian lebih mendalam terkait kontribusi dan peran pak Sutisna yang memberi dampak secara nasional,” kata Iip.

Oleh karena itu Iip berharap PCNU Kota Tasikmalaya membentuk tim untuk mencari fakta lain seperti pidato, ide atau usulan yang disampaikan di sidang lembaga itu.

Bila ada arsip yang membuktikan usulan atau pidato Sutisna Senjaya yang mempengaruhi arah kebijakan nasional, dia yakin peluang menjadi pahlawan nasional akan lebih besar.

“Dengan tambahan fakta, maka bisa lebih detail pahlawan kategori apakah yang nantinya diusulkan. Karena selain tokoh pendidikan, Sutisna Senjaya juga bisa diusulkan jadi tokoh Sunda, tokoh politik, tokoh pers atau lainnya,” kata Iip.

Ketua PCNU Kota Tasikmalaya, Dudu Rohman menyebut pihaknya akan menindaklanjuti wacana itu sebagai bagian dari kecintaan dan kebanggaan organisasi terhadap peletak pondasi NU di Tasikmalaya.

“Ya nanti akan ada tim yang kompeten untuk menindaklanjuti wacana itu. Kita nantinya juga akan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait termasuk dengan Kementerian Sosial untuk merealisasikan wacana ini serta menunjukan bukti-bukti yang tertuang dalam buku Al Mawid untuk memperkuat wacana ini,” ujar Dudu.

Dudu yakin bahwa sebagai seorang jurnalis, Sutisna Senjaya memiliki banyak ide, ulasan soal kebangsaan, keumatan dan lainnya yang pernah ditulis.

“Jadi kontribusi Sutisna Senjaya itu jelas besar bagi bangsa Indonesia,” kata Dudu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *