Mengenal Mitos Kayu Jengkol Anti-Maling ala Orang Sunda

Posted on

Bagi orang Sunda, tanaman dianggap bukan hanya sebagai makhluk hidup, melainkan mewarnai kehidupan ini. Tanaman hanjuang misalnya, punya poisisi yang sakral, sebagai jembatan penghubung antara dunia manusia dan dunia halus.

Mitos tentang hanjuang sangat banyak, termasuk mitos Hanjuang Bodas yang bertuah dan mengantarkan orang yang memanfaatkan mendapatkan kesaktian luar biasa.

Selain itu, orang Sunda juga punya mitos tentang kayu dari pohon jengkol. Ya, tanaman yang bijinya sering dikonsumsi sebagai hidangan lezat dan legit. Di Sunda, jengkol dimasak dengan cara semur atau sebatas digoreng sebagai teman sambal. Bagi mereka yang senang jengkol muda, jengkol muda mentah digado saja.

Dalam mitosnya, pohon jengkol punya daya untuk menghindarkan rumah dari ancaman pencuri. Semacam anti-maling yang memengaruhi pencuri secara supranatural. Bagaimana kisah lengkap mitos pohon jengkol ini? Simak yuk!

Pohon jengkol dikenal sebagai tanaman semak berkayu yang dapat tumbuh tinggi, bahkan hingga 20 meter. Batangnya tegak, berbentuk bulat, dan memiliki warna cokelat gelap. Cabang-cabangnya tumbuh dengan pola simpodial, yaitu batang utama tumbuh bercabang ke samping. Permukaan kulit batang akan terasa licin saat disentuh. Seperti dikutip dari laman lindungihutan.

Daunnya rimbun dan tumbuh saling berhadapan. Bentuk daunnya lonjong, dengan pangkal membulat dan ujung yang runcing. Ukuran daun bervariasi, panjangnya antara 10 hingga 20 centimeter dan lebarnya berkisar antara 5 hingga 15 centimeter.

Bunga-bunga jengkol tumbuh di ujung batang atau pada ketiak daun menyerupai tandan. Masing-masing tangkai bunga panjangnya sekitar 3 centimeter. Warna ungu menjadi ciri khas bunga ini, dengan mahkota lonjong berwarna putih kekuningan. Benang sari dan putik memiliki warna kekuningan, dan putiknya berbentuk silindris.

Selain bunga, pohon jengkol juga menghasilkan buah dan biji yang sangat digemari, terutama di Asia Tenggara. Buah jengkol berbentuk bulat pipih dan berwarna cokelat kehitaman. Di dalamnya terdapat biji berkeping dua, yang sering diolah menjadi berbagai hidangan khas.

Tanaman jengkol (Archidendron pauciflorum) dikenal luas di Asia Tenggara, terutama karena bijinya yang khas dan sering dijadikan bahan makanan. Namun, tidak hanya buahnya saja yang bermanfaat, bagian lain seperti batang pohon jengkol juga memiliki beberapa kegunaan, terutama dalam pengobatan tradisional dan pemanfaatan lokal masyarakat.

Getah dari batang jengkol secara tradisional digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengatasi masalah kulit ringan, seperti gatal-gatal atau infeksi akibat jamur. Kandungan zat tertentu pada batangnya diyakini memiliki sifat antijamur dan antibakteri, meskipun belum banyak didukung oleh penelitian ilmiah.

Kulit batang jengkol dipercaya mengandung senyawa yang bersifat antiseptik. Rebusan kulit batang ini kadang digunakan untuk membersihkan luka ringan secara alami.

Dalam pengobatan herbal tradisional, bagian batang jengkol terutama kulit batangnya dapat direbus untuk dijadikan ramuan herbal. Ramuan ini konon digunakan untuk mengatasi peradangan atau gangguan pencernaan, meskipun efektivitasnya masih memerlukan penelitian medis lebih lanjut.

Selain untuk kesehatan, kulit batang jengkol juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam kerajinan lokal atau produk tradisional lainnya.

Kocap tercerita, menurut Ace Kiron (56) warga Kabupaten Sumedang, kayu dari pohon jengkol punya keunikan tersendiri dari sisi spiritual. Yaitu, menjadi semacam anti-maling jika disematkan pada konstruksi rumah.

Kayu jengkol misalnya dipakai kusen, atau dipakai sebagai bagian ‘cemped’ antara kaca dengan kayu yang menjadi rangka jendela. Menurutnya, tidak perlu seluruh bagian konstruksi yang menggunakan kayu full menggunakan kayu jengkol, melainkan sedikit saja.

Lagipula, populasi pohon jengkol jarang adanya. Maka, meraih kayu jengkol untuk disematkan sebagai konstruksi rumah menjadi tantangan tersendiri, yakni harus menunggu pohon jengkol roboh atau pemiliknya bermaksud menebang.

“Sedikit saja, tidak perlu banyak. Jadi cemped antara kaca pada jendela juga bisa,” katanya kepada infoJabar, belum lama ini.

Apa kegunaanya? Menurutnya, orang harus tetap waspada dan tidak lupa mengunci pintu rumah jika malam menjelang, memastikan semua jendela terkunci sebelum rumah ditinggal tidur penghuninya. Dengan demikian, kemungkinan rumah disatroni maling menjadi sangat kecil.

“Tapi ada mitos itu, tidak ada salahnya juga dicoba. Lagipula dari segi estetis, bagus juga di rumah ada beragam jenis kayu,” katanya.

Dia mengatakan dampak yang akan terjadi ketika pencuri berniat masuk ke rumah yang di rumah itu menempel kayu jengkol pada konstruksinya. Yaitu, seketika pencuri itu merasakan gelap.

“Katanya, katanya, pencuri akan kehilangan arah dan gelap pandang matanya kalau mau masuk ke rumah yang ada kayu jengkolnya,” katanya.

Demikian mitos tentang kayu jengkol jika dipasang sebagai bagian dari konstruksi atau ornamen rumah. Apakah infoers percaya?

Mengenal Pohon Jengkol

Manfaat Batang Tanaman Jengkol dalam Penggunaan Tradisional

1. Obat Tradisional untuk Penyakit Kulit

2. Antiseptik Alami

3. Ramuan Herbal

4. Pewarna Alami

Mitos Tanaman Jengkol Jika Dijadikan Kusen Rumah