Sejarah Sukabumi tak terlepas dari peran masyarakat Tionghoa. Dari catatan statistik tertua di Belanda menyebutkan keluarga Tionghoa di Sukabumi sudah tinggal sejak 200 tahun lalu, tepatnya sejak 1921.
Salah satunya Lie Tek Fok yang tercatat sebagai salah satu pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari kalangan Tionghoa di Sukabumi. Kisah perjuangannya menjadi bukti kemerdekaan Indonesia diraih lewat gotong royong tanpa memandang suku, ras, maupun agama.
Lie Tek Fok lahir dari keluarga yang kuat memegang nilai nasionalisme. Ayahnya, Lie Sie Lim, adalah seorang pedagang kain yang sudah bermukim di Jampang Kulon, Kabupaten Sukabumi sejak 1908. Tak hanya berdagang, Lie Sie Lim juga dikenal sebagai pengusaha penggilingan padi yang banyak membantu warga setempat.
Salah satu jejak kepeduliannya masih terlihat hingga kini yaitu melalui sebuah bendungan di Desa Cikarang, Kecamatan Jampang Kulon. Bendungan itu dibangun untuk mengairi sawah warga, dan pembangunan tersebut dilanjutkan oleh sang anak, Lie Tek Fok.
Sejak kecil, Lie Tek Fok tumbuh dalam lingkungan yang lekat dengan nilai kerja keras dan kepedulian. Selain meneruskan usaha keluarga di bidang hasil bumi dan tepung kanji, ia juga menumbuhkan tekad besar untuk memperjuangkan tanah air.
“Semangat nasionalisme itu membawanya bergabung dengan pasukan militer pejuang kemerdekaan di bawah pimpinan Komandan Sanusi. Lie Tek Fok tak hanya turun langsung ke medan perjuangan, tapi juga menjadi motor penggerak bantuan logistik dari komunitas Tionghoa Sukabumi,” kata Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah, belum lama ini.
Melalui jejaringnya, ia menghimpun bantuan, mulai dari makanan, pakaian, hingga kebutuhan strategis untuk mendukung tentara Republik Indonesia yang tengah berjuang melawan Belanda.
Perjuangan Lie Tek Fok tidak hanya dengan senjata, tapi juga lewat taktik cerdas. Dalam satu momen, ia menerima pesanan logistik dari tentara Belanda. Namun, dengan strategi licik, ia mengalihkan seluruh barang itu ke markas pejuang Republik Indonesia.
“Bahkan, pengiriman besar dari Bogor yang seharusnya untuk tentara Belanda pun berhasil dialihkan ke basecamp tentara RI atas arahannya. Aksinya ini menjadi bagian penting dalam menopang kekuatan perjuangan rakyat di Sukabumi,” ujarnya.
“Keberhasilan tentara Republik Indonesia di Sukabumi saat itu, tidak lepas dari peran besar Lie Tek Fok dan dukungan komunitas Tionghoa yang ia himpun,” sambungnya.
Atas jasa dan kiprahnya, saat wafat pada 8 Juni 1992, Lie Tek Fok dimakamkan dengan upacara militer. Bendera Merah Putih membalut peti jenazahnya, sebagai penghormatan kepada seorang pejuang bangsa.
Ia dimakamkan di pemakaman Kerkoff Gedong Panjang, Kota Sukabumi. “Kepergiannya meninggalkan jejak sejarah bahwa warga Tionghoa adalah bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tutupnya.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.