Mengenal Dua Sosok Pahlawan Nasional Asal Ciamis baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Di tengah momen peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, cerita tentang para pahlawan tetap menarik untuk dibahas. Di balik semangat Merah Putih yang berkibar, Kabupaten Ciamis ternyata memiliki jejak dua pahlawan nasional yang jasanya begitu besar bagi bangsa ini.

Siapa dua pahlawan tersebut, dan bagaimana kisah perjuangannya? Simak ulasannya berikut ini:

Iwa Koesoemasomantri (Kusumasumantri) merupakan salah satu pahlawan nasional yang diterapkan sejak 6 November 2002. Ia lahir di Ciamis, 31 Mei 1899.

Menurut data yang dikutip dari JDIH (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum) Kabupaten Ciamis, karir Iwa Koesoemasomantri berawal ketika menimba ilmu di Sekolah Pegawai Pribumi (Opleidingschool Voor Inlandse Ambtenaren) atau Osvia. Ketika bersekolah, Iwa tidak mau mengadaptasi budaya barat dan memutuskan pindah ke Batavia untuk masuk sekolah hukum. Iwa lulus tahun 1921 kemudian melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Leiden, Belanda.

Masa-masa menjadi mahasiswa, ia bergabung dengan Serikat Indonesia (Indonesische veereeniging) yang merupakan kelompok nasionalis para intelektual Indonesia di Belanda. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda, Iwa aktif dalam pergerakan pro Kemerdekaan Indonesia di Belanda. Iwa kembali ke Indonesia pada tahun 1927 dan bekerja sebagai pengacara, ia bergabung dalam PNI. Iwa juga mengorganisir sebuah Serikat dagang dan juga memimpin surat kabar Matahari Indonesia pada tahun 1929.

Iwa Koesoemasomantri pernah ditangkap pemerintah karena tulisan-tulisan dan juga aktivitasnya mengadvokasi hak-hak pekerja perkebunan. Iwa juga pernah dibuang ke Banda Neira, Maluku. Meski demikian, tekadnya yang kuat membuat Iwa terus aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari infoEdu, teks naskah proklamasi awalnya akan diberi judul “Maklumat kemerdekaan”. Namun, Mr Iwa Kusumasumantri mengusulkan teks tersebut diubah judulnya menjadi “Proklamasi” sebagai bentuk keputusan suatu bangsa yang menyatakan kebebasan dari penindasan penjajah.

Selain sebagai pahlawan nasional, Iwa Koesoemasomantri pernah menduduki sejumlah jabatan penting di Pemerintahan Republik Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Sosial pada 31 Agustus sampai November 1945. Kemudian menjadi Anggota DPR tahun 1949-1950.

Kemudian menjadi Menteri Pertahanan masa kabinet Ali Sastroamidjojo, 1953-1955. Ia juga pernah menjadi Rektor Universitas Padjajaran Bandung, 1957 dan Menteri Kabinet Karya IV, 1963-1964.

Pensiun dari dunia politik, Iwa lebih banyak menulis tentang sejarah, salah satunya adalah Revolusi Hukum di Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia dan Revolusi Indonesia. Iwa meninggal pada 27 November 1971 di Jakarta, dimakamkan di pemakaman umum Karet Bivak, Jakarta. Sebagai pahlawan nasional, namanya diabadikan di salah satu jalan di Ciamis.

Ong Hok Djoe atau Ong Harja Dinata adalah Pahlawan Kemerdekaan keturunan Tionghoa asal Kabupaten Ciamis. Ong Hok Djoe diketahui berjasa dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Peran Ong Hok Djoe cukup besar dalam intelejensi, sekaligus menyuplai logistik bahan pokok makanan untuk pasukan pejuang Indonesia.

Memang sebagian masyarakat Tatar Galuh yang tidak mengenal sosok Ong Hok Djoe. Mengingat tidak ada nama jalan atau pun monumen yang dapat mengenang atau mengingatkan sosok pahlawan satu ini. Ong Hok Djoe lahir di Ciamis 22 Juli 1910 dan wafat di Ciamis, 29 Januari 1978 karena sakit.

Ong Hok Djoe tercatat sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan RI Golongan B, Nomor Pokok Veteran 17.757/B, tanggal 6 Agustus 1962. Ia mendapat Anugerah Satya Lencana Perang Kemerdekaan I dan Perang Kemerdekaan II. Serta Bintang Gerilya dari Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI, Nomor 19/BTK/1965, 17 Agustus 1965.

Pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ong Hok Djoe menjadi anggota aktif di BKR Badan Keamanan Rakyat (BKR) Ciamis. Pada November 1945 dilebur dan menggabungkan menjadi Persindo/GPI yang bermarkas di Ciamis.

Juli 1947, ketika tentara Belanda akan memasuki kota Ciamis, semua rakyat mengungsi kecuali masyarakat keturunan Tionghoa. Atas perintah Ketua KNI Oto Kusumasubrata untuk tetap berada di kota. Ong Hok Djoe mendapat tugas untuk mengkoordinir masyarakat Tionghoa untuk keperluan Republik Indonesia.

Ong Hok Djoe juga dikenal sebagai Penyelenggara Musyawarah Nasional Rohaniwan Agama Khonghucu I (1964). Pendiri dan Ketua MAKIN Ciamis dan juga Mendirikan Litang MAKIN Ciamis yang cukup representatif.

“Ong Hok Djoe atau Ong Harja Dinata merupakan pahlawan kemerdekaan dari Ciamis, beliau keturunan Tionghoa. Jasa-jasanya sangat besar, yakni memasok logistik untuk para pejuang Indonesia. Beliau juga bertugas di intelejensi dengan mencari informasi keberadaan musuh dalam memperjuangkan kemerdekaan,” ujar Ilham Purwa, Akademisi Universitas Galuh Kabupaten Ciamis.

Ilham menjelaskan, Ong Hok Djoe memasok logistik bahan pokok makanan untuk pejuang. Bahkan logistik tersebut berasal darinya sendiri, karena ia juga berlatarbelakang keluarga pedagang atau pengusaha. Meski taruhannya nyawa, Ong Hok Djoe meski keturunan Tionghoa tetap ikut berjuang membela tanah kelahirannya.

“Meski keturunan Tionghoa tapi beliau memiliki nasionalisme yang tinggi. Membela tanah kelahirannya. Ong Hok Djoe merupakan pahlawan, hanya saja tidak semua orang mengetahui. Karakternya low profil,” katanya.

Kehidupan sehari-hari Ong Hok Djoe sama dengan masyarakat, seperti berusaha dan menggarap sawah yang kini jadi Stadion Galuh. Ia juga menyumbangkan tanahnya untuk mendirikan Klenteng.

Ia juga merupakan salah seorang yang berjasa dalam membangun komplek Pecinan yang kini menjadi Kampung Kerukunan Ciamis. Di mana, di komplek itu tidak hanya ada kelenteng dan Makin, namun juga ada masjid dan gereja katolik yang berdampingan.

Nama Ong Hok Djoe juga telah diabadikan di Museum Kebudayaan Tionghoa di Bandung. Ong Hok Djoe tertulis sebagai Pahlawan Kemerdekaan dari Ciamis.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Iwa Koesoemasomantri

Ong Hok Djoe, Pahlawan Keturunan Tionghoa dari Ciamis