Mengenal Candi Bentar yang Jadi Inspirasi Wajah Baru Gedung Sate - Giok4D

Posted on

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Gerbang masuk Gedung Sate yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat dipercantik dengan arsitektur baru, yaitu sentuhan bernuansa Candi Bentar.

Dilansir infoJabar, bersoleknya gapura Gedung Sate ini menelan anggaran hingga Rp 3,9 miliar. Keramik dari tanah liat yang dibakar atau disebut terakota menjadi material utama penyusun Candi Bentar di Gedung Sate.

Konsep arsitektur gapura baru menggabungkan unsur tradisi dan modernitas. Desainnya mengangkat elemen candi bentar, yang sebenarnya sudah lama menjadi bagian dari lanskap bangunan Gedung Sate.

“Itu desainnya mengangkat elemen arsitektur candi bentar, itu memang sudah menjadi bagian dari Gedung Sate yang sudah lama dibangun jadi ada unsur candi bentar di area kompleks Gedung Sate,” kata Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Jawa Barat, Mas Adi Komar, Kamis (20/11/2025) dalam artikel berjudul ‘Telan Rp 3,9 M, Sentuhan Candi Bentar Percantik Gerbang Gedung Sate’.

Apa sebenarnya yang dimaksud Candi Bentar? Benarkah candi itu warisan kebudayaan Sunda? Simak penjelasannya yuk!

Sebelum membahas apa itu Candi Bentar, ada baiknya kita mengenal dahulu apa itu candi? Menurut Umi Muyasaroh dalam studi berjudul ‘Perkembangan Makna Candi Bentar di Jawa Timur Abad ke 14-16’ yang dimuat dalam jurnal Avatara, volume 3, no. 2, Juli 2015 dikatakan bahwa candi adalah bangunan suci.

Candi adalah bangunan suci peninggalan masa Hindu-Budha di Indonesia. Dahulu, fungsinya sebagai tempat pemujaan, dan difungsikan pula untuk menyimpan abu jenazah para raja.

Di samping informasi tersebut, ‘candi’ juga dibedah melalui bahasanya. Menurut bahasa Sansekerta, candi merupakan sebutan untuk kata Candika yang merupakan nama bagi Durga atau Dewi Maut.

Studi tersebut mengutip pendapat N.J. Krom yang mengatakan bahwa candi pada mulanya merupakan tumpukan batu yang menjadi tanda. Mulanya, candi berupa tumpukan batu atau bangunan kecil yang diposisikan di atas tempat penanaman abu jenazah.

Candi Bentar

Candi punya banyak bentuk. Dari sisi bentuk bangunannya, ada candi yang dinamai Candi Bentar. Studi di atas mengatakan “Candi bentar adalah bangunan pintu masuk suatu percandian berbentuk candi Jawa Timur yang terbelah dua”.

Candi Bentar merupakan gerbang untuk memasuki candi yang paling sakral yang biasanya berada di area paling dalam dari sebuah kompleks candi. Bentuknya ada yang candi dibelah dua tanpa penghubung, ada juga yang candi dibelah dua dengan penghubung berupa atap.

Candi ini berkembang pada era Majapahit akhir seiring dengan berkembangnya kepercayaan masyarakat bahwa raja adalah titisan dewa atau biasa disebut Kultus Dewaraja.

Dikutip dari situs Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam artikel berjudul ‘Kilas Balik Candi Bentar dalam Kuliah Umum’, dikatakan bahwa Candi Bentar merupakan bangunan candi berbentuk gapura.

“Candi bentar merupakan bangunan candi berbentuk gapura yang terbelah secara sempurna tanpa penghubung pada bagian atas dan telah ditemukan pada masa Hindu-Budha, yaitu pada masa Majapahit yang kemudian berkelanjutan pada masa Islam.” tulis situs itu.

Ketika Walisanga menyebarkan Islam di nusantara, Candi Bentar masih ada. Bahkan, Candi Bentar juga dapat ditemukan di kompleks pemakaman para wali.

“Pada masa Islam, bangunan candi bentar masih dapat ditemukan pada komplek makam Islam yang diantaranya yaitu pada makam Sunan Giri, Sendang Duwur, Sunan Drajad dan Kudus. Makam Sunan Giri dahulunya merupakan tempat pembakaran jenazah yang kemudian menjadi komplek makam dan komplek masjid. Gapura yang ada di Sunan Giri sudah rusak, namun masih dapat diidentifikasi bahwa bentuk gapura tersebut memiliki pola yang sama dengan Candi Bentar Wringin Lawang.” tulis Umi Muyasaroh dalam studi berjudul ‘Perkembangan Makna Candi Bentar di Jawa Timur Abad ke 14-16’

Pasca-Majapahit, Kesultanan Demak adalah yang menonjol di tanah Jawa. Demak menjalin hubungan erat dengan Cirebon. Hubungan itu tentu membawa pengaruh termasuk dalam arsitektur. Candi Bentar dapat ditemukan di Cirebon.

Dilansir infoNews, di Jawa Barat, cukup sulit menemukan bangunan berarsitektur Candi Bentar selain di Kabupaten dan Kota Cirebon. Tidak seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Di Cirebon sendiri, keberadaan gapura khas yang bangunan kiri-kananya serupa tersebut berkaitan dengan sejarah Kerajaan Majapahit dan Demak. Kesultanan Cirebon saat itu sangat dekat dengan Demak.

“Terlepas disadari atau tidak, Cirebon sejatinya tak bisa melepaskan diri dari Demak. Buktinya ada Candi Bentar di Cirebon,” kata budayawan dan pemerhati sejarah Cirebon, Jajat Sudrajat kepada infocom dalam artikel berjudul ‘Candi Bentar, Simbol Keakraban Kesultanan Demak-Cirebon’

Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri sekitar akhir abad ke-15. Pengaruh Demak begitu kuat di Cirebon, yang juga merupakan kerajaan Islam.

Jajat menilai Candi Bentar yang masih digunakan Cirebon sebagai gerbang utama atau gapura itu merupakan penghormatan terhadap leluhur. Jajat tak menampik arsitektur Candi Bentar masih bercorak Majapahit.

Dia menjelaskan Candi Bentar mulai digunakan Cirebon sejak era awal, era Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Awalnya digunakan digunakan di Dalem Agung Pakungwati. Kemudian berkembang, Sunan Gunung Jati pun menggunakan Candi Bentar saat membangun Keraton Pakungwati.

“Demak itu pewaris Majapahit. Cirebon menghargai dan menghormati leluhurnya. Tanpa leluhur, kita tidak pernah ada,” kata Jajat.

Apa itu Candi?

Candi Bentar Pada Masa Islam

Candi Bentar di Cirebon

Gambar ilustrasi