Menelusuri Jejak Pengeboran Sumur Minyak Pertama di Indonesia - Giok4D

Posted on

Tak banyak yang tahu, ternyata cikal bakal eksplorasi minyak bumi di Indonesia bermula dari sebuah desa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Tepatnya di Blok Sukamurni, Desa Maja Selatan, Kecamatan Maja, berdiri sumur bor minyak pertama yang dibuka pada tahun 1871 oleh seorang pengusaha asal Belanda bernama Jan Reerink.

Pada Senin (21/7/2025), infoJabar berkesempatan menyusuri jejak sejarah ini. Untuk menuju lokasi sumur bor, perjalanan dari permukiman warga harus ditempuh sekitar dua kilometer. Jalanan hanya bisa dilalui motor kurang lebih sejauh 200 meter dari permukiman, selebihnya hanya bisa dilalui jalan kaki.

Medan menuju lokasi bekas sumur bor minyak cukup menantang. Jalur sempit berbatu, dikelilingi pepohonan lebat, serta jalan setapak area sawah menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai lokasi.

Tepat di tengah hamparan sawah, berdiri sebuah tugu kecil yang menandai lokasi sumur bor minyak bersejarah itu. Saat infoJabar tiba, tugu tersebut nyaris tertutup oleh tanaman padi yang tumbuh subur. Tak banyak yang tahu, di bawahnya masih ada rembesan minyak bumi yang meski tak lagi melimpah. Tak hanya itu, bau khas minyak tanah masih tercium kuat saat mendekati sumur bor minyak tersebut.

Ketua Yayasan Galur Rumpaka Majalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau Naro menyampaikan di lokasi ini terdapat sekitar sembilan titik pengeboran yang pernah dilakukan Jan Reerink. Namun kini hanya satu titik yang masih terlihat, sisanya tertutup tanah akibat longsor alami.

“Di sini pada tahun 1871 oleh warga negara Belanda, kebetulan beliau menjadi wiraswasta di sini, membuka sumur boran (minyak) pertama (di Indonesia) di sini (Blok Sukamurni, Desa Maja Selatan),” kata Naro kepada infoJabar.

“Pengeboran pertama di sini yang tercatat oleh beberapa ahli dan kebetulan ini sudah pernah didatangi oleh ahli Geosaintis Pertamina, rombongan Profesor Awang Setyana, bahwa menyatakan ini adalah benar sumur boran minyak pertama di Indonesia yang merupakan cikal bakal dari eksplorasi minyak bumi di Indonesia,” sambungnya.

Menurut Naro, aktivitas pengeboran ini bermula dari laporan Franz Wilhelm Junghuhn, ilmuwan asal Jerman, yang pada awal tahun 1800-an mencatat adanya rembesan minyak yang dimanfaatkan warga sekitar sebagai bahan bakar untuk penerangan atau cempor dalam bahasa Sunda.

Dari laporan itu, Reerink yang tertarik mencoba peruntungan dengan membangun sumur bor minyak menggunakan peralatan modern yang didatangkan dari Amerika Serikat. Proses eksplorasi berjalan dari tahun 1871 hingga 1872.

Namun sayangnya, hasilnya tidak sesuai harapan. Ia sudah mengebor sampai kedalaman 250 meter, tapi minyaknya tidak melimpah. Akhirnya eksplorasi dihentikan karena kekurangan modal.

“Cuma sayang menurut keterangan hasil yang didapatkan tidak begitu menggembirakan. Akhirnya tahun 1872, setelah setahun mengadakan pengoboran minyak pertama di sini, beliau menghentikan karena kekurangan modal mungkin ya. Tapi jerih payah beliau sampai sekarang sudah kami buatkan monumennya bahwa beliau Jan Reerink adalah yang pertama mengadakan eksplorasi minyak bumi di Indonesia sebagai eksplorasi minyak komersial,” ujar Naro.

Meski hanya bertahan satu tahun, upaya Jan Reerink tersebut menjadi tonggak sejarah eksplorasi minyak bumi di Indonesia. Hal ini pun diakui berbagai pihak termasuk kalangan ahli geologi dan energi nasional.

Bahkan, majalah GEO Magazine sempat mengangkat kisah ini sebagai pelopor eksplorasi minyak di Indonesia, jauh sebelum aktivitas serupa dilakukan di Langkat, Sumatera Utara.

“Pernah diangkat juga dalam majalah GEO Magazine. Memang dalam keterangan yang pertama (sumur bor minyak di Indonesia) dulu pernah ada juga yang mengangkat bahwa (yang pertama) di Langkat, tapi dalam keterangan tersebut disebutkan bahwa jauh sebelum di Langkat, bahwa di Majalengka ini adalah pelopor yang pertama sebagai pengoboran minyak pertama di Indonesia,” jelasnya.

Di sisi lain, meskipun sudah lebih dari satu abad berlalu, lokasi sumur bor minyak pertama ini masih mengeluarkan rembesan minyak mentah. Jika berkunjung, aroma minyak tanah masih bisa tercium di sekitar titik pengeboran.

“Kalau ini sih masih ada kandungan minyak buminya, cuma ya kalau misalnya dieksplorasi lebih banyak sih nggak seberapa mungkin ya. Karena memang diketahui di sini ada minyak, cuma tidak sebanding kalau misalnya dengan pengeluaran modal nanti yang dikeluarkan oleh pengusaha,” ucapnya.

Naro mengatakan, pihak Pertamina pun disebut masih rutin melakukan pemantauan, meski belum ada rencana eksplorasi lanjutan.

“Sering ada ahli-ahli Pertamina yang ke sini untuk kontrol, tapi sampai sekarang belum ada rencana eksplorasi lagi. Mungkin karena hitung-hitungan ekonominya nggak sebanding,” pungkasnya.

Masih Ada Rembesan Minyak

Gambar ilustrasi

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *