Menag Nasaruddin Bicara Pentingnya Keseimbangan Teknologi dan Ilmu Agama

Posted on

Menteri Agama Nasaruddin Umar menghadiri Diesnatalis ke-57 UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Dalam arahannya, Nasaruddin menitipkan tentang pentingnya keseimbangan antara pengembangan teknologi dengan ilmu keagamaan.

Dies natalis ke-57 UIN SGD Bandung mengangkat tema ‘Menapaki Glokalisasi, Mewujudkan Impian Bersama’ di Aula Abdjan Soelaeman, Kamis (17/4/2025). Turut hadir menyambut kedatangan Nasaruddin, Rektor UIN SGD Rosihon Anwar hingga Kakanwil Kemenag Jabar Ajam Mustajam.

Ditemui awak media, Nasaruddin awalnya mengapresiasi kinerja UIN SGD Bandung yang sudah menorehkan berbagai prestasi selama beberapa tahun ini. Ia pun berharap UIN bisa mempertahankan capaiannya itu hingga masa yang akan datang.

“Prestasi yang dicapai yang tadi disampaikan Pak Rektor, tentu memerlukan waktu yang puluhan, tapi Bandung bisa mencapai itu dalam waktu yang sangat singkat. Jadi kita tentu berharap UIN Sunan Gunung Djati Bandung bisa menjadi pioneer dalam sebuah perguruan tinggi kebanggaan modern ini Kementerian Agama yang akan datang,” katanya.

Nasaruddin lalu berbicara tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pengembangan teknologi dengan ilmu keagamaan. Mengutip ayat pertama Surat Al ‘Alaq, Nasaruddin mengibaratkan seorang manusia yang menguasai teknologi tanpa ilmu keagamaan ibarat seorang monster yang berbahaya.

“Teknologi itu wajib bagi umat islam, tapi juga agama itu sama wajibnya. Iqra itu perspektifnya sains teknologi, bismirabbik (dengan mengucap nama Allah) itu agama. Jadi jangan dipisahkan,” ungkapnya.

“Kalau iqra tanpa bismirabbik, itu lahir monster. Tapi kalau bismirabbik tanpa iqra itu juga manusia lumpuh pada akhirnya. Kita akan cetak manusia ini yang kuat dan berkualitas,” tambahnya.

Selain itu, Nasaruddin juga mendorong supaya UIN SGD Bandung bisa menambah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ia bahkan menargetkan supaya tahun depan, UIN Bandung bisa memiliki lebih dari 100 guru besar di lingkungan kampus Islam negeri tersebut.

“Saya kira Pak Rektor masih punya PR besar, bagaimana mengupgrade dosen-dosen yang nanti akan berkembang, berimbas kepada mahasiswanya. Masih kita perlukan tambahan guru besar, masih kita perlu dosen-dosen dengan memperhatikan kenaikan pangkatnya bisa diperhatikan,” ungkpanya.

“Karena kalau untuk naik pangkat itu ada proses akademiknya, jadi jangan berhenti dalam golongan rendah. Walaupun doktor, dia harus mengejar (gelar) profesornya. Karena dosen itu masa depannya professor, profesional sebagai seorang pendidik yah. Mudah-mudahan tahun depan lebih dari 100 guru besar,” tuturnya.

Rektor UIN Bandung Rosihon Anwar mengatakan, UIN Bandung sudah mencetak prestasi selama 57 tahun berkiprah di dunia pendidikan Islam. Bahkan, ia mendeklarasikan bahwa UIN Bandung sebagai kampus dari pusat kajian halal setelah punya 8 keunggulan, gedung halal, serta S1 industri halal hingga S2 tadris IPA.

“Kami juga miliki lembaga pelatihan jaminan produk halal, lembaga pemeriksa halal, LSP P1 skema auditor dan penyelia halal, menjadi pusat kajian halal, lembaga pendamping proses produk halal, serta Indonesian journal of halal research, dan laboratorium referensi PTKIN pertama,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *