Air mata pecah di Aula Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Senin (22/12/2025) siang. Puluhan warga binaan yang selama ini menjalani hukuman di balik tembok tinggi dan jeruji besi, berlutut di hadapan orang tua mereka. Di momen peringatan Hari Ibu ke-97, mereka bersimpuh, mencuci, dan membasuh kaki ibu. Sebuah ritual sederhana yang sarat makna penyesalan, penghormatan, dan harapan.
Usai mengikuti upacara bendera Hari Ibu di lapangan, sekitar 30-an warga binaan diarahkan masuk ke aula. Di sana, para orang tua yang sengaja dihadirkan pihak lapas, telah menunggu. Satu per satu, para anak yang bertato dan mengenakan seragam lapas itu menunduk, memasukkan kaki ibu ke dalam baskom berisi air dan bunga.
Sebagian dari warga binaan tangannya tampak gemetar, doa terucap pelan, dan tangis tak terbendung. Bagi mereka, baskom kecil itu menjadi saksi ikrar untuk tetap berbakti, meski terpisah dinding penjara.
Suasana haru tidak hanya menyelimuti warga binaan dan orang tua. Para petugas lapas pun larut dalam emosi. Kepala lapas membagikan setangkai bunga kepada pegawai perempuan, para ibu yang hadir, serta paket sembako sebagai bentuk penghormatan di Hari Ibu.
“Kami diberi penghormatan oleh Kalapas untuk mengenang Hari Ibu. Diberikan setangkai bunga dan bingkisan. Rasanya terharu dan bangga, karena kami diberi hak yang sama,” ujar Lilin, salah satu staf lapas.
Bagi para orang tua, pertemuan itu menjadi momen yang tak ternilai. Ronita Purba, salah satu ibu warga binaan, mengaku sangat terharu bisa bertemu anaknya dalam suasana sungkeman.
“Anak itu segalanya. Kami orang tua selalu berada di depan untuk anak. Anak jangan sampai takut, harus peduli pada orang tua,” katanya haru.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung Sindur, Wahyu Indarto, menegaskan kegiatan ini sengaja dirancang agar warga binaan tidak kehilangan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
“Di momen Hari Ibu ini, kami ajak orang tua warga binaan untuk sungkeman dan membasuh kaki. Tujuannya agar mereka tetap peduli dan menghormati orang tua. Kami juga memberikan bunga dan paket sembako,” ujar Wahyu.
Pihak lapas memastikan kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan, agar warga binaan tetap merasakan pelukan orang tua, meski terhalang tembok kokoh penjara. Di Hari Ibu tahun ini, lapas juga memberi ruang bagi warga binaan yang berulang tahun untuk merayakannya bersama.
