Pemerintah Kabupaten Kuningan terus berupaya meningkatkan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas, meski masih menghadapi sejumlah kendala di lapangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 6.220 penyandang disabilitas di Kuningan. Dari jumlah tersebut, baru 982 orang yang berhasil diasesmen oleh Dinas Sosial.
“Hasil asesmen dan pendataan yang telah dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kuningan (melalui mitra kerja) menunjukkan 982 orang telah diasessment sesuai klasifikasi. Selebihnya pendataan sedang dalam proses karena tenaga pendampingnya terbatas,” tutur Ijah Hodijah, Plt Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kuningan, Jumat (5/12/2025).
Ijah menjelaskan, Dinas Sosial bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk memberikan berbagai pelatihan bagi penyandang disabilitas. Bidang pelatihannya beragam, mulai dari menjahit, percetakan, komputer, tata boga, hingga sablon.
“Dinas Sosial kerja sama dengan Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS) Cibinong untuk memfasilitasi penyandang disabilitas daksa (fisik) dan rungu wicara mengikuti pelatihan berbasis residensial selama kurang lebih 6 bulan. Ada Sentra Terpadu Dr. Soeharso Solo milik Kemensos untuk penyandang disabilitas daksa (fisik) dan rungu wicara mengikuti pelatihan selama 3 bulan. Ada juga pelatihan di Sentra Wyataguna Bandung untuk penyandang disabilitas netra dalam jangka waktu 3 bulan dengan pelatihan massage, shiatsu, dan akupuntur,” jelasnya.
Meski telah mengikuti pelatihan, banyak penyandang disabilitas masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Ijah mengakui bahwa lowongan pekerjaan untuk penyandang disabilitas di sektor swasta masih sangat minim, sehingga perlu ada kerja sama lebih erat dengan perusahaan.
“Lowongan pekerjaan disabilitas masih minim untuk di sektor swasta atau perusahaan. Harus ada MOU atau aturan bagi swasta agar mempekerjakan para penyandang disabilitas. Karena kasihan juga. Makanya kami dari dinas selalu bersinergi dengan Kemensos terkait bantuan, baik untuk alat bantu pelatihan dan permodalan,” tuturnya.
Selain persoalan lapangan kerja, tantangan lain yang dihadapi adalah rendahnya rasa percaya diri penyandang disabilitas, kurangnya dukungan keluarga, serta informasi mengenai program pemberdayaan yang belum tersampaikan secara merata.
Ijah berharap ke depan masyarakat lebih peduli dan memahami kebutuhan penyandang disabilitas di lingkungan mereka.
“Dinas Sosial berharap masyarakat dan keluarga mengetahui ragam penyandang disabilitas yang berada di lingkungan sekitar maupun yang berada di keluarga, sehingga masyarakat atau keluarga dapat membantu memfasilitasi penyandang disabilitas kepada layanan sosial yang sesuai kebutuhan. Agar hak-hak penyandang disabilitas terpenuhi, bisa hidup lebih layak dan mandiri,” pungkasnya.






