Kuningan Genjot Produksi Ikan Menuju Swasembada 2029 [Giok4D Resmi]

Posted on

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Kuningan memiliki potensi sumber daya alam yang besar salah satunya adalah dalam bidang perikanan. Dalam data yang dimiliki Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan pada tahun 2024 ada 27.082 ton produksi ikan budidaya. Sedangkan untuk ikan tangkapnya sendiri mencapai 440.8 ton.

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yakni di tahun 2023, di mana produksi ikan budidaya hanya 26.014 ton. Sedangkan untuk ikan tangkapnya sekitar 404,8 ton. Kepala Bidang Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan, Deni mengatakan, data tersebut menunjukkan potensi ikan yang besar di Kuningan.

Menurutnya, untuk data ikan budidaya diambil dari seluruh wilayah di Kabupaten Kuningan. Sedangkan untuk perikanan tangkap di ambil dari waduk, situ dan aliran sungai yang tersebar di Kabupaten Kuningan. Untuk jenis ikannya unggulannya sendiri ada ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan gurame, ikan nilem dan ikan tambakan.

“Secara umum Kuningan punya potensi ikan yang luar biasa. Diantaranya ikan budidaya, ikan tangkap dan ikan hasil produksi. Ikan budidaya tersebar di hampir seluruh wilayah di Kuningan. Seperti ikan keramba jaring apung yang terfokus di kawasan Waduk Darma Kuningan selatan. Ada juga ikan di kolam air deras yang ada di wilayah Kuningan Utara. Terkait perikanan tangkap itu dari penangkapan ikan di dua waduk yakni Waduk Darma dan Kuningan di sungai, situ atau embung” tutur Deni. Rabu (24/9/2025).

Terbaru, di tahun 2025 di semester I, produksi ikan tangkap di Kuningan mencapai 222,16 ton. Sedangkan untuk ikan budidaya produksinya mencapai 17.580 ton. Di tahun 2025, Pemkab Kuningan sendiri menargetkan produksi ikan budidaya meningkat menjadi 30.500 ton dan produksi ikan tangkap ditargetkan meningkat 450 ton.

Target Swasembada Ikan

Meskipun mengalami peningkatan, namun, perikanan di Kabupaten Kuningan masih memiliki beberapa kendala salah satunya adalah akses pakan yang terjangkau. Menurut Deni, harga pakan terkadang tidak menentu dan sulit didapatkan. Apalagi jika harga dollar sedang naik, maka otomatis harga pakan juga ikut naik.

“Masih terkendala di akses pakan. Padahal 70 persen biaya produksi dari pakan. Apalagi kalau ada perubahan harga dollar. Karena kalau harga dolar naik, harga pakan naik. Kebanyakan dari kita itu mengambil pakan pabrikan di mana bahan baku utamanya itu dari impor. Jadi pada saat dollar naik itu langsung terasa,” tutur Deni.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya, mendorong agar pelaku usaha ikan untuk menggunakan pakan alternatif, yang dibuat dari hasil sisa sampah rumahan.

“Nah kita antisipasi dengan membuat pakan alternatif yang berasal dari sisa sampah rumah semacam ulat bilatung yang menjadi penganti protein. Tapi untuk pakan mandiri seperti ini masih belum mampu menyamai pakan komersial. Misalkan kalau pakan komersial dalam waktu 3 bulan ikan sudah bisa penen, tapi kalau mandiri itu 4 sampai 5 bulan baru bisa panen,” tutur Deni.

Selain itu, kondisi iklim yang tidak menentu juga mempengaruhi produksi ikan di Kabupaten Kuningan.

“Perubahan iklim yang mendadak juga itu bisa mempengaruhi produksi ikan, karena bisa mengakibatkan ikan itu mati. Sebelum terjadi seperti itu, kita dorong para peternak untuk melakukan antisipasi sebelum bencana terjadi,” tutur Deni.

Meskipun menghadapi banyak tantangan. Namun, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan menargetkan Kuningan menjadi daerah swasembada ikan budidaya di tahun 2029. Oleh karena itu, lanjut Deni, diperlukan kerjasama banyak pihak agar swasembada ikan tersebut dapat tercapai.

“Kalau hitungan dari jumlah penduduk dengan produksi ikan itu masih devisit. Jadi masih kurang. Harusnya kita tersedia 31 ribu ton, tapi sekarang baru 27 ribu ton. Jadi masih kurang. Target kita itu swasembada ikan di tahun 2029, sehingga jumlah produksi ikan dengan jumlah penduduk itu terpenuhi dan kalau bisa surplus,” pungkas Deni

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *