Konflik di Kaki Gunung Sawal, Kisah Si Abah dan Jejak Macan Tutul baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Setiap suara ranting patah atau gesekan dedaunan di malam hari bisa membuat warga di kaki Gunung Sawal menahan napas. Sebab mereka tahu, itu bukan suara biasa.

Bisa jadi, seekor macan tutul tengah turun dari hutan dan kehadirannya kerap meninggalkan jejak, domba yang mati, kucing yang raib, dan trauma bagi warga yang berkonflik dengan hewan liar itu.

Konflik antara manusia dan satwa liar, terutama macan tutul, bukan hal baru di kawasan ini. Tapi ketegangan itu mencapai puncaknya dalam empat tahun terakhir, saat puluhan ternak milik warga raib diterkam.

“Konflik yang terjadi tahun 2019 sampai 2022 tercatat ada sekitar 60 kejadian dengan korban 60 ekor domba,” ujar Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, Ahmad Arifin, Jumat (8/8/2025).

Angka itu bukan sekadar statistik. Di baliknya ada kebun yang dijaga semalam suntuk, kandang yang diperkuat dengan kawat, dan warga yang mendekatkan ternaknya ke rumah demi menghindari tragedi.

Ahmad menyebut konflik dipicu oleh banyak hal, termasuk persaingan antar macan tutul dewasa. Salah satu cerita yang paling diingat warga adalah tentang macan legendaris bernama Si Abah sang penguasa hutan Gunung Sawal.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Si Abah dulu dikenal sebagai pemangsa tangguh. Tapi usia tak bisa dilawan. Tubuhnya melemah, dominasinya memudar, dan akhirnya ia tersingkir.

Macan tua itu sempat ditangkap warga karena dianggap mengancam ternak. Setelah direhabilitasi, ia dilepasliarkan kembali ke Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Namun tak lama kemudian, jasadnya ditemukan tinggal tulang.

Namun konflik tak serta merta hilang. Pada 1 Juli 2024, seekor macan tutul kembali membuat geger warga Kampung Cikupa, Kecamatan Lumbung. Seekor macan mondar-mandir di halaman rumah warga, terekam kamera ponsel selama 1 menit 39 info, lalu videonya menyebar luas lewat WhatsApp.

Namun dalam kejadian ini, macan tak memangsa ternak, tapi 5 kucing. Warga merekam macan tutul itu dari dalam rumah. Tak lama kemudian perekam pun mengusir macan tersebut.

Lokasi rumah warga tersebut berada di ujung kampung dekat kaki Gunung Sawal.

Berdasarkan hasil kamera trap BKSDA Ciamis yang dipasang pada 2022, populasi macan tutul di SM Gunung Sawal tercatat ada lima ekor. Rinciannya, dua jantan dewasa, dua betina dewasa, dan satu anak macan tutul.

Pada 2024, KSDA telah memasang 40 kamera trap dan saat ini masih dalam proses identifikasi. Kehadiran anak macan tutul membuktikan bahwa populasi satwa ini di Gunung Sawal berkembang dengan baik.

“SM Gunung Sawal adalah rumah yang ramah bagi satwa liar,” kata Ahmad Arifin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *