Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) membeberkan data mengkhawatirkan mengenai bahasa daerah di Indonesia. Saat ini, hanya 25 persen bahasa daerah yang berkategori aman, sementara 75 persen sisanya mengalami kemunduran, kritis, hingga nyaris punah.
Data itu disampaikan saat Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Jabar, Selasa (7/10/2025). Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikdasmen Imam Budi Utomo mengatakan, mayoritas bahasa daerah di Indonesia nyaris punah, sehingga mesti ada upaya pelestarian dari pemerintah.
“Dari total 718 bahasa daerah di Indonesia, hanya seperempat yang aman. Sementara sisanya berada dalam kondisi memprihatinkan, bahkan ada yang sudah punah,” katanya.
Ada sejumlah faktor yang memicu bahasa daerah itu mengalami kemunduran hingga nyaris punah. Salah satunya kemauan anak muda sudah enggan menuturkan bahasa daerah, bahkan tak jarang mereka minder untuk berbicara dengan bahasa daerah tersebut.
Beberapa wilayah yang mulai mengalami kondisi itu di antaranya terjadi di Maluku dan Papua. Imam pun menyatakan, kondisi ini harus ada upaya untuk melestarikan bahasa daerah itu.
“Karena itu, kami bersama pemerintah daerah dan tokoh masyarakat menyasar anak-anak muda agar mereka tidak malu dan memiliki semangat untuk belajar serta menggunakan bahasa daerah,” kata Imam.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Herawati mengatakan, untuk di wilayah Jawa Barat ada tiga bahasa daerah yang sudah terpetakan. Yakni Bahasa Sunda, Cirebon-Indramayu, dan Melayu-Betawi.
Kemudian, berdasarkan kajian vitalitas, penutur Bahasa Sunda memang masih banyak. Namun, jumlahnya didominasi usia 40 tahun ke atas. Artinya, dengan kondisi ini, Herawati juga khawatir bahwa Bahasa Sunda akan punah seperti bahasa daerah yang lain.
“Ini yang dikhawatirkan, ketika anak-anak tidak lagi menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian, terutama di ranah keluarga, maka suatu saat Bahasa Sunda bisa mengalami pergeseran yang mengarah pada kepunahan,” ujarnya.
“Upaya yang dilakukan antara lain pendokumentasian, inventarisasi kosakata, bahasa, dan sastra Sunda. Selain itu, program yang sekarang dilaksanakan seperti FTBI adalah bagian dari upaya melestarikan bahasa, sastra, dan budaya Sunda melalui revitalisasi bahasa daerah,” pungkasnya.